5.2 Peran Perawat Pada Penderita TB MDR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 responden ditemukan dalam kategori baik sebanyak 43 orang 68,3 dan kategori kurang sebanyak 20 orang
31,7. Dalam penelitian McEwen Boyle 2007 penelitian tentang resistensi, kesehatan dan infeksi TB laten pada immigrant di mexico ditemukan kurangnya
kualitas interaksi dengan perawat membuat pasien merasa terpaksa dalam menjalankan pengobatan.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Pare, Amiruddin Leida 2012 dalam penelitiannya tentang hubungan antara pekerjaan, PMO, pelayanan
kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi dengan perilaku berobat pasien TB Paru yang dilakukan di kota Makassar menyatakan peran perawat baik
sebanyak 59,1. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana 2008 dalam penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru di Jakarta yang mengemukakan bahwa peran perawat berhubungan dengan kepatuhan minum obat pada penderita
TB Paru. Peneliti Peranan perawat dalam melayani pasien TB MDR diharapkan
dapat membangun hubungan yang baik dengan pasien. Perawat berasumsi unsur kinerja perawat mempunyai pengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan,
termasuk pelayanan kesehatan terhadap pasien TB yang secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap keteraturan berobat pasien yang pada
akhirnya juga menentukan hasil pengobatan. Berdasarkan Dinkes 2014 yang
Universitas Sumatera Utara
membagi peran perawat TB sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukasi dan advokasi, konselor, sebagai pengelola ruangan, sebagai peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan kategori baik sebanyak 43 orang 68,3 dan pemberi asuhan
keperawatan kurang sebanyak 20 orang 31,7. Perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga yang mengalami TB MDR melalui upaya
promotif, preventif, kolaborasi dalam pengobatan kuratif dan rehabilitatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hsieh, et al. 2008 di
Taiwan dalam penelitian tentang eksplorasi efektivitas model manajemen DOTS dalam meningkatkan kepatuhan pasien TB menemukan perawat klinis
memberikan kontribusi yang signifikan untuk pelayanan kesehatan bagi pasien TB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi edukasi dan advokasi baik sebanyak 44 orang 69,8, edukasi dan advokasi
kurang sebanyak 19 orang 27. Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pasien TB MDR dan keluarga dalam pencegahan dan penanganan TB.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nymathy ,et al. 2006 dalam penelitian tentang uji coba secara acak dari dua program
pengobatan untuk orang dewasa tunawisma dengan infeksi TB laten menemukan bahwa manajemen kasus perawat dikombinasikan dengan edukasi dan penemuan
Universitas Sumatera Utara
kasus TB MDR dapat meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan TB Laten pada tunawisma
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konselor baik sebanyak 49 orang 77,8, konselor kurang sebanyak 14 orang 22,2,0. Di Rumah Sakit
terdapat unit DOTS pada unit DOTS peran perawat sangat strategis yaitu sebagai konselor. Perawat memfasilitasi pasien untuk mencari pemecahan masalah
kesehatan dalam perubahan perilaku yang terjadi dan dihadapi pasien Dinkes, 2014.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Husnawati
dkk 2007 tentang pengaruh konseling terapi OAT yang menemukan adanya pengaruh konseling terhadap kepatuhan minum obat dengan p.value 0,007. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh ElHameed, Howyida
Heba 2012 tentang efektifitas konseling manajemen self care terhadap perilaku kesehatan yang menemukan adanya pengaruh konseling terhadap
perilaku kesehatan pasien dengan TB.
5.3 Kepatuhan Minum Obat Penderita TB MDR.