Pengertian Perlindungan Hukum Peraturan yang Mengatur tentang Franchise

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN

KONTRAK FRANCHISE

A. Pengertian Perlindungan Hukum

Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Dengan demikian, perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Dalam kaitannya dengan franchise sebagai bagian dari HaKI, maka perlindungan hukum dapat diartikan dengan perlindungan terhadap pemegang HaKI merupakan pengakuan atas kerja keras yang bersangkutan dalam mengembangkan sebuah karya. 28 1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya. Dengan demikian, suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 2. Jaminan kepastian hukum. 3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara. 4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya. 28 Harian Republika, Pemegang Paten Perlu Perlindungan Hukum, Tanggal 24 Mei 2004. Universitas Sumatera Utara

B. Peraturan yang Mengatur tentang Franchise

Perlindungan terhadap franchise akan lebih memadai apabila terdapat adanya peraturan perundang-undangan yang mengikat antara kedua belah pihak yang terikat dengan perjanjian franchise, yakni franchisor dan franchise agar kepentingan kedua belah pihak dapat terlindungi dengan baik. Di belahan benua Amerika dan benua Eropa, negara-negara di sana telah menetapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang franchise dan telah diterapkan dengan sangat baik sekali bagi para pihak yang terikat dengan perjanjian franchise. Di Amerika Serikat sendiri sebagai negara yang pertama sekali mengenal franchise dan telah mengenalkan franchise kepada negara lain di dunia, telah banyak mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang franchise. Salah satu peraturan franchise yang paling terkenal dari Ameriksa Serikat adalah peraturan franchise yang berlaku di negara bagian California. Peraturan franchise yang berlaku di California ini telah dituangkan dalam “California’s Franchise Investment Law” yang dibuat pada tahun 1970 dan tetap berlaku sampai sekarang. Tidak adanya perubahan pada peraturan California’s Franchise Investment Law sampai sekarang ini, telah membuktikan bahwa investasi franchise ini pada dasarnya adalah sangat menguntungkan kedua belah pihak, baik pihak franchisor maupun bagi pihak franchise. 29 Di negara-negara Eropa, Masyarakat Eropa ME telah secara bersama- sama menyusun “Franchise Agreement Regulation” pada tahun 1988. Peraturan Franchise Agreement Regulation ini telah memberikan jaminan kebebasan kepada negara-negara Eropa untuk melakukan monopoli dalam melaksanakan kegiatan 29 Lihat Bambang Sugono, Op.Cit. Hal. 12 Universitas Sumatera Utara franchise . Padahal sebelumnya negara-negara Eropa terikat pada larangan praktik monopoli yang dianut dalam perjanjian Roma. 30 Di kawasan Association of South East Asian Nations ASEAN, perkembangan franchise yang terjadi di belahan benua Amerika dan benua Eropa ternyata juga berimbas kepada perkembangan franchise yang semakin hari semakin terasa kuat. Perkembangan franchise di kawasan ASEAN tidak hanya memberikan pengaruh dalam dunia bisnis saja, melainkan juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam dunia hukum. Implikasi dari perkembangan hukum franchise telah dibahas oleh ASEAN pada Konferensi Asean Law Association ALA di Bali tahun 1990. Hasil dari Konferensi ALA ini hanya menghasilkan rekomendasi kepada negara-negara ASEAN untuk mengikuti perkembangan dunia franchise dengan menetapkan peraturan perundang- undangan yang sejalan dengan perkembangan franchise di dunia. 31 1. Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Di Indonesia sendiri, walaupun bisnis franchise telah berkembang dengan sangat pesat, namun hanya ada sebuah peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai masalah franchise ini. Sekarang ini terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mempunyai hubungan dengan franchise, yakni sebagai berikut : Pasal 1338 KUH Perdata menganut tentang sistem terbuka, maksudnya setiap orang atau badan hukum diberikan kebebasan untuk menentukan kontrak, baik yang sudah dikenal di dalam KUH Perdata maupun yang belum dikenal dalam KUH Perdata. Di samping itu, yang menjadi dasar 30 Ibid. Hal. 12. 