Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KLINIK/BIDAN BERSALIN SWASTA DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

DEWI VERONIKA NIM : 111000126

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERITAH NO 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KLINIK/BIDAN BERSALIN SWASTA DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skipsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

DEWI VERONIKA NIM : 111000126

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KLINIK BERSALIN SWASTA KOTA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku dalam masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2015


(4)

(5)

ABSTRAK

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif. Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan

disosialisasikan untuk dijalankan di klinik – klinik bersalin swasta di Kota Medan untuk diimplementasikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada

sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3 klinik yang berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No 33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.

Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.


(6)

ABSTRACT

Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers. The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as one of the health care facility has the obligation and the authority to be

implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year 2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission to open a maternity clinic.

This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research). This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth research) to 5 informants in three different clinics.

The results showed that there are still many health workers in clinics, maternity do not know about this regulation so that the implementation of Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the

maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding to their babies Government Regulation.

The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the implementation at private maternity clinics.

Keywords: implementation analysis, government regulations, private maternity clinic


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “ Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun 2015.” Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah membimbing penulis mulai dari awal perkuliahan hinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak dr. Heldy B.Z, M.PH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU dan sebagai dosen yang telah memberikan masukan dan waktu untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ketua Penguji yang penuh kesabaran telah memberikan


(8)

waktu serta bimbingan, pengarahan, masukan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen

Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran serta masukan serta memberikan waktu dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan,

5. Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes selaku

dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan saran umtuk membantu penulis memaksimalkan penulisan skripsi ini.

6. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk membantu penulis memaksimalkan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya staf edukatif dan non edukatif Departemen AKK yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menjalani pendidikan di FKM USU.

8. Teristimewa kepada kedua orangtua yang sangat saya kasihi, Ir. Bongsu Pane, ST dan Berlina Br Siagian yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dengan tidak pernah lelah selalu memotivasi dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara-saudari saya tersayang, Rio Alben Pane, SE ; Hendra Boynardo Pane, Citra Amelya, SE dan kedua kakak


(9)

ipar saya Asri Pasaribu, SE dan Jesica Simanjuntak yang telah memberikan banyak dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, menjadi adik yang membanggakan.

10. Kelompok Kecil Jubilate ( Kak Mince, Roma, Dian Agnesa, Jane, Nenti) yang telah memberikan dukungan, memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Mereka yang merupakan sahabat yang

sudah seperti keluarga “SG” (Hardiani Ayu, Rina, Regia dan Roma) yang telah memberikan semangat dan telah berjuang bersama sama baik dalam keadaan suka dan duka serta mendoakan penulis dan selama belajar di FKM USU ini.

12. Eben Ezer Michael Hasudungan Marpaung

yang selalu memberikan semangat, mendengar keluhan penulis dan mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ISTILAH ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

RIWAYAT HIDUP ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 ASI ( Air Susu Ibu ) ... 7

2.1.1 Pemberian ASI Pertama ... 7

2.1.2 Kandungan dalam ASI ... 9

2.1.3 ASI mengandung antibodi. ... 12

2.2 ASI Eksklusif ... 12

2.3 Manfaat ASI Eksklusif ... 13

2.4 Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 ... 15

2.4.1 Sanksi Administratif ... 16

2.4.2 Kebijakan tentang ASI Eksklusif... 17

2.5 Inisiasi Menyusui Dini ... 20

2.6 Klinik Bersalin Swasta ... 21

2.6.1 Pemberian ASI Eksklusif di Klinik Bersalin Swasta ... 23

2.7 Implementasi PP No 33 Tahun 2012 ... 23

2.8 Teori Penelitian ... 24

2.8.1 Model Teori Implementasi Grindle ... 24

2.8.2 Model Teori Implementasi Sabatier ... 26

2.9 Kerangka Berfikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Pemilihan Informan ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Data Primer ... 31


(11)

3.5 Metode Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan ... 33

4.1.2 Demografi Kota Medan ... 34

4.1.3 Gambaran Kecamatan di Kota Medan ... 34

4.1.4 Gambaran Klinik X ... 36

4.1.5 Gambaran Klinik Y ... 36

4.1.6 Gambaran Klinik Z ... 37

4.2 Karakteristik Informan ... 38

4.3 Hasil Wawancara Mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik X, Y, dan Z di Kota Medan ... 40

4.3.1 Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 ... 40

BAB V PEMBAHASAN ... 72

5.1 INPUT ... 72

5.1.1 Sumberdaya Manusia di Klinik ... 72

5.1.2 Kebijakan ... 73

5.2 PROSES ... 76

5.2.1 Sosialisasi PP di Klinik Bersalin ... 76

5.2.2 Pelaksanaan sosialisasi PP bidan di klinik ke ibu bersalin ... 78

5.2.3 Pelaksanaan PP di Klinik Bersalin ... 79

5.2.4 Informasi dan Edukasi PP di Klinik Bersalin ... 80

5.3 OUTPUT ... 80

5.3.1 Efektivitas Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin ... 81

5.3.2 Pelaksanaan PP terkait IMD dan Pemberian ASI Eksklusif ... 83

5.3.3 Sanksi yang diberikan di Klinik Bersalin Swasta ... 84

5.3.4 Kepatuhan terhadap PP di Klinik Bersalin ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 85

6.1 Kesimpulan ... 85

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... xii LAMPIRAN :

Lampiran 1. Surat Pernyataan Telah Selesai Penelitian Lampiran 2. Pedoman Wawancara


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “ Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun 2015.” Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

13. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah membimbing penulis mulai dari awal perkuliahan hinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Bapak dr. Heldy B.Z, M.PH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU dan sebagai dosen yang telah memberikan masukan dan waktu untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

15. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ketua Penguji yang penuh kesabaran telah memberikan


(13)

waktu serta bimbingan, pengarahan, masukan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

16. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen

Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran serta masukan serta memberikan waktu dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan,

17. Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes selaku

dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan saran umtuk membantu penulis memaksimalkan penulisan skripsi ini.

18. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk membantu penulis memaksimalkan skripsi ini.

19. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya staf edukatif dan non edukatif Departemen AKK yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menjalani pendidikan di FKM USU.

20. Teristimewa kepada kedua orangtua yang sangat saya kasihi, Ir. Bongsu Pane, ST dan Berlina Br Siagian yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dengan tidak pernah lelah selalu memotivasi dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

21. Saudara-saudari saya tersayang, Rio Alben Pane, SE ; Hendra Boynardo Pane, Citra Amelya, SE dan kedua kakak


(14)

ipar saya Asri Pasaribu, SE dan Jesica Simanjuntak yang telah memberikan banyak dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, menjadi adik yang membanggakan.

22. Kelompok Kecil Jubilate ( Kak Mince, Roma, Dian Agnesa, Jane, Nenti) yang telah memberikan dukungan, memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

23. Mereka yang merupakan sahabat yang

sudah seperti keluarga “SG” (Hardiani Ayu, Rina, Regia dan Roma) yang telah memberikan semangat dan telah berjuang bersama sama baik dalam keadaan suka dan duka serta mendoakan penulis dan selama belajar di FKM USU ini.

24. Eben Ezer Michael Hasudungan Marpaung

yang selalu memberikan semangat, mendengar keluhan penulis dan mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2015 Penulis


(15)

DAFTAR ISTILAH

IBI : Ikatan Bidan Indonesia


(16)

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin... Data Agregat Kependudukan per Kecamatan... Karakteristik Informan... Matriks Pernyataan Informan tentang pengetahuan akan PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif di Klinik Bersalin Swasta ... Matriks Pernyataan informan tentang tentang prorgram IMD dan proses pemberian ASI pasca Ibu melahirkan di Klinik Bersalin Swasta ... Matriks Pernyataan informan mengenai kerjasama yang

ditawarkan dengan provider susu formula di klinik bersalin swasta ... Matriks Pernyataan informan mengenai cara efektif untuk mempromosikan ASI Eksklusif di Klinik bersalin

swasta... Matriks Pernyataan informan tentang ibu bersalin yang tidak mau memberikan ASI Ekslusif kepada anaknya di Klinik Bersalin Swasta…... Matriks Pernyataan informan tentang pemberian susu formula pasca melahirkan kepada bayi di Klinik Bersalin Swasta ... Matriks Pernyataan informan tentang sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menjalankan PP tersebut di Klinik Bersalinm Swasta …………... Matriks Pernyataan Informan tentang tantangan internal maupun eksternal dalam menjalankan PP No 33 Tahun 2012 tersebut di Klinik Bersalin Swasta... Matriks Pernyataan Informan tentang saran terhadap

pengawasan PP No 33 Tahun 2012 di Klinik Bersalin Swasta... Matriks Pernyataan Informan terkait sanksi yang ada di PP No 33 Tahun 2012 di Klinik Bersalin Swasta... Matriks Pernyataan Informan tentang keuntungan yang

diperoleh dari provider susu formula di Klinik Bersalin Swasta... 34 35 38 41 45 49 51 54 57 59 62 64 67 68


(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Dewi Veronika

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke- : 4 dari 4 bersaudara

Nama Ayah : Ir.Bongsu Sitorus Pane, ST Nama Ibu : Berlina Br Siagian

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamar : Jalan Air Bersih Ujung No.185 A Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1999-2005 : SD.St.Antonius V Medan 2. Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 3 Medan 3. Tahun 2008-2011 : SMA Negeri 5 Medan 4.Tahun 2011-2015 : FKM


(18)

ABSTRAK

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif. Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan

disosialisasikan untuk dijalankan di klinik – klinik bersalin swasta di Kota Medan untuk diimplementasikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada

sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3 klinik yang berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No 33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.

Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.


(19)

ABSTRACT

Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers. The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as one of the health care facility has the obligation and the authority to be

implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year 2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission to open a maternity clinic.

This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research). This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth research) to 5 informants in three different clinics.

The results showed that there are still many health workers in clinics, maternity do not know about this regulation so that the implementation of Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the

maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding to their babies Government Regulation.

The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the implementation at private maternity clinics.

Keywords: implementation analysis, government regulations, private maternity clinic


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Tidak ada perdebatan teoritis konsepsional di kalangan akademis atau para ahli tentang manfaat ASI. Manfaat ASI tidak diragukan sehingga pada kondisi normal, menyusui adalah yang terbaik bagi bayi. Beberapa perdebatan terkait ASI, diantaranya adalah tentang pendirian Bank ASI, pendonor dan penerima ASI dengan agama yang berbeda, pembayaran bagi yang menyusukan pelaksanaan program IMD dan ASI Eksklusif.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 yang berisi tentang Pemberian ASI Eksklusif menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan, di samping itu, kebijakan ini juga untuk melindungi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Di dalam peraturan tersebut dibahas mengenai Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, pengaturan penggunaan susu formula. Susu formula adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia 6 bulan. Susu formula bayi


(21)

merupakan susu sapi yang susunan nutrisinya diubah menyerupai ASI hingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping.

Menurut Pasal 6 PP No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susus Ibu Eksklusif setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang baru dilahirkannya. Sedangkan susu formula bayi seharusmya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.Susu formula dapat diberikan kepada bayi dengan usia dibawah 6 bulan jika ada pertimbangan tertentu. Pemberian ASI Eksklusif disebutkan bahwa susu formula dapat diberikan jika : a. Indikasi medis b. ibu tidak ada atau c. ibu terpisah dari bayi. Menurut WHO dan UNICEF (2012) laporan anak dunia 2011 yaitu dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama.

Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI), dan angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 didapatkan data angka kematian ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota (tabel 6) AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2013 hanya 95/100.000 kelahiran hidup, namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka Profil Kesehatan Profil Sumatera Utara Tahun 2013. Berdasarkan laporan profil


(22)

kesehatan kab/kota tahun, dari 267.239 bayi lahir hidup terdapat 2.696 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara hanya 10/1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2013. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan. Berdasarkan Sensus Penduduk, Angka Kematian Bayi di Sumatera Utara mengalami penurunan yang cukup siknifikan dari 2 (dua) kali sensus terakhir yaitu , SP tahun 2000, AKB di Sumatera Utara adalah 44/1.000 KH, turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi 26/1.000 KH pada hasil SP 2010. Di Kota Medan, berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan pada bulan Agustus 2011 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 174 (4,08%) bayi yang diberi ASI eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) bayi yang tidak diberi ASI eksklusif.

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif membuat pemerintah mengeluarkan PP No 33 Tahun 2012 agar fasilitas pelayanan kesehatan terutama seorang ibu semakin sadar bahwa ASI Eksklusif itu sangat penting untuk diberikan kepada anaknya dan membuat sanksi apabila kebijakan pemerintah tersebut tidak diberlakukan. Seorang ibu wajib memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya, sebab ASI merupakan salah satu cara untuk mengurangi AKI dan AKB. Meningkatnya angka kematian ibu setelah melahirkan akan berdampak pada meningkatnya angka kematian bayi. Hal ini dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari ibu yang tidak bisa diberikan pada bayi baru lahir seperti ASI. ASI merupakan


(23)

nutrisi utama saat bayi baru lahir karena bayi yang baru lahir belum bisa mendapatkan makanan tambahan kecuali ASI sampai umur 6 bulan. Selain itu ASI berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi. Apabila bayi kurang nutrisi atau tidak mendapatkan ASI maka kekebelan tubuh bayi akan lemah sehingga mudah terserang penyakit. Bayi yang rentan terkena penyakit apabila tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut akan menyebabkan kematian. Untuk itu perlu pelayanan kesehatan yang dapat menangani ibu pada saat masa kehamilan dan melahirkan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu sehingga tidak berlanjut pada kematian bayi.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan bahwa fenomena yang terjadi di klini/bidan bersalin swasta masih banyak bayi yang diberikan susu formula sejak lahir, seperti di salah satu klinik di kecamatan Medam Deli ibu yang telah melahirkan diberi bingkisan susu formula dan ditawarkan lagsung susu formula apa yang akan diberikan kepada bayinya. Hal ini juga merupakan kekhawatiran terhadap perkembangan generasi penerus bangsa. Dengan demikian dibentuklah Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 demi pengembangan program ASI. Dalam PP ini diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dengan menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan sosialisai serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI Eksklusif tersebut,serta pentingnya peran serta tenaga medis di Rumah Sakit maupun klinik/bidan bersalin swasta demi efektifnya PP ini dijalankan karena jika tenaga kesehatan melanggar peraturan tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis dan/atau pencabutan izin. Demikian juga


(24)

dengan setiap penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan, pengurus organisasi profesi di bidang kesehatan serta produsen dan distributor susu formula juga dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa teguran lisan atau tertulis.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sehigga dapat mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di klinik/bidan bersalin swasta..

1.2.PerumusanMasalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, proposal penelitian ini diajukan untuk mengetahui :

Bagaimana analisis implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif di Klinik/Bidan Swasta di Kota Medan ? 1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui implementasi peraturan pemerintah tersebut dalam program IMD dan pemberian ASI Eksklusif dijalankan dengan benar dan efektif di klinik/ bidan bersalin swasta di kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi pengelola program pelayanan Kesehatan Ibu Anak khususnya tentang Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif di klinik/bidan bersalin swasta di kota Medan sesuai dengan


(25)

Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Eksklusif

2. Dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran Ibu Hamil akan pentingnya ASI Eksklusif dan meningkatkan pengawasan terhadap provider susu formula dan mengurangi akses pemasukan susu formula di klinik/bidan bersalin swasta di kota Medan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI ( Air Susu Ibu )

Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuat, dan nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan.

2.1.1 Pemberian ASI Pertama

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu


(27)

laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya


(28)

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).

Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).

2.1.2 Kandungan yang terdapat dalam ASI

LPUFAs

ASI mengandung banyak gizi di antaranya adalah LPUFAs ( Long Chain Poyunsaturated Fatty ). LPUFAs sangat diperlukan oleh bayi karena mengandung fungsi mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi. Di dalam LPUFAs terdapat dua komponen, yaitu asam arakkhidonat, asam dokosaheksanoat, merupakan komponen dasar kortek dan ARA ( Arachidonic


(29)

Acid ) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak. Menurut studi selama 17 tahun pada tahun 1025 anak yang mengkonsumsi ASI terdapat peningkatan IQ dan ketrampilan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kemampuan reflek kognitif merupakan efek dari LPUFAs pada masa perkembangan saraf bayi.

Zat besi

Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi ( 0,5 – 1,0 mg/liter ), namun bayi yang menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi ( anemia ). Hal ini dikarenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh bayi. Zat besi dibutuhkan bayi untuk memproduksi hemaglobin, bagian dari sel – sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, zat besi pun esensiak untuk tumbuh kembang otak bayi.

Mineral

ASI memang mengandung mineral lebih sedikit dibanding dengan susu sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak daripada ASI. Walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Kadar kalsium, natrium, kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Namun, jika bayi mengonsumsi susu sapi maka ginjal bayi akan semakin bekerja semakin keras.


(30)

Sodium

Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untuk bayi. Sodium yang terdapat pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah mendapatkan proses modifikasi ( proses perubahan susu segar ke dalam susu kaleng atau bubuk.

Kalsium, Fosfor dan Magnesium

Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang lebih banyak dibanding yang terdapat pada ASI. Namun, setelah kalium, fosfor dan magnesium menjadi susu formula maka akan menyusut atau berkurang. Oleh karenanya, walaupun zat tersebut hanya sedikit yang terkandung dalam ASI namun harus tetap diberikan kepada bayi secara eksklusif yaitu selama enam bulan.

Taurin

Fungsi utama taurin adalah membantu perkembangan mata si kecil. Pada mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel pigmen retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat menjaga penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga berfungsi dalam perkembangan otak dan sistem saraf.

Lactobacillus

Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.


(31)

Bayi yang lebih banyak mengonsumsi susu formula akan lebih sering terkena diare karena dalam susu formula hanya sedikit lactobacillusnya.

