Prioritas subyek terhadap anak normal Fasilitas yang tidak tersedia

6.1.1 Prioritas subyek terhadap anak normal

Salah satu sebab yang melatarbelakangi ketidakpedulian subyek terhadap anaknya yang autis adalah karena sebyek lebih memprioritaskan biaya pendidikan untuk anaknya yang normal dari pada biaya pendidikan untuk anaknya yang autis. Meskipun subyek merupakan keluarga yang mampu, namun subyek merasa bahwa biaya pendidikan untuk anaknya yang autis cukup mahal. Subyek tidak merasa bahwa pendidikan untuk anaknya yang autis juga sama pentingnya dengan anaknya yang normal. Subyek bahkan tidak mengetahui bagaimana rencana untuk masa depan anaknya yang autis. Disini terlihat bahwa perhatian terhadap anaknya yang autis berbeda dengan anak subyek yang normal. Tidak adanya perhatian subyek terhadap anaknya yang autis disebabkan oleh faktor kebutuhan. Menurut Ahmadi dalam Suardiman, 1984 hal-hal yang mempengaruhi perhatian dan kepedulian orang tua salah satunya adalah kebutuhan. Kemungkinan timbulnya perhatian dan kepedulian karena adanya suatu kebutuhan tertentu. Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan tersebut mempunyai satu tujuan yang harus dicurahkan. Orang tua memberikan perhatian kepada anak disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai.

6.1.2 Fasilitas yang tidak tersedia

Fasilitas yang kurang memadai di kota tempat tinggal subyek menjadikan subyek tidak dapat memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anaknya. Tidak terdapatnya sekolah khusus untuk anak autis, menjadikan subyek tidak menyekolahkan anaknya yang autis. Subyek juga tidak memberikan terapi untuk anaknya baik di rumah maupun di luar rumah. Subyek tidak memberikan terapi di rumah karena subyek beranggapan bahwa pemberian terapi kepada anaknya merupakan hal yang percuma, karena anak subyek tidak menunjukan perubahan dan cenderung menolak. Subyek tidak memberi terapi seperti yang subyek lakukan saat anaknya masih sering di bawa ke dokter dan psikolog dulu. Subyek merasa putus asa karena sesuatu yang diharapkan subyek dari anaknya tidak subyek dapatkan. Anak subyek tetap saja tidak menujukan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, sehingga subyek merasa apa yang subyek berikan tidak membuahkan hasil yang diinginkannya. Karena respon yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi, sehingga pemberian terapi tersebut tidak dilakukan. Skiner dalam Friedman, 2006 mengemukakan bahwa respon-respon yang dihasilakan oleh organisme itu memiliki konsekuensi terhadap lingkungannya; jika respon tersebut mendapatkan imbalan, respon tersebut akan lebih mungkin kembali muncul. Sedangkan subyek juga tidak memberika terapi di luar rumah, hal ini terjadi karena tidak adanya pusat terapi di kota tempat tinggal subyek. Untuk dapat memberikan terapi serta menyekolahkan anaknya di sekolah khusus untuk anak autis, subyek harus menyekolahkannya di luar kota. Sementara subyek merasa khawatir ketika melepaskan anaknya jauh dari pengawasannya. Pendidikan yang tidak diberikan subyek kepada anaknya meliputi pendidikan formal serta non formal. Menurut Syafei 2006; 6 pendidikan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan pendidikan yang hendak dicapai yang menjiwai seluruh tindakan yang dilancarkan terhadap anak didik. Pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan di sekolah formal seperti sekolah khusus untuk anak autis. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan di luar sekolah formal yang dilakukan dengan membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Berdasarkan pengertian pendidikan tersebut, subyek tidak memberikan keduanya, baik formal maupun non formal. Hal ini terlihat dari tidak disekolahkannya anaknya di sekolah khusus autis, serta tidak diberinya terapi di rumah.

6.1.3 Kondisi anak autis yang tidak mau diajari