BAB 5 PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa dukungan keluarga dan peran perawat memiliki hubungan dengan kepatuhan minum obat pada
penderita TB MDR. Penjelasan tentang tiap variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
5.1 Dukungan Keluarga pada Penderita TB MDR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dukungan keluarga pada penderita TB MDR pada kategori baik yaitu 42 orang 66,7 dan dukungan
keluarga kurang sebanyak 21 orang 33,3. Menurut Friedman 1998 dukungan keluarga adalah sikap dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Keluarga
juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanyadan anggota kelurga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu memberikan
pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pare,
Amiruddin Leida 2012 dalam penelitiannya tentang hubungan antara pekerjaan, PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi
dengan perilaku berobat pasien TB Paru yang dilakukan di kota Makassar menemukan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor resiko terhadap perilaku
berobat pasien TB Paru. Kegagalan pengobatan TB Paru dapat disebabkan oleh putus berobat atau terjadinya resisten terhadap obat yang disebabkan oleh
ketidakteraturan pasien dalam menjalani pengobatannya. Keluarga merupakan orang yang dekat dengan pasien. Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan pengobatan anggota keluarganya. Sehingga keluarga harus memberi dukungan agar penderita dapat menyelesaikan pengobatannya sampai
sembuh. Sebagian besar responden dalam penelitian ini bersuku Batak 82,5 hal
ini disebabkan responden berasal dari seluruh Sumatera utara dan mayoritas penduduk di Sumatera Utara bersuku Batak Batak Karo, Batak Mandailing,
Batak Toba, dll. Ethnik juga dapat mempengaruhi terhadap dukungan keluarga. Penderita yang bersuku Batak mempunyai dukungan keluarga lebih besar
dibandingkan dengan ethnik lain. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang kebudayaan suku Batak yang memiliki sejarah ikatan kekeluargaan yang kuat.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Hutapea 2010 dalam penelitian tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat
OAT yang dilakukan di Surabaya menyimpulkan bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan minum OAT pada penderita TB Paru. Dalam
penelitian tersebut ditemukan dukungan keluarga yang dilakukan anggota keluarga dengan mendorong penderita untuk berobat secara teratur,
memperhatikan kemajuan pengobatan penderita untuk berobat secara teratur, memberi bantuan transport dan menghindari penderita yang sakit TB. Hasil
penelitian ini juga didukung Nasution 2007 tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien dalam mengikuti program DOTS
menemukan bahwa pasien yang berhasil mengikuti program DOTS memiliki dukungan keluarga yang lebih besar dibandingkan pasien yang gagal di Medan,
Indonesia. Nofizar, Nawas Burhan 2010 dalam penelitian tentang identifikasi
Universitas Sumatera Utara
faktor resiko TB MDR di RS Persahabatan Jakarta menemukan dukungan keluarga baik 80 dan merupakan faktor dari pasien yang menyebabkan
terjadinya TB MDR. Hal ini disebabkan anggota keluarga mendukung secara adekuat terutama dalam dukungan informasional ditemukan dukungan
informasional dengan kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan informasi yang diberikan
keluarga pada pasien TB MDR mayoritas berkategori baik sebanyak 45 orang 71,4 dan dukungan informasi kurang sebanyak 18 orang 28,6. Informasi
yang diberikan kepada pasien berguna untuk menambah wawasan klien untuk patuh minum obat. Dukungan informasi semakin tinggi apabila informasi yang
diberikan kepada pasien dimengerti dan dikuti oleh pasien. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan keluarga memberitahu tentang
penyebab penyakitnya, cara penularan, lama minum obat dan informasi tentang efek samping OAT MDR.
Diikuti hasil penelitian dari dukungan instrumental yang diberikan keluarga pada penderita TB MDR berada pada kategori baik yaitu sebanyak 44
orang 69,8. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal dana maupun pertolongan bantuan bagi pasien tidak menjadi hal yang sulit bagi keluarga untuk
memperhatikannya. Keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab yang penuh untuk berkontribusi dalam mencapai derajat kesehatan anggota keluarganya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional yang diberikan keluarga pada penderita TB MDR berada pada kategori baik yaitu sebanyak 40
orang 63,5. Hal ini berarti sebagian besar responden menerima ungkapan
Universitas Sumatera Utara
empati, kepedulian dan perhatian terhadap keadaan pasien misalnya dalam bentuk mendengarkan keluhan psikologis karena efek samping pengobatan sehingga
dengan adanya dukungan tersebut pasien merasa di urus, diperhatikan dan disayangi serta tidak menyalahkan atas permasalahan yang dihadapi dan
memberikan rasa nyaman dalam meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk tetap patuh menjalani pengobatan. Keluarga merupakan sistem pendukung utama
yang membantu dalam perawatan secara langsung pada setiap keadaan sehat maupun sakit. Secara lebih spesifik, dukungan keluarga yang adekuat terbukti
berhubungan dengan menurunya mortalitas, lebih mudah sembuh dari keadan sakit dan mempengaruhi kognitif, fisik dan keadaan emosi Ryan Austin dalam
Friedman, 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan penilaian yang diberikan
keluarga pada penderita TB MDR berada pada kategori baik yaitu sebanyak 38 orang 60,3. Hal ini berarti sebagian besar responden tergolong baik dalam
bentuk dukungan penghargaan positif, dorongan maju untuk sembuh, pujian ketika berhasil minum obat atau suntik. Dalam aspek penghargaan ini, keluarga
dapat memberikan penghargaan positif dan reinforcement atau penguatan kepada pasien. Pemberian penghargaan dalam penelitian ini bukan pada konteks berupa
hadiah atas keberhasilan pasien minum obat secara teratur, tapi dalam hal ini adalah keluarga mengekspresikan kepuasan diri terhadap keberhasilan anggota
keluarganya yang mampu mempertahankan konsistensinya meminum obat secara teratur. Kepuasan ini ditunjukkan dengan mau menerima kondisi pasien apa
Universitas Sumatera Utara
adanya dan menguatkan pasien bahwa penyakit ini tidak hanya dimiliki oleh dirinya seorang dan masih banyak orang yang menderita dari pada pasien.
Dukungan penilaian dapat meningkatkankan harga diri seseorang dan efikasi diri sehingga perilaku yang diinginkan dapat tercapai WHO, 2003. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian Ahsan, Fathoni Barriyah 2012 dalam penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan menjalani
pengobatan tuberkulosis kambuh di Puskesmas se-kota Malang dengan jumlah responden 30 orang dari hasil penelitian diperoleh 83,3 responden mendapat
dukungan emosional baik, dukungan informasional baik 66,7, dukungan penilaian baik 63,3, dukungan Instrumental baik 55.
Sama halnya dengan penelitian Dewi, Nursiswati Ridwan 2009 yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien TBC
dalam menjalani pengobatan OAT di Sumedang dengan jumlah responden 51 orang, menemukan sebagian besar pasien TB mendapat dukungan informasi baik
dari keluarga 82,35, dukungan penilaian baik dari keluarga 78 , dukungan Instrumental baik sebanyak 80 dan dukungan emosional sebanyak 72,.
Hasil penelitian tidak sejalan dengan Biswas 2010 dalam penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku kesehatan pada pasien TB
di Thailand menemukan semua jenis dukungan keluarga baik dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional kecuali dukungan
informasi dengan kategori cukup. Hal ini bisa terjadi karena sebagian pasien mencari informasi sendiri tentang keadaan penyakitnya dari buku, brosur dan
tenaga kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Peran Perawat Pada Penderita TB MDR.