Mengandung Air

Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.

2.1.2 ASI Mengandung Antibodi

Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang berasal dari tubuh seoramg ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan membantu bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan kandungan zat yang optimal. ASI juga mempunyai sistem pembentukan imun atau kekebalan tubuh yang sangat baik untuk bayi, itu yang membuat bayi akan jarang sakit. ASI mengandung kolostrum.

2.2 ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan


(32)

makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

2.3 Manfaat ASI Eksklusif

Menurut Depkes RI ( 2001 ), manfaat ASI Ekslusif bagi ibu antara lain : a. Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia.

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih


(33)

cepat berhenti. Hal ini pun akan mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena kekurangan zat besi.

b. Menunda kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

c. Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui.

d. Lebih cepat langsing kembali. e. Mengurangi risiko terkena kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Penelitian lain juga menemukan bahwa risiko terkena kanker ovarium pada ibu yang menyusui berkurang sampai 25%

f. Lebih ekonomis atau murah

g. Tidak merepotkan dan menghemat waktu h. Portable dan praktis


(34)

2.4. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

1. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

3. Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan.

4. Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

5. Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk Bayi sampai berusia 6 (enam) bulan.

6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

8. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia


(35)

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk :

a. menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya;

a. memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan

b. meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

2.4.1 Sanksi Administratif

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan/atau c. pencabutan izin.

(2) Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :

a. teguran lisan; dan/atau b. teguran tertulis.


(36)

Berdasar Pasal 42 PP ASI, semua ketentuan yang mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif yang pernah ada sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Dengan begitu ketentuan sebagai berikut masih berlaku kecuali pasal-pasal yang bertentangan dengan PP ASI ini;

1. Kepmenkes No 450/Menkes/Sk/Vi/2004 Tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif Di Indonesia

2. Kepmenkes No.237 tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu

3. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Dan Meteri Kesehatan No 48/Men.Pp/XII/2008,Per.27/Men/XII/2008dan1177/Menkes/Pb/XII/2008 Tahun 2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja Di Tempat Kerja

4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah 5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No.

HK.OO.O5.1.52.3572 Tgl 10 Juli 2008 Tentang Penambahan Zat Gizi Dan Non Gizi Dalam Produk Pangan

6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Tentang Pengelompokan Produk Formula Bayi Dan Formula Lanjutan


(37)

Beberapa ketentuan PP ASI masih memerlukan pengaturan lebih lanjut melalui peraturan menteri, yaitu sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif dari pendonor ASI; 2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga

kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 13 ayat (1) PP ASI;

3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya;

4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 16; Pada 17; Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4); Pasal 19; Pasal 21 ayat (1); Pasal 23; Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2); dan Pasal 26 ayat (1) PP ASI;

5. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI;

6. Peraturan Menteri Kesehatan atau menteri terkait sesuai tugas dan fungsinya mengenai tata cara pengenaan sanksi administratuf terhadap pengurus tempat kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (3); Pasal 34 dan Pasal 35 PP ASI;

Selain Peraturan Menteri sebagaimana disebut di atas, pada dasarnya Menteri Kesehatan dapat menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung pelaksanaan program pemberian ASI


(38)

pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif sesuai kewenangan masing-masing kementerian, mengingat PP ASI ini juga menetapkan tanggung jawab Pemerintah untuk menetapkan kebijakan nasional dalam rangka mendukung pelaksanaan program pemberian ASI Ekslusif.

2.5 Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini ( early initation ) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri degera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.

Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan :

Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan. a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya c. Tali pusat dipotong lalu diikat

d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e. Tanpa dibedong, bayi langsung dtengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Saat ini umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut.


(39)

ibu). Bayi yang dibiarkan di dada iu (‘bonding’) untuk berapa lama (10-15menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium

e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

2.6 Klinik Bersalin Swasta

Klinik bersalin merupakan lembaga yang bekerja dalam memberikan pelayananKesehatan terhadap masyarakat khususnya wanita hamil memberikan solusi bagi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, disamping memberikan pelayanan-pelayanan terhadap masyarakat, klinik bersalin juga memiliki segi bisnis yang berjalan didalamnya. Semakin besar suatu klinik bersalin itu akan semakin komplek proses-proses yang berjalan di dalamnya. Dan semakin banyak permasalahan yang harus dipecahkan dan itu membutuhkan penanganan yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Penelitian terus dilakukan untuk membangun system informasi baru dan pengembangan-pengembangan terhadap sistem yang telah ada.

Semua itu dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan dapat membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga masyarakat semakin baik. Rumah Bersalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir (Peraturan Daerah Kota


(40)

nifas,bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).

Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya terjangkau di era krisis ini, Klinik Richa menyediakan ruang perawatan dengan harga sangat terjangkau dan pasien dapat memilih ditolong oleh bidan atau dokter spesialis. Dengan lokasi klinik tidak dipinggir jalan utama dan konstruksi bangunan seperti rumah tinggal akan membuat pasien lebih nyaman dan tidak bising serta seperti melahirkan di rumah sendiri.

2.6.1 Pemberian ASI Eksklusif di Klinik BersalinSwasta

Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan. ASI mempunyai manfaat yang besar bagi bayi karena memiliki efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang mendapatkan ASI akan lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Hal inilah yang dapat menurunkan Angka Kematian Bayi.

Dari aspek hukum, pemberian ASI eksklusif berarti memenuhi hak anak untuk hidup sehat sejahtera lahir dan batin. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan yang menjamin hak anak untuk mendapatkan ASI, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang ASI Eksklusif.


(41)

rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Prevalensi ASI ekslusif menurut data SDKI hanya 32%,7 menurut penelitian Mercy Corps sebesar 7,4% (ASI predominan pada bayi usia 0- 5 bulan) dan 28,9% (ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi usia 0-5 bulan),18 dan penelitian Awal Sehat Untuk Hidup Sehat sebesar 9,2%.10 Survei yang dilakukan oleh Helen Keller International menyebutkan bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Target pencapaian ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80% yang ditetapkan Depkes RI tampak terlalu tinggi.

WHO merekomendasikan untuk memberikan hanya ASI saja sampai 6 bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayi. Namun demikian ada beberapa rekomendasi dan catatan penting yang diungkapkan dalam kajian tim pakar tersebut. Rata-rata pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya 1,7 bulan maka perlu diberikan petunjuk yang jelas mengenai makanan pendamping apa saja yang dapat diberikan.

2.8 Teori Penelitian

Berkaitan dengan model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model implementasi yang disampaikan oleh Merilee S. Grindle serta Mazmanian dan Sabatier dapat diketahui bahwa keduanya memiliki kerangka piker yang tidak jauh berbeda. Mereka sama sama melihat implementasi dalam keterpengaruhannya dengan daya tanggap dan sikap kelompok sasaran (masyarakat). Dalam mengkaji tentang ASI eksklusif perspektif regulasi dengan mengacu pada pertanyaan penelitian dan kerangka teori.


(42)

.

Variabel isi kebijakan mencakup :

1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasasran atau target groups termuat dalam isi kebijakan; individu atau kelompok yang bersentuhan dalam implementasi kebijakan mungkin merasa diuntungkan tetapi dapat pula sebaiknya merasa dirugikan. Dengan demikian, yang merasa dirugikan akan melakukan perlawanan 2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups ;

Manfaat yang diperoleh bias secara kolektif, biasanya lebih mudah untuk diimplementasikan.

3. Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan peraturan ;

Derajat perubahan menyangkut perubahan perilaku dari pihak yang memperoleh manfaat. Tingkat perubahan perilaku dipengaruhi oleh manfaat kebijakan maupun waktu untuk mencapai tujuan kebijakan.

4. Apakah sebuah peraturan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; keahlian, keaktifan, dan tanggung jawab pelaksana yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.

5. Apakah sebuah peraturan didukung sumber daya yang memadai. Variabel lingkungan kebijakan menyangkut :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor yang terlihat dalam implementasi kebijakan:

Implementasi kebijakan melibatkan berbagai actor yang mempunyi proses administrasi pengambilan keputusan. Masing-masing actor mempunyai posisi dan


(43)

Interaksi dalam persaingan actor memperebutkan sumber daya, tanggapan dari pejabat pelaksana dan elit politik dipengaruhi oleh karakteristik dari lembaga dan penguasa yang terkait.

3. Responsivitas (Daya tanggap) kelompok sasaran:

Adalah bentuk partisipasi masyarakat yang berupa sikap mengerti dan mendukung terhadap peraturan yang diimplementasikan.

2.8.2 Model teori implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier

Menurut Daniel A. Mazmanian dan Sabatier ( dalam Suwitri, 2008:82 ), kerangka kerja analisis kebijakan public mencakup 4 variabel, yaitu 3 variabel dependen. Di dalam analisa implementasi kebijakan public, yang berperan penting adalah pengidentifikasian dari seluruh variabel, baik variabel pengaruh maupun variabel terpengaruh. Keseluruhan variabel dan unsur - unsur pokok dari masing-masing variabel beserta hubungan pengaruhnya satu sama lain sebagai berikut :

Variabel - variabel bebas ( independen variables ), terbagi dalam tidga kategori besar, yaitu : 1. Tractability Variabel of the problems (tingkat kesederhanaan dari masalah),

banyak masalah social yang tidak dapat didefenisikan tersebut, relatif sedikit yang dapat dipecahkan secara total. Semakin masalah public menunjukkan keteraturan dan kesederhanaan semakin mudah pemecahannya.

2. Ability of statue to structure implementation (kemampuan undang-undang untuk menstrukturkan proses implementasi) berisi variabel - variabel yang mampu mendeskripsikan kemampuan sebuah kebijakan, baik berupa peraturan, konsep program. Kebjakan yang mampu mengontrol, membentuk struktur yang kondusif


(44)

implementasi, lima tahapan dalam implementasi kebijakan adalah :

1. Output kebijakan yaitu hasil formulasi kebijakan yang telah mendapat masalah dari perumusan masalah sebelumnya.

2. Pengessahan kesesuaian pelaksanaan output kebijakan dengan yang telah disahkan.

3. Hasil pelaksanaan senyatanya

4. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pelaksanaan output kebijakan dan tingkat penerimaan kelompok sasaran terhadap pengaruh tersebut.

5. Evaluasi dari pelaksanaan kebijakan sebagai feedback bagi isi kebijakan.

Terdapat beberapa prinsip implementasi yang terkandung dalam kerangka kerja implementasi kebijakan public Mazmanian dan Sabatier, yaitu :

1. Proses implementasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor atau kekuatan yang dimiliki lembaga-lembaga administrative penanggungjawab pelaksanaan peraturan, melainkan juga dipengaruhi oleh kekuatan lain diluar lembaga yaitu kekuatan yang termasuk dalam tractability variabel dan non statutory variabel. 2. Tractability variable mempengaruhi statutory variable dan non statutory variable,

selanjutnya secara bersama-sama ketiga variabel ini mempengaruhi proses implementasi yang dipandang sebagai dependen.

3. Dalam proses implementasi, terdapat lima tahap yang masing-masing tahap tersebut dapat dipandang sebagai variabel dependen bagi tahapan berikutnya. 4. Dalam independent vaiabel, focus perhatian terhadap potensi penstrukturan resmi


(45)

mengidentifikasikan nonstatutory variable.

2.9 Kerangka Berfikir

Di bawah ini terdapat sebuah system pelayanan yang dapat diterapkan oleh bidan yang memberi pelayanan di tempat praktik bidan swasta.

