21
Dapat disimpulkan bahwa perspektif pengarang dalam karya sastra, dalam hal ini novel, selalu dihubungkan dengan pemasukan ideologi-
ideologi, nilai-nilai atau norma-norma yang dianut oleh pengarang yang bersangkutan.
2. Sosiologi Sastra
Istilah ”sosiologi sastra” dikenalkan pada tulisan-tulisan kritikus
dan ahli sejarah sastra yang perhatian utamanya ditujukan dengan cara-cara seorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat,
keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju Abrams, 1981:178. Sosiologi sastra
memperlakukan karya sastra sebagai karya yang ditentukan dipersiapkan secara tidak terhindarkan oleh keadaan-keadaan masyarakat dan kekuatan-
kekuatan pada zamannya, yaitu dalam pokok masalahnya, penilaian- penilaian kehidupan yang implisit dan eksplisit yang diberikan, bahkan juga
dalam bentuknya. Sosiologi sastra didasarkan atas pengertian bahwa setiap fakta
kultural lahir dan berkembang dalam kondisi sosiohistoris tertentu. Sistem produksi karya seni, karya sastra khususnya, dihasilkan melalui
antarahubungan bermakna, dalam hal ini subjek kreator dengan masyarakat. Meskipun demikian sistem produksi karya sastra tidak didasarkan atas
komunikasi linier antara pengarang, penerbit, patron, dan masyarakat pembaca pada umumnya, melainkan juga tradisi dan konvensi literer.
Sosiologi sastra memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi- fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu.
Konsekuensinya, sebagai timbal balik, karya sastra mesti memberikan masukan, manfaat, terhadap struktur sosial yang menghasilkannya.
Mekanisme tersebut seolah-olah bersifat imperatif, tetapi tidak dalam pengertian yang negatif. Artinya, antarhubungan yang terjadi tidak
merugikan secara sepihak. Sebaliknya, antarhubungan akan menghasilkan proses regulasi dalam sistemnya masing-masing.
commit to user
22
Sosiologi sastra sebagai suatu jenis pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan asumsi berbeda daripada yang telah digariskan
oleh teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra adalah ekspresi
dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki keterkaitan resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat tersebut
Soemanto, 1993; Levin, 1973:56. Sebagai suatu bidang teori, maka sosiologi sastra dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan keilmuan dalam menangani
objek sasarannya. Sementara itu, Pospelov 1967:354 berpendapat sebagai berikut:
What is the relationship between literature and sociology? Literature is an art that develops in human society throughout the ages quite
independently of sociology, whereas sociology ias a science whose purpose is to discover the objective laws of social life in all its
manifestations including creative art. Dalam pendapat lain, Rushing 2004 juga berpendapat bahwa :
Sociology of literature a brach of literary study that examines the relationship between literary work and their social, modes of
publicational dramatic presentation, and the social class position of authors and readers
Metode sosiologi sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksicerminan masyarakat pada zaman karya sastra itu
ditulis. Sebagai anggota masyarakat, penulis tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial budaya, politik, keamanan, ekonomi dan alam yang
melingkupinya. Selain merupakan suatu eksperimen moral yang dituangkan oleh pengarang melalui bahasa, sastra dalam kenyataannya menampilkan
gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan sosial Damono, 1978:1. Seperti halnya karya seni yang lain, karya sastra adalah
refleksi pengalaman hidup dan kehidupan manusia, baik secara nyata ataupun hanya rekaan semata, yang dipenggal-penggal dan kemudian
dirangkai kembali dengan imajinasi, persepsi dan keahlian pengarang serta perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
23
disajikan melalui sebuah media bahasa. Bagaimanapun peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah
pantulan hubungan seseorang dengan Tuhan, alam semesta, masyarakat, manusia lainnya, dengan dirinya sendiri. Hubungan hakiki itulah yang
kemudian melahirkan berbagai masalah yang dihadapi manusia, misalnya : maut, tragedi, cinta, loyalitas, harapan , makna dan tujuan hidup.
Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Wellek dan Warren 1956 membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi yaitu: a sosiologi
pengarang: yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang; b sosiologi karya
sastra: yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan
apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya; c sosiologi sastra: yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap
masyarakat. Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat
oleh Ian Watt Damono, 1978 dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra menurut Ian
Watt akan mencakup tiga hal, yakni: a konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat
pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi diri pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya
sastranya; b sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat;
cFungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat
berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan masyarakat bagi pembaca.
Umar Junus 1985 mengemukakan bahwa yang menjadi pembicaraan dalam telaah sosiologi sastra adalah sebagai berikut: a karya
sastra dilihat sebagai dokumen sosio-budaya; b penelitian mengenai perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
24
penghasilan dan pemasaran karya sastra; c penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap sebuah karya sastra seorang penulis tertentu dan apa
sebabnya; d pengaruh sosio-budaya terhadap penciptaan karya sastra, misalnya pendekatan Taine yang berhubungan dengan bangsa, dan
pendekatan Marxis yang berhubungan dengan pertentangan kelas; ependekatan strukturalisme genetik dari Goldman; dan f pendekatan
Devignaud yang melihat mekanisme universal dari seni, termasuk sastra. Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
metode sosiologi sastra mempunyai prinsip dasar bahwa karya sastra merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastrakesusastraan itu
ditulis, atau dengan kata lain karya sastra dalam taraf tertentu merupakan ekspresi masyarakat dan bagian dari suatu masyarakat.
3. Resepsi Sastra