Temuan-temuan Berdasarkan Wawancara Dengan Guru SLB yang

yang khawatir, namun SU juga merasa khawatir karena mereka mengetahui bagaiman kondisi F. SU mengakui kalau Z dan SU tidak pernah membawanya ke suatu acara keluarga, karena kondisi F tidak memungkinkan untuk di ajak pergi keluar rumah dalam waktu yang lama. “ya bapak tu kadang orangnya ga tegaan, dia takut nanti ada apa- apa sama F. Saya juga kan takut kalau nanti F jadi bahan ejekan teman-temannya atau orang yang melihatnya”. W13-Z2 “wah mba kalau bawa dia ya repot, soalnya dia kan kalau denger suara keras, dia pusing, nanti nagis. Kalau misalnya ada adzan itu mbak, dia masuk kamar terus kupingnya ditutup bantal. Ya kasihan lah mbak. Jadi ya kalau saya ajak dia ke suatu acara, saya takut dia nanti malah jadi rewel, saya sama bapak kan juga ga mau nanti anak saya jadi tontonan orang”.W14-Z2 Z merasa sayang terhadap anaknya, sehingga Z menuruti semua kemauan anaknya, karena Z tidak mau anaknya nangis atau rewel ”ya saya kan orangnya ga tegaan. Saya ga tega mbak melepas anak saya bersama orang lain. Saya lebih tenag jika F ada dalam pengawasan saya. Ya bagaimanapun juga, itu kan anak saya. Bagaimanapun keadaannya ya saya tetep sayang sama anak saya. Makanya saya turuti aja apa mau anak saya, yang penting dia seneng, ga rewel, ga nangis. Soale nek dikne wis nangis, yo wis angel mbak”.W30-Z2

5.5.6 Temuan-temuan Berdasarkan Wawancara Dengan Guru SLB yang

pernah mengajar “F” FN adalah salah satu guru yang pernah mengajar “F” saat “F” sekolah di SLB. FN mengajar “F” di kelas 2, sebelum FN mengajar “F” di kelas 3, FN mempelajari terlebih dahulu kemampuan “F” itu apa saja dari guru “F” di kelas 1. hal ini dilakukan agar “F” mendapat perlakuan yang sesuai kemampuannya dan FN dapat mengajarkan sesuatu yang baru sekaligus melatih apa yang telah diperoleh “F” di kelas 2 agar “F” tidak lupa. Menurut FN “F” mengalami perubahan meskipun sangat sedikit setelah mengikuti proses belajar di SLB. “kalau perubahan si ya tidak terlalu besar, namun hal itu sudah sangat bagus, karea dulu dia tida bisa berkomunikasi sama sekali, dia itu diam gitu mbak, tapi setelah mengikuti pembelajaran di sini, ya lumayan mbak, dia sedikit bisa merespon gitu lah mbak”. FN1-W2 Menurut HN orang tua “F” cukup perhatian terhadap “F”, hal ini terlihat dari disekolahkannya “F” ke SLB, walaupun sebenarnya SLB bukan sekolah yang tepat untuk anak autis. “ya orang tuanya si saya lihat cukup perhatian, buktinya saja mau membawa anaknya kesini, walaupun sebenarnya tidak tepat memasukan anak autis ke SLB. Untuk urusan mengajari di rumah saya kurang tahu, soalnya mungkin kalau “F” di rumah juga diajari ya sebenarnya dia dapat memperlihatkan perkembangan yang bagus. Tapi ya tidak tahu lah mbak, saya kan hanya bertugas mengajarinya di sekolah ini”. FN1-W4 Menurut FN alasan orang tua “F” tidak menyekolahkan lagi anaknya adalah karena tidak ada yang mengantar “F” berangkat dan pulang sekolah. “ ya katanya si, karena tidak ada yang mengantar jemput “F” ke sekolah, jadi “F” berhenti dari sekolahnya. Padahal si sebenarnya sayang banget mbak”. FN1-W10 Harapan FN adalah bahwa sekeluarnya “F” dari SLB, “F” disekolahkan di sekolah khusus untuk anak autis dan orang tua “F “ juga berpartisipasi dalam melakukan terapi di rumah. “Saya si berharap sekali “F” disekolahkan di sekolah khusus untuk anak autis dan di rumah orang tua “F” mau memberikan terapi untuk anaknya”. FN1-W11 Menurut FN orang tua F sangat sayang dan perhatian terhadap anaknya. Bahkan Z merasa tidak tenang ketika membiarkan anaknya di luar rumah tanpa pengawasan. Z tidak pernah membiarkan anaknya sendiri di sekolah. ”pernah mbak tapi tidak lama. Orang tua F itu tidak berani melepaskan anaknya sendiri. Kadang malah jika tidak ada yang mengantar ya F tidak sekolah”.W14-Z2 ”ya saya lihat si orang tuanya baik, perhatian dan mereka jarang membiarkan anaknya sendiri, maksudnya mereka selalu mengawasi anaknya kecuali kalau mereka bekerja. Malah sepertinya mereka tidak tenang jika anaknya di sekolah tanpa ada yang mengawasi. Ya itu tadi mbak, kalau tidak ada pengasuhnya ya anaknya tidak berangkat sekolah”.W15-Z2

BAB 6 PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

Dari hasil temuan-temuan penelitian, peneliti mendapatkan beberapa poin penting yang dirasa cukup unik untuk dibahas dalam bab ini. Adapun hal-hal yang telah terungkap dalam penelitian ini antara lain adalah hal-hal yang melatarbelakangi ketidakpedulian seorang ayah yang berprofesi guru terhadap pendidikan remaja autis, bentuk ketidakpedulian serta sikap orang tua terhadap remaja autis. Selain hal tersebut peneliti juga menemukan adanya kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang autis. Kekhawatiran ini justru menyebabkan subyek tidak memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan anaknya yang autis. Temuan penelitian ini diperoleh setelah melalui proses yang cukup panjang. Peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi serta tes psikologi, yakni tes DAM dan BAUM. Teknik-teknik tersebut digunakan untuk mengungkap latarbelakang, sikap serta akibat ketidakpedulian subyek terhadap pendidikan remaja autis.

6.1 Latarbelakang ketidakpedulian Z terhadap pendidikan

Dari berbagai teknik penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa hal yang menjadi latar dan sebab ketidakpedulian subyek terhadap pendidikan remaja autis. Adapun hal-hal yang menjadi latar dan sebab ketidakpedulian subyek akan diuraikan sebagai berikut: