Relevansi Antara Novel Arok Dedes dan Kenyataan Sejarah Ken Arok

73 konvensi, dan memunculkan gagasan sebagai tokoh, melarutkan gagasan dalam keseluruhan dunia fiksi maupun menampilkannya sebagai super struktur Sebagai brahmana penganut Syiwa, ia tidak rela mengangkat sembah pada arwah seorang raja, biarpun dikeramatkan sebagai titisan Hyang Wisynu, Seperti kaum brahmana selebihnya ia juga tidak membenarkan adat baru mengangkat arwah raja menjadi dewa yang harus disembah dan dipinta restunya. Tak pernah itu diajarkan dalam kitab-kitab suci purba. Orang-orang Wisynu dimulai dengan Erlangga yang membuka adat memuja arwah leluhur, perbuatan khianat pada para dewa. Semua para dewa yang menentukan, bukan petani-petani bodoh itu. Perkataan Ken dedes di atas yang ditujukan kepada Tunggul Ametung menandaskan bahwa ia masih tidak mau melakukan peerbuatan yang dilarang dalam tuntunan agama apapun yaitu menyembah arwah para leluhur yang telah meninggal meskipun itu arah seorang raja, dalam agama dan keperayaan apapun perbuatan itu sangat dilarang, pengangkatan sembah hanya diberikan kepada yang Mahakuasa saja..

2. Relevansi Antara Novel Arok Dedes dan Kenyataan Sejarah Ken Arok

dan Ken Dedes pada Zaman Singosari Kerajaan Singasari yang masa hidupnya berlangsung antara tahun 1222 sampai dengan 1292 M. Dipimpin oleh Ken Arok. Dalam sejarah diceritakan Ken Arok merebut kepemimpinan Tumapel dari Tunggul Ametung dengan cara membunuh Tunggal Ametung lewat tangan Kebo Ijo, sehingga dalam perebutan kekuasaan itu Ken Arok tidak terlihat sebagai seorang pemberontak. Pramoedya Ananta Toer dalam novel Arok Dedes nmenggambarkan perebutan kekuasaan dari Orde lama yang dipimpinan Presiden Soekarno direbut oleh Soeharto dengan cara dan upaya sama dengan Ken Arok merebut kekuasaan Tumapel dari Tunggul Ametung. Dengan cara-cara yang licik serta cerdik sehingga orang menganggap bahwa perebutanan kekuasaan itu sah. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 74 Seperti dikisahkan sekarang sesudah pagi pagi keris yang tertanam di dada Tunggul Ametung diamat amati orang, dan oleh orang yang tahu keris itu dikenal keris Kebo Hijo yang biasa dipakai tiap tiap hari kerja. Kata orang Tumapel semua: Terangnya Kebo Hijolah yang membunuh Tunggul Ametung dengan secara rahasia, karena memang nyata kerisnya masih tertanam didada sang akuwu di Tumapel. Kini Kebo Hijo ditangkap oleh keluarga Tunggul Ametung, ditusuk dengan keris buatan Gandring, meninggallah Kebo Hijo. Hal ini senada dengan pendapat dalam penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan Oleh Efita Sari pada tahun 2012 melakukan penelitian Analisis Sosiologis Pada Novel al-Karnak Karya Najib Mahfudh. Novel al-Karnak bercerita tentang masyarakat Mesir pasca revolusi 1952. Untuk mengungkapkan keterkaitan novel al-Karnak dengan fakta yang terjadi pada masyarakat Mesir adalah dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Yang berkesimpulan penggambaran masyarakat Mesir pada novel al-Karnak merupakan refleksi realitas sejarah yang pernah ada dalam masyarakat Mesir pasca revolusi 1952.

3. Resepsi Pembaca Novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer