default, 2 orang pindah ke RS Persahabatan dan 53 orang yang bersedia menjalani pengobatan. Pasien TB MDR dirawat di ruangan khusus yang terletak di
RA3Rindu A 3 Paru. Ruangan rawat terdiri dari dua kamar, satu kamar terdiri dari dua tempat tidur untuk pasien permpuan dan kamar lainnya dengan tiga
tempat tidur untuk pasien laki-laki. Pasien TB MDR mendapat OAT MDR dari RSUP.H.Adam Malik bekerja sama dengan WHO.
Sejak februari 2014, poliklinik TB MDR resmi diaktifkan bergabung dengan Unit DOTS TB Paru. Sampai juni 2014 jumlah pasien TB MDR 63 orang
laki-laki 40 orang dan permpuan 23 orang, 5 orang pasien meninggal, 4 orang default dan hanya 50 orang yang bersedia menjalani pengobatan.
4.2. Karakteristik Responden
Mayoritas responden berusia dewasa menengah 34-59 tahun yaitu 41 orang 65,1. Pasien termuda pada penelitian ini berusia 19 tahun dan yang
tertua berusia 78 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Espinal, et al. 2008 menemukan bahwa MDR TB prevalencenya lebih sering terjadi pada kelompok
35-64 tahun. Kejadian yang tinggi pada usia produktif akan menghilangkan kesempatan penderita berproduktif menghasilkan karya dan usahanya bagi
keluarga dan bagi negara, di usia produktif TB paru lebih mudah menular, karena pada usia ini orang harus pergi ke tempat kerja dan mereka akan bertemu banyak
orang selama aktivitas sehari-hari. Sebagian responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 43 orang 68,3,
perempuan sebanyak 20 orang 31,7 beragama Kristen 52 orang 82,5
Universitas Sumatera Utara
bersuku Batak dikarenakan penderita TB MDR diseluruh Sumatera Utara mendapatkan pengobatan di RSUP. H. Adam Malik sebagian besar masyarakat
Sumatera Utara bersuku Batak dan mayoritas suku Batak beragama Kristen. Hirpa 2013 dalam penelitiannya di Ethiopia laki-laki memiliki resiko untuk
terjadinya TB MDR karena sebagian besar kegagalan pengobatan terjadi pada laki-laki, hal ini dihipotesakan bahwa perempuan lebih disiplin dan meminum
obat teratur. Pekerjaan pasien berdasarkan urutan yang terbanyak sampai terendah
wiraswasta, pegawai swasta, tidak berkerja, petaniburuh dan PNS. Sebagian pekerjaan responden wiraswasta sebanyak 18 orang 28,6 dan pegawai swasta
17 orang 27,0 dengan penghasilan mayoritas Rp. 1.000.000 – 2.000.000 sebanyak 24 orang 38,1. Hal ini sesuai dengan penelitian Munir, Nawas
Sutoyo 2010 yang mendapatkan pekerjaan terbanyak pada sektor swasta dan dalam penelitian ini tidak diperinci jenis pekerjaannya. Hal ini jika dikaitkan
dengan penghasilan maka pekerjaan di sektor swasta sepertinya tidak berarti memiliki penghasilan yang lebih baik. Frieden, et al. 2004 menyatakan bahwa
pasien dengan status sosial pendapatan atau pendidikan rendah ternyata tidak memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya kejadian TB MDR.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita TB MDR n=63
Karakteristik f
Umur • Dewasa muda 18-34
• Dewasa menengah 34-59 • Lanjut usis 60-80
18 41
4 28,6
65,1 6,3
Jenis kelamin • Laki-laki
• Perempuan 43
20 68,3
31,7
Agama • Islam
• Kristen 19
44 30,2
69,8 Suku
• Batak • Jawa
• Melayu • Minang
• Tionghoa • Lain-lain
52 4
1 1
1 4
82,5 6,3
1,6 1,6
1,6 6,3
Pendidikan • SD
• SMP • SMUSederajat
• Diploma • Sarjana
3 14
27 5
14 4,8
22,2 42,9
7,9 22,2
Pekerjaaan • PNS
• Pegawai Swasta • Wiraswasta
• Petaniburuh • Tidak bekerja
4 17
18 7
17 6,3
27,0 28,6
11,1 27,0
Pendapatan • 500.000
• 500.000-1.000.000 • 1.000.000-2.000.000
• 2.000.000-3.000.000 • 3.000.000
14 5
24 17
3 22,2
7,9 38,1
27,0 4,8
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Lanjutan. Menunjukkan mayoritas responden sudah menikah sebanyak 45 orang 71,4, sebagian besar berjenis keluarga inti sebanyak 33
orang 52,4 dengan jumlah keluarga mayoritas 5 orang sebanyak 38 orang 60,3. Mayoritas yang menjadi PMO adalah istrisuami sebanyak 35 orang
55,6, hal ini disebabkan karena mayoritas penderita sudah menikah dan orang yang terdekat adalah istrisuami. Dari lama minum obat mayoritas responden
6 bulan sebanyak 28 orang 44,4 ditemukan paling lama pasien sudah minum obat selama 22 bulan ada 1 orang, sebagian besar masih berada pada fase intensif
sebanyak 42 orang 66,7 sebagian besar belum mengalami konversi sebanyak 30 orang 47,6. Jika dikaitkan belumnya konversi dengan lamanya minum obat
pasien masih menunggu hasil pemeriksaan sputum yang hasilnya baru bisa diketahui setelah 2-3 bulan pemeriksaan sputum dan pasien mayoritas masih
berada di fase intensif. 3 kriteria yang ditemukan walaupun seorang suspek bisa saja memiliki 2 atau lebih kriteria. Kriteria suspek yang terbanyak adalah
kriteria gagal kategori 1 sebanyak 55 orang 87,3, selanjutnya kriteria kambuh sebanyak 7 orang 11,1 dan kriteria gagal kategori 2 sebanyak 1 orang 1,6.
Hal ini tentu menjadi faktor resiko untuk terjadinya resistensi OAT. Pada penelitian Maharatta 2010 ditemukan riwayat pengobatan TB tidak teratur
berhubungan kuat dengan kejadian TB MDR. Dalam menentukan kriteria kasus TB MDR, peneliti melihat status rekam medik pasien.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. lanjutan. Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita TB MDR n=63
Karakteristik f
Status perkawinan • Menikah
• Tidak menikah • Jandaduda
45 13
5 71,4
20,6 5
Jenis keluarga • Keluarga inti
• Keluarga extended 33
30 52,4
47,6
Jumlah Keluarga • 3 orang
• 4 orang • 5 orang
• 5 orang 1
8 16
38 1,6
12,7 25,4
60,3
Hubungan dengan PMO • Orang tua
• Anak • Saudara
• Istrisuami 8
9 11
35 12,7
14,3 17,5
55,6
Lama minum obat • 6 bulan
• 6-12 bulan • 13-18 bulan
• 19-24 bulan 28
21 13
1 44,4
33,3 20,6
1,6
Waktu konversi • Belum konversi
• Bln ke 1 • Bln ke 2
• Bln ke 3 • Bln ke 4
• Bln ke 5 • bln ke 6
30 10
8 8
4 2
1 47,6
15,9 12,7
12,7 6,3
3,2 1,6
Fase pengobatan • Fase intensif
• Fase lanjutan 42
21 66,7
33,3
Kriteria Suspek • kambuh
• Gagal kategori 1 • Gagal kategori 2
7 55
1 11,1
87,3 1,6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Lanjutan. menunjukkan semua responden mengalami lebih dari satu efek samping minum obat OAT MDR paling banyak pasien mengalami
mual dan muntah sebanyak 59 orang diikuti dengan sakit kepala dirasakan sebanyak 57 orang , oyong dan nyeri tulang dirasakan sebanyak 46 orang. Adanya
efek samping OAT merupakan salah satu faktor resiko terjadinya default CDC, 2007. Penelitian oleh Sinha dan Tiwari 2010 di distrik Raipur India,
mendapatkan alasan ketidakpatuhan minum obat adalah ketakutan akan efek samping obat
Tabel 4.1. Lanjutan. Distribusi Frekuensi Efek Samping Minum Obat pada Penderita TB MDR n=63
Efek Samping OAT MDR f
• Mual dan Muntah • Gatal dikulit
• Gangguan Jiwa • Sakit kepala
• Demam • Oyong
• Nyeri tulang • Diare
• Anemia • Gangguan hati
• Gejala influenza • Gangguan pendengaran
• Kesemutan • Mata rabun
59 46
12 57
12 46
46 18
16 12
16 17
19 44
12 93,7
73,0 19,0
90,5 19,0
73,0 73,0
27,0 28,6
19,0 25,4
27,0 30,2
69,8 19,0
Responden bisa mengalami lebih dari 1 efek samping OAT MDR
.
4.3. Analisa Univariat