INPUT 1. SDM 2. Kebijakan

PROSES 1. Sosialisasi PP

kepada bidan di klinik

2. Pelaksanaan sosialisasi bidan di klinik kepada ibu bersalin 3. Pelaksanaan

implementasi PP No.33Tahun 2012 di klinik 4. Informasi dan

edukasi tentang pelaksanaan PP di klinik

OUTPUT 1. Efektivitas PP di

klinik

2. Peraturan dipatuhi atau tidak di klinik

3. Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran PP 4. Pelaksanaan PP di


(46)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dan metode pengumpulan data kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan dilakukan dengan wawancara mendalam. Dalam penelitian ini, yang ingin dilihat adalah pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan pemberian air susu ibu secara eksklusif tanpa dipengaruhi oleh provider susu formula.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa Kecamatan di Kota Medan, yaitu diantaranya Kecamatan Medan Denai, Medan Deli, dan Kecamatan Medan Helvetia dengan mengambil sampel beberapa klnik/bidan swasta dari masing – masing kecamatan tersebut. Dari Kecamatan Medan Denai diambil sampel salah satu klinik/bidan telah menjalankan PP No 33 Tahun 2012 tentang ASI Eklusif tetapi masih mau menerima promosi susu formula dan memberikan kepada bayi yang baru lahir, tanpa ada indikasi medis. Dari Kecamatan Medan Deli ada klnik/bidan Swasta yang juga masih memberikan susu formula, di Kecamatan Medan Helvetia yaitu salah satu klinik bersalin yang juga menerima provider susu formula dan salah satu klinik Kecamatan Medan Denai yang memberikan kepada bayi yang baru lahir sehingga banyak bayi yang tidak mau lagi apabila diberikan ASI oleh ibunya. Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bAgustus 2015

3.3. Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan ada beberapa jenis informan yang digunakan diantaranya: informan kunci (key informan), adalah informan yang pertama kali dijumpai untuk memperoleh data atau informasi tentang keberadaan dan jumlah bayi, serta bagaimana cara pemberian air susu


(47)

Jumlah informan utama ada 5 orang yaitu Pegawai Dinas Kesehatan, penanggungjawab klinik, bidan koordinator, bidan di klinik dan ibu hamil dan menyusu (suami, ibu, ibu mertua). 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data primer

Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap informan, baik informan kunci maupun informan pokok.

Metoda yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemberian ASI secara eksklusif yaitu gabungan antara metoda wawancara dan observasi terhadap posisi menyusui, perlekatan dalam menyusui dan pemberian susu formula bagi bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.

3.4.2 Data sekunder

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data mengenai jumlah ibu yang melaksanakan IMD dan ASI Ekslusif, serta data-data yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya penelitian. Data-data ini diperoleh dari dokumen laporan yang didapat melalui informan kunci.

3.5. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Tetap (constant comparative method) atau yang sering dikenal dengan Grounded Research. Menurut Moleong (2006) analisis dengan menggunakan metode Grounded Research mencakup : reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Peneliti harus memiliki tujuan dan


(48)

Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaanya sudah mulai dilaksanakan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian. Analisis data kualitatif terletak pada tiga proses yang berkaitan yaitu : mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul itu satu dengan lainnya berkaitan.


(49)

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas wilayah 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara geografis, batas wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Jumlah penduduk di Kota Medan yaitu 2.465.469 jiwa. Terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Berdasarkan hasil presurvey BKKBN di Kota Medan pada tahun 2013, jumlah Pasangan Usia Subur 329.611 orang.

4.1.2 Demografi Kota Medan

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (jiwa), 2013


(50)

10 - 14 686 486 657 060 1 343 546 104,48 15 - 19 654 692 634 244 1 288 936 103,22 20 - 24 585 391 577 941 1 163 332 101,29 25 - 29 538 653 537 626 1 076 279 100,19 30 - 34 498 687 506 413 1 005 100 98,47 35 - 39 459 745 465 065 924 810 98,86 40 - 44 413 849 425 470 839 319 97,27 45 - 49 363 600 380 171 743 771 95,64 50 - 54 310 427 325 342 635 769 95,42 55 - 59 243 416 251 349 494 765 96,84 60 - 64 158 567 169 447 328 014 93,58

65 + 217 556 297 343 514 899 73,17

Jumlah/Total 6 648 190 6 678 117 13 326 307 99,55

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

4.1.3. Gambaran Kecamatan di Kota Medan

Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan ( 2012 ) Provinsi : Sumatera Utara

Kabupaten / Kota : Kota Medan

NO KODE

WILAYAH

KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK TOTAL KETERANGAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2 3 4 5 6 7

12.71 KOTA MEDAN 1.315.563 1.287.049 2.602.612

1 12.71.01 Medan Kota 58.494 57.758 116.252 2 12.71.02 Medan Sunggal 69.838 67.787 137.625 3 12.71.03 Medan Helvetia 84.722 84.176 168.898


(51)

7 12.71.07 Medan Tuntungan 48.098 48.725 96.823 8 12.71.08 Medan Belawan 62.365 58.860 121.225 9 12.71.09 Medan Amplas 75.294 73.130 148.424 10 12.71.10 Medan Area 67.298 65.734 133.032 11 12.71.11 Medan Johor 73.875 72.389 146.264 12 12.71.12 Medan Marelan 70.906 67.320 138.226 13 12.71.13 Medan Labuhan 64.068 61.988 126.056 14 12.71.14 Medan Tembung 85.923 83.743 169.666 15 12.71.15 Medan Maimun 30.644 30.414 61.058 16 12.71.16 Medan Polonia 32.415 31.641 64.056 17 12.71.17 Medan Baru 26.771 27.389 54.160 18 12.71.18 Medan Perjuangan 67.134 66.729 133.863 19 12.71.19 Medan Petisah 42.868 44.169 87.037 20 12.71.20 Medan Timur 65.067 65.479 130.546 21 12.71.21 Medan Selayang 56.111 54.915 111.026

Berdasarkan data di atas dari 21 kecamatan di Kota Medan ada tiga kecamatan dengan jumlah perempuan terbanyak yaitu kecamatan Medan Denai, Medan Deli dan Medan Helvetia . Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tentunya jumlah ibu bersalin paling banyak sehingga memungkinkan banyaknya klinik/bidan bersalin swasta di Kota Medan. Klinik bersalin swasta di Kota Medan ada sebanyak 214 klinik dan klinik bersalin swasta yang terbanyak di tiga kecamatan tersebut dengan jumlah 45 klinik di Kecamatan


(52)

4.1.4 Gambaran Klinik Bersalin X

Kinik X merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik yang berdiri pada tahun 1988 yang didirikan oleh Ibu Suraini Sinulinnga beserta suami Arwansyah. Pertama sekali mendapatkan izin membuka klinik pada tahun 1991 sampai dengan tahun ini 2015 dengan No Izin : 448/22489/IX/2011 dan akan berakhir pada bulan November 2016.

Klinik ini memiliki delapan pegawai, yaitu : dua dokter dengan satu dokter umum dan satu dokter obgyn, empat orang bidan dengan satu bidan koordinator, serta satu perawat dan satu penjaga ruangan. Klinik ini terletak di Jalan Klambir V Lingkungan II No.47 TG.Gusta Kecamatan Medan Helvetia. Klinik X melayani pasien bersalin rawat inap, USG ( Ultrasonografi ), Periksa Hamil atau Bersalin, KB, Sunat Rasul, Sunat Laser, Periksa Haemoglobin (HB), Periksa Asam Urat, Gula Darah dan Kolesterol.

4.1.5 Gambaran Klinik Y

Klinik Y merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik yang berdiri pada tahun 1991 yang didirikan oleh Ibu R.Sembiring dan mendapatkan izin membuka kllinik pada tahun 1991 dengan Izin No. 445/10642/VII/2010 yang


(53)

terletak di Jalan Platina No 23 SP Dobby Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Klinik Y melayani pasien bersalin rawat inap, USG, Periksa Hamil atau Bersalin, dan KB.

4.1.6 Gambaran Klinik Bersalin Z

Klinik Z merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik yang berdiri pada tahun 2001 yang didirikan oleh Ibu Aisyah dan mendapatkan izin membuka klinik pada tahun 2002 dengan Izin No.445/1259/IV/2010 yang ditanggujawabi oleh seorang dokter yang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Medan yang akan berakhir izin pada bulan Desember 2015. Klinik ini mempunyai enam pegawai, empat orang adalah bidan, satu perawat dan satu lagi bagian administrasi. Klinik ini terletak di Jalan Pelajar Timur Gg Mestika No.24 Kecamatan Medan Denai. Klinik Z melayani pasien bersalin, rawat inap, USG, Periksa Kehamilan, dan KB.

4.2 Karakteristik Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 15 orang, yang terdiri dari 5 orang informan mewakili dari Klinik X, Y dan Z.. Satu orang bidan coordinator, satu orang bidan di klinik, satu orang dari Dinas Kesehatan Kota Medam, satu orang dari penanggungjawab klinik, dam satu orang mewakili ibu yang bersalin.


(54)

Tabel 4.2.1 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin X

No. Informan Jenis Kelamin Umur ( tahun ) Pendidikan

1. Sri Yuliana

Am.Keb

Perempuan 34 D3

2. Roshidah,SE,MKM Perempuan 50 S2

3. Arwansyah, S.H. Laki-Laki 55 S1

4. Amelia Am.Keb Perempuan 22 D3

5. Sariyani Perempuan 25 SMP

Tabel 4.2.2 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin Y

No. Informan Jenis Kelamin Umur ( tahun ) Pendidikan

1. R. Sembiring

Am.Keb

Perempuan 52 D3

2. Leli Mariani H Perempuan 35 D4

3. Martha Rama

Am.Keb


(55)

Tabel 4.2.3 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin Z

No. Informan Jenis Kelamin Umur ( tahun ) Pendidikan

1. Sarpina S Am.Keb Perempuan 34 D3

2. Marina,SKM,M.Kes Perempuan 37 S2

3. Yantri S Am.Keb Perempuan 22 D3

4. dr.Alim Sahid SpOg Laki-laki 40 S1

5. Nalom Silalahi Perempuan 29 S1

4.3 Hasil Wawancara Mengenai Implentasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun

2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik X, Y, dan Z di Kota Medan

4.3.1 Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di Klinik Bersalin Kota Medan


(56)

Informan 1 Ya itulah dek saya tau tentang peraturan pemerintah itu karena baru-baru ini saya mengikuti seminar tentang ASI Eksklusif tapi nggak pala tau lah apa aja isinya. Di klinik kami ini sudah menjalankan program IMD dan ASI Eksklusif tapi melihat kondisi bayinya juga kalau misalnya sakit dia kami kasih langsung susu lah biar diam, karena ada juga yang biru badannya atau entah sakit lain kan. Menurut saya sudah bagus ada dijalankan peraturan itu gimanalah kalau peraturan ini banyaknya yang tertulis saja tidak pun diawasi. Kalau kami mengajarkannya ke pasien bersalin gimana cara perawatan payudara, makanan dijaga pokoknya banyak makan yang bergizi lah biar banyak keluar air susunya.

Informan 2 PP No 33 disini itu sudah ada seperti pelaksanaannya laktasi sudah ada, konselor menyusui ada juga dibuat. Kalau ke klinik bersalin kami sudah sering sosialisasi tentang PP 33 itu ke bidan cuman akhirnya atau ujungnya balik ke klinik itu sendiri apakah mereka mau karena sudah disosialisasikan, sudah diberitahukan bahwa tentang PP 33 itu tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena kan bidan ini mungkin mendapatkan sesuatu dari produk susu, sehingga memang sulit terlaksana tentang PP 33 tersebut. Informan 3 Saya kan sebenarnya kurang paham tentang ASI Eksklusif ini

apalagi tentang peraturan terkait seperti ini. Setau saya peraturan itu memang ada tetapi sejauh ini masih beginilah keadaannya. Sebisa mungkin dijalankan dengan baik namun kan tidak selamanya peraturan yang dibuat pemerintah itu dapat berjalan sebagaimana mestinya apalagi kalau kurang pengawasan dari orang – orang terdekat di sekeliling ibu tadi. Saya sebagai pengacar sangat tau tentang peraturan tersebut tapi itulah tadi tidak selamanya peraturan itu bisa berjalan dengan baik. Namun saya dan ibu berusaha sebisa mungkin menerapkan pemberian ASI Eksklusif tersebut sebagaimana mestinya.

