Latar Belakang timbulnya Kontrak Franchise

bidang produksi tersebut dengan perusahaan nasional sebagai penyalur. Dengan keputusan tersebut franchisor yang memproduksi barang dapat melakukan hubungan langsung dengan para pengecernya. Para pengecer tersebut adalah para franchise. 32

C. Latar Belakang timbulnya Kontrak Franchise

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang franchise di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis franchise yang jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis franchise tersebut. Berbagai peraturan tersebut diharapkan dapat menjamin kepastian hukum dalam bisnis franchise di Indonesia, karena masih menimbulkan berbagai persoalan, seperti : perlindungan terhadap HaKI, perlindungan terhadap investor, pencegahan terhadap persaingan usaha monopoli dan oligopoli oleh franchisor , dan bagaimana memfasilitasi modal asing lewat franchise. Persoalan- persoalan ini perlu dituangkan dalam bentuk undang-undang yang khusus mengatur tentang franchise. Dengan adanya undang-undang tersebut nantinya diharapkan akan dapat memberikan kepastian hukum dalam usaha franchise. Dilihat dari ruang lingkup dan konsepnya, sebenarnya kontrak franchise berada di antara kontrak lisensi dan distributor. Adanya pemberian izin oleh pemegang Hak Milik Intelektual atau know-how lainnya kepada pihak lain untuk menggunakan merek ataupun prosedur tertentu merupakan unsur perjanjian lisensi. Di pihak lain, dengan adanya quality control dari franchisor terhadap 32 Winarto, Profil Franchising di Indonesia, Jakarta, Majalah Manajemen, 2000. Hal. 39 Universitas Sumatera Utara produk-produk pemegang lisensi yang harus sama dengan produk-produk lisensor, seakan-akan pemegang franchise merupakan distributor franchisor. Sebagaimana dalam kontrak lisensi, pada kontrak franchise, pemegang franchise juga wajib membayar sejumlah royalti untuk penggunaan merek dagang dan proses pembuatan produk yang sama besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian. Royalti kadang-kadang bukan ditetapkan dari persentase keuntungan melainkan dari berapa unit. Dalam hal demikian, pihak franchisor tidak peduli apakah pemegang franchise akan mengalami keuntungan atau kerugian. Selain itu, franchise juga diharapkan mampu untuk mendesain perusahaannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan desain perusahaan franchisor. Begitu juga dengan manajemennya, tidak jarang franchisor juga memberikan asistensi dalam manajemen. Dalam hal tersebut, biasanya franchise harus membayar sejumlah biaya tambahan bagi asistensi tersebut. Tidak jarang pula franchisor dalam keperluan pembuatan produknya mengharuskan pemegang franchise untuk membeli bahan-bahan dari pemasok yang ditunjuk oleh franchisor. Hal ini dalam hukum kontrak dikenal dengan istilah tying-in agreement. Bahkan beberapa ketentuan auditing keuangan juga dilakukan oleh pihak franchisor, semua ini dilakukan dengan alasan quality control. Walaupun demikian adanya, namun pada dasarnya melalui kontrak franchise ini sebenarnya diharapkan terjadinya alih teknologi antara franchisor dengan franchise. 33 Dengan posisi kontrak franchise yang terletak diantara lisensi dan distributor, ada baiknya juga jika kita melihat bidang-bidang usaha yang menjadi ruang lingkup kontrak franchise 34 33 Ibid. Hal.166 34 Ibid. Hal.97 , yakni sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Bidang usaha makanan 2. Jasa konsultan dan kepentingan bisnis 3. Jasa properti 4. Hotel dan motel 5. Produk kesehatan dan kebugaran 6. Biro perjalanan 7. Produk dan jasa pendidikan 8. Salon kecantikan dan rambut 9. Jasa periklanan 10. Binatu 11. Toko permainan anak-anak 12. Produk kacamata dan asesorisnya 13. Cetak foto 14. Rumah sakit dan klinik. Lembaga franchise pada awal perkembangannya di Amerika Serikat sebenarnya hanya berupa dalam tahapan distributor, sedangkan jaman franchise modern baru dimulai pada era akhir tahun 1940-an. Hal ini dapat dilihat pada berkembangnya MC. Donald’s 1955, Carvel Ice Cream 1945, John Robert Power 1955, Kentucky Fried Chicken 1952, dan lain-lain. Sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 1988, usaha franchise mengalami peningkatan yang sangat besar di negara asalnya. Sampai saat sekarang ini, jumlah unit usaha franchise yang berkembang di Amerika Serikat lebih kurang 368.458 unit usaha. Di Australia, sebanyak 10.303 unit usaha franchise telah berkembang dalam kurun waktu lebih kurang 25 tahun. Kanada sebanyak 45.000 unit usaha franchise, Universitas Sumatera Utara sedangkan di Jepang sebanyak 102.397 unit usaha franchise serta Inggris sebanyak 16.600 unit usaha franchise. 35 35 Hasil Seminar Institut Pendidikan dan Manajemen Indonesia, Peta Pewaralabaan di Dunia Manajemen , Jakarta, 2000. Hal.1-3 Di Indonesia, sistem bisnis dengan franchise yang mulai berkembang sejak tahun 1980-an, saat ini telah banyak sekali franchise asing yang masuk ke Indonesia, baik dalam perdagangan barang maupun jasa. Melihat data yang telah dikemukakan tadi, mungkin dapat dipikirkan, mengapa sebuah perusahaan seperti Kentucky Fried Chicken yang dapat menghasilkan keuntungan yang demikian besar mau menjalankan sistem franchise ? Apakah latar belakang dari dilakukannya kontrak franchise? Jawabannya, tentu saja demi meningkatkan efisiensi dan produktifitas. Bisa dibayangkan, jika sebuah perusahaan induk mempunyai cabang usaha company- owned unit sebanyak sepuluh cabang, maka perusahaan induk masih dengan sangat mudah mengendalikannya. Akan tetapi, bagaimana jika sebuah perusahaan induk mempunyai jumlah cabang usaha di atas sepuluh cabang dan beberapa cabang di antaranya malah terletak di luar negeri, maka akan sangat sulit untuk melakukan kontrol dalam aspek finansial, sumber daya manusia dan tingkat risiko. Dari penjelasan tadi, dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa, jika sebuah perusahaan membuka cabang usaha, maka risiko sepenuhnya berada di tangan perusahaan induk. Sedangkan apabila usaha mereka difranchisingkan, maka risiko akan dipikul oleh franchise. Timbulnya kontrak franchise didasarkan pada tiga alasan utama, yakni sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Kekurangan modal untuk ekspansi usaha atau pasar. Sebuah perusahaan untuk membuka sebuah cabang baru tentu saja membutuhkan banyak biaya tambahan, seperti : lokasi baru, tenaga kerja tambahan. Semua ini tentu saja membutuhkan banyak persediaan modal, namun bila semuanya dialihkan kepada sistem franchise, tentu saja perusahaan induk tidak perlu lagi untuk mengeluarkan modal atau biaya tambahan, malah perusahaan induk akan mendapatkan keuntungan dari fee dan royalti dari franchise. 2. Kekurangan sumber daya manusia. Membuka sebuah cabang baru tentu saja membutuhkan sumber daya manusia yang sama handalnya dengan perusahaan induk. Hal ini bukanlah sebuah pekerjaan yang gampang, karena mencari sumber daya manusia yang ahli ditambah dengan situasi dan kondisi dari lingkungan yang berbeda bisa saja membuat sebuah cabang baru agak sukar untuk berkembang seperti yang diharapkan. Dengan adanya sistem franchise, perusahaan induk tidak perlu memikirkan mengenai struktur manajemen dan kepemilikan franchise, karena franchise merupakan milik orang lain. Dengan kata lain, dengan adanya franchise akan diperoleh sumber daya manusia yang telah mengenal baik situasi lingkungan di wilayah tempat franchise beroperasi. 3. Melakukan perluasan pasar penetrasi pasar secara tepat dan cepat. Dengan sistem franchise, sebuah perusahaan induk dapat memperluas jaringan pemasaran produk dan jasanya dengan lebih cepat dan efisien tanpa harus memikirkan prospek wilayah dan pasar yang akan dituju. Universitas Sumatera Utara Selain itu, sistem franchise ini memungkinkan sebuah perusahaan induk untuk memperluas daerah pemasarannya sampai ke luar wilayah dari negara tempat perusahaan induk itu berada. Jadi, dengan adanya keterangan tadi, dapat diketahui latar belakang diadakannya kontrak franchise oleh pihak franchisor. Namun, ternyata latar belakang terjadinya sebuah kontrak franchise juga berkaitan erat dengan pihak franchise . Bagi pihak franchise sendiri, dengan adanya kontrak antara mereka dengan pihak franchisor juga membawa dampak keuntungan bagi dunia usaha mereka. Keuntungan yang paling utama adalah perusahaan kecil yang mempunyai kontrak franchise langsung memiliki sistem bisnis yang mapan estabilished business , serta produk-produk dan jasa yang memiliki reputasi, sehingga mereka akan langsung dikenal. Bagi pihak franchise, untuk membentuk sebuah citra yang baik di kalangan konsumen, biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya. Dengan adanya kontrak ini, mereka tidak perlu lagi merumuskan konsep bisnis, cara memperkenalkan produk atau jasa, atau mempromosikan produk atau jasanya di pasaran sedangkan pembentukan citra perusahaan bisa didapat dalam jangka waktu yang relatif singkat. Selain itu, alasan lain diadakannya sebuah kontrak franchise adalah dengan bisnis franchise ini lebih menghemat biaya, terutama pada persiapan awal usaha karena sebagian besar biaya akan segera tertutupi oleh keuntungan yang juga akan segera didapat dengan cepat. Franchise juga tidak perlu lagi untuk mengidentifikasi barang inventaris yang diperlukan, tidak perlu mencari sumber pemasok bahan baku, menyusun sistem pembukuan dan metode perhitungan uang atau merumuskan strategi promosi. Semuanya itu tidak diperlukan lagi karena Universitas Sumatera Utara berkat adanya sistem sentralisasi operasi yang dikembangkan oleh jaringan bisnis franchise ini. Memang tidak semua sistem franchise dapat menjamin sebuah kesuksesan, namun paling tidak dengan adanya seperangkat peralatan yang telah teruji kemampuan dan kualitasnya akan menjadi jaminan bagi sebuah kontrak franchise untuk sukses. Dengan sistem franchise, biasanya standarisasi dan kualitas kontrol sebuah produk dan jasa akan tetap terjaga karena adanya keseragaman kualitas antara franchise dengan franchisor.

D. Pengertian Kontrak Franchise

Dokumen yang terkait

Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

6 148 153

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1 45 46

Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dan Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 4 Ayat 2pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

14 149 189

Prosedur Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (Studi Desa Kutambaru Kecamatan Munthe Kabupaten Karo)

1 67 82

Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Medan ( Studi Pada Kantor Walikota Medan)

26 173 113

Implikasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Terhadap Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah Di Kabupaten Gayo Lues

1 41 135

Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998

6 58 93

Faktor – Faktor Pendukung Keberhasilan Penerapan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Pada Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu

1 32 103

Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajb Pajak Yang Memiliki Predaran Bruto Tertentu Terhadap Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

3 57 83

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH DI KABUAPTEN MAJALENGKA

0 0 12