31 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, PT. Sinar Grafika, Jakarta, 2004. Hal.167 Universitas Sumatera Utara hukum dalam pengembangan franchise di Indonesia adalah Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1320 KUH Perdata mengatur tentang syarat sahnya suatu perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak, cakap untuk melakukan perbuatan hukum, adanya obyek tertentu dan adanya klausa yang halal. 2. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba Peraturan Pemerintah ini terdiri dari 11 Pasal. Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi : pengertian waralaba, para pihak dalam perjanjian waralaba, keterangan-keterangan yang harus disampaikan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba, dan bentuk perjanjiannya. 3. Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten Undang-Undang ini terdiri dari 139 Pasal. Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi : pengertian paten dan para pihak, ruang lingkup paten, permohonan paten, pengumuman dan pemeriksaan substantif paten, pengalihan lisensi paten, pembatalan paten, pelaksanaan paten oleh pemerintah, Administrasi paten, penyelesaian sengketa paten dan ketentuan pidana. 4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek Undang-Undang ini terdiri dari 101 Pasal. Hal-hal yang diatur di dalamnya antara lain meliputi : Pengertian merek, lingkup merek, pendaftaran merek, pengalihan atas hak merek, penghapusan dan pembatalan merek, administrasi merek, penyelesaian sengketa merek dan ketentuan pidana. Universitas Sumatera Utara 5. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang Undang-Undang ini terdiri dari 19 Pasal. Hal-hal yang diatur di dalamnya meliputi : pengertian rahasia dagang, hak pemilik rahasia dagang, pengalihan hak dan lisensi, penyelesaian sengketa, pelanggaran rahasia dagang, dan ketentuan pidana. 6. Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Undang-Undang ini terdiri dari 38 Pasal. Hal-hal yang diatur di dalamnya meliputi: pengertian usaha kecil, pengertian usaha menengah, pengertian usaha besar, Kriteria usaha kecil, pembinaan, pengembangan dan jaminan usaha kecil, kemitraan usaha kecil dan sanksi administratif. 7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259MPPKep71997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba Keputusan Menteri ini terdiri atas 8 bab dan 26 Pasal. Hal-hal yang diatur dalam Keputusan Menteri ini meliputi : pengertian umum, bentuk perjanjiannya, kewajiban pendaftaran dan kewenangan penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba STPUW, persyaratan waralaba, pelaporan, sanksi, ketentuan peralihan dan penutup. 8. Keputusan Menteri Perdagangan No. 376KepXI1988 tentang Kegiatan Perdagangan Keputusan Menteri Perdagangan ini telah memungkinkan perusahaan asing dalam status Penanaman Modal Asing PMA dapat melakukan penjualan hasil produksinya di dalam negeri sampai pada tingkat pengecer dengan mendirikan perusahaan patungan antara perusahaan asing di Universitas Sumatera Utara bidang produksi tersebut dengan perusahaan nasional sebagai penyalur. Dengan keputusan tersebut franchisor yang memproduksi barang dapat melakukan hubungan langsung dengan para pengecernya. Para pengecer tersebut adalah para franchise. 32

C. Latar Belakang timbulnya Kontrak Franchise

Dokumen yang terkait

Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

6 148 153

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1 45 46

Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dan Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 4 Ayat 2pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

14 149 189

Prosedur Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (Studi Desa Kutambaru Kecamatan Munthe Kabupaten Karo)

1 67 82

Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Medan ( Studi Pada Kantor Walikota Medan)

26 173 113

Implikasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Terhadap Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah Di Kabupaten Gayo Lues

1 41 135

Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998

6 58 93

Faktor – Faktor Pendukung Keberhasilan Penerapan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Pada Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu

1 32 103

Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajb Pajak Yang Memiliki Predaran Bruto Tertentu Terhadap Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

3 57 83

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH DI KABUAPTEN MAJALENGKA

0 0 12