Informan 4 Saya tidak tau pasti tentang isinya cuma saya taulah kalau pertama kali lahir bayi itu di IMD kan, bayinya kalau lahir trus diletakkan di dada ibunya, trus pemberian ASI itu enam bulan jangan diberikan makanan tambahan setidaknya hanya ASI aja. Kalau peraturan itu kurang taulah isi lengkapnya, soalnya biasa kalau ada seminar atau pelatihan ada aja disebutkan tentang peraturan itu kan, tapi ga tau kali lah apa isinya, pokoknya kalau tentang ASI udah pasti


(57)

Ada juga memang dijelaskan sama orang bidan ini yang pastinya lebih baik ASI lebih bermutu.

Klinik Bersalin Y

Informan Pernyataan

Informan 1 Belum pernah saya dengar tentang peraturan itu karena asal ada mau seminar trus nggak bisa yang ada pestalah ada pasien melahirkan lah ada aja lah pokoknya. Tapi saya taulah mana yang terbaik yang harus diberikan.

Informan 2 PP No 33 Tahun 2012 baiklah, kalau di PP itu kan secara undang undang sudah lengkap semua baik itu bagi stakeholder, bagi masyarakat bagi penyedia, itu semua peraturannya sudah lengkap, Permenkes pun sudah ada untuk itu. Kalau pelaksanaannya belum sempurna lah sedang berproses, peraturan itu dijalankan pelan pelan. Tetapi sejauh ini belum ada komitmen sih dari yang keseluruhan baik dari pemerintah, ikatan profesi, IBI, ya peraturan itu lebih kepada masih tertulis saja sih, makanya pencapaian rendah, padahal kalau peraturan itu dijalankan semua bertanggungjawab, kan itu ada untuk pemerintah, stakeholder, semua semuanya ada disitu tenaga kesehatan pun bertanggungjawab kalau soal tau pasti namun untuk perilaku belum berubah. Tahun ini kan tema ASI khusus ibu pekerja.

Informan 3 Saya sebagai orang yang bekerja di Dinas Kesehatan tau tentang peraturan tersebut. Saya menanggungjawabi klinik ini dan sedang mengurus proses lanjutan perizinannya. Tapi yaitu tadi ibu ini jarang sekali ada waktu untuk ikut seminar atau hal sebagainya. Saya pun sibuk dengan pekerjaan saya.

Informan 4 Kalau aku kurang taulah dek apa isi peraturan itu. Pernah memang dijelaskan tentang peraturan ini sama Ibu kami disini pas pelatihan di Puskesmas atau dari Dinas Kesehatan pun ada dibuat tapi itulah kami ga terlalu perhatikan apa isi peraturan itu yanng penting udah


(58)

Klinik Bersalin Z

Informan Pernyataan

Informan 1 Saya tau tentang Peraturan itu dan berusaha menerapkannya di klimik ini seperti IMD dan ASI Eksklusif yang merupakan salah satu yang ada di peraturan itu dan ada sanksinya, namun di Rumah Sakit aja masih ada yang melanggar peraturan itu kok. Kalau bayinya menangis itulah yang gabisa nunggu ASI itu. Makanya peraturan itu belum bisa diterapkan dengan baik dan benar di klinik ini. Melihat kondisi pengawasan pun kurang dari pihak pembuat peraturan tersebut. Saya yangb bekerja di Rumah Sakit X pun para bidan atau perawat disana tidak semuanya menghiraukan peraturan yang dibuat pemerintah itu karena belum ada sanksi mungkin. Informan 2 Kalau menurut saya PP No 33 Tahun 2012 itu tentunya sudah

disosialisasikan tetapi belum 100% pelaksanaannya. Cakupan ASI Eksklusi kita pun masih rendah.

Informan 3 Sebagai seorang dokter tentunya saya tau tentang PP tersebut, sehingga saya sebagai penanggungjawab berusaha menerapkan di klinik kita ini. Kebetulan saya dinas juga di Rumah Sakit X untuk itu saya tidak bisa juga melakukan pengawasan langsung berjalannya PP terssebut. Saya kira itu saja, soal program IMD dan pemberian ASI Eksklusif tentu dituntut tenaga kesehatan yang lebih banyak di klinik dan dibutuhkannya kerjasama dengan pengawas dari Dinas Kesehatan agar PP ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Informan 4 Tidak tau saya kak tentang PP itu tapi kalau ASI Eksklusif tentulah paling bagus untuk diberikan kepada bayi.

Informan 5 Peraturan itu saya belum pernah baca secara lengkap tapi kalaupun itu untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif itu kebijakan pemerintah tentunya harus dibarengi dengan pengawasan dari pemerintah dan pembinaan atau pelatihan terhadap bidan.


(59)

klinik juga tidak tahu akan adanya peraturan itu.

4.3.1.2 Pernyataan Informan tentang prorgram IMD dan proses pemberian ASI pasca Ibu melahirkan di Klinik X, Y dan Z.

Klinik Bersalin X

Informan Pernyataan

Informan 1 Pertama sekali ya meletakkan bayi di dada ibunya lalu biarkan bayi tadi mencari sendiri puting susu ibunya, apalabila sudah diletakkan maka dilihat terlebih dahulu reaksi dari bayinya. Hal tersebut dapat dilakukan apabila bayi normal dan sehat, namun ada juga yang tidak bisa keluar ASI ibunya dan anak menangis, biasa seperti itu kami bersihkan terlebih dahulu baru dibawa kembali keruangan ibunya untuk selanjutnya diberi ASI Eksklusif, rangsangan dari mulut bayi mungkin bisa membuat ASI keluar lebih cepat. Sebisa mungkin saya dan teman teman bidan lainnya disini menyarankan untuk menyusui anaknya sendiri. Namun apabila bayi menangis terus dan ASI tidak keluar maka pemberian susu formula lah pada bayi, dan di klinik kami ini pun jarang bisa melakukan IMD, dari mulai lahir bayi dikasih susu formula dulu, baru setelah sejam dipancing lagi ASI dari ibunya.