Sikap Subyek Terhadap Remaja Autis

6.3 Sikap Subyek Terhadap Remaja Autis

Pada awalnya subyek merasa stres dan bingung ketika mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan autis. Subyek belum mengetahui apa itu autis, karena informasi mengenai autis sangatlah terbatas. Seiring waktu berjalan subyek mendapatkan informasi dari berbagai sumber seperti dokter, majalah, buku serta televisi. Namun hal ini tidak menjadikan kebingungannya langsung dapat hilang, subyek justru merasa khawatir dan stres karena pada kenyataannya anaknya berkembang tidak sesuai dengan harapan. Subyek sebagai seorang bapak dan kepala rumah tangga, menunjukan sikap yang cukup baik. Subyek membawa anaknya ke dokter spesialis anak dan psikolog pada saat anak masih berusia sekitar 1-3 tahun. Setelah mengikuti beberapa pengobatan melalui ahli medis seperti dokter dan psikolog, subyek belum melihat perkembangan pada anaknya. Hal ini menyebabkan subyek tidak mau mengakui kenyataan sehingga subyek mencoba mencari pengobatan alternatif untuk menyembuhkan anaknya. Menurut Ginanjar 2008; 10 reaksi awal sebagian besar orang tua yang mempunyai anak autis setelah mengetahui bahwa anaknya menderita autis adalah menunjukan sikap tidak mau mengakui kenyataan. Subyek berharap pengobatan alternatif ini dapat membuat anaknya menjadi normal dalam waktu singkat. Subyek mempunyai seorang teman yang membantunya dalam pengobatan alternatif dan subyek berkonsultasi dengan temannya tersebut. Namun hasilnya juga tidak terlihat. Pada saat anak subyek berusia delapan atau sembilan tahun subyek memasuan anaknya ke SLB, namun subyek tidak memberikan terapi apapun di rumah. Subyek beranggapan yang penting anaknya sekolah, meskipun subyek mengetahui bahwa pendidikan di SLB tidak tepat untuk anaknya. Sebagai seorang guru, subyek masih memperhatikan pendidikan untuk anaknya, meskipun pendidikan yang diberikan tidak tepat. Di dalam rumah, subyek tidak membeda-bedakan anak subyek yang autis dengan anak lainnya, kecuali dalam masalah pendidikan. Dalam masalah pendidikan, subyek lebih mementingkan pendidikan kedua anak subyek yang normal dari pada pendidikan untuk anaknya yang mengalami gangguan autis. Hal ini terlihat dan subyekpun mengakuinya bahwa, subyek lebih memilih menyekolahkan anaknya yang lain hingga Perguruan Tinggi dan menomorduakan pendidikan untuk anaknya yang autis. Subyek merasa beban sebagai orang tua yang memiliki anak autis sangat berat. Hal ini terlihat ketika subyek merasa tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya yang autis sekaligus menyekolahkan kedua anak subyek lainnya yang normal secara bersamaan. Beban serta tanggungjawab subyek tersebut menjadikan subyek bersikap apatis. Subyek justru tidak mempedulikan pendidikan anaknya yang autis karena subyek merasa tidak berdaya untuk memperlakukan anaknya tersebut. Hal ini dapat terlihat dari pemberian pendidikan dan terapi untuk anaknya. Subyek justru membiarkan dan terkesan acuh dengan pendidikan untuk anaknya yang autis. Subyek tidak memberikan pendidikan atau terapi di rumah secara rutin terhadap anaknya yang autis. Namun subyek juga merasa khawatir ketika anaknya diasuh orang lain dan tanpa pengawasan subyek, sehingga subyek juga tidak dapat melepaskan anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang tepat di sekolah khusus untuk anak autis. Sehingga sekarang yang terjadi subyek membiarkan anaknya tanpa pendidikan dan terapi di rumah. Sikap subyek yang apatis ini membuktikan kebenaran hasil analisis tes BAUM. Dari hasil analisis tes BAUM, dapat diketahui bahwa subyek adalah orang yang apatis. Selain sikap apatis, subyek juga menjadi menarik diri dari dunia luar. Subyek merasa malu dengan kondisi anaknya yang tidak normal. Sebagai orang tua, subyek berharap anaknya dapat berkembang secara normal, namun karena kenyataan tidak seperti harapan, bagaimanapun juga subyek memiliki rasa sedih dan kecewa. Kadang subyek merasa malu dengan kondisi anaknya, meskipun hanya sedikit. Namun hal ini juga berdampak terhadap kondisi anak, yakni anak tidak boleh berlama-lama bermain di luar rumah, karena subyek khawatir anaknya akan menjadi bahan cemoohan orang. Subyek lebih sering berinteraksi bersama anaknya di dalam rumah. Subyek bahkan menyuruh anaknya tetap berada di dalam rumah ketika subyek pergi bekerja. Sikap subyek yang menarik diri dari dunia luar juga membuktikan kebenaran hasil analisis tes DAM. Dari hasil analisis tes DAM, dapat diketahui bahwa subyek adalah orang yang percaya dirinya sangat rendah dan menarik diri dari dunia luar.

6.4 Kekhawatiran Sebagai Salah Satu Alasan Mengapa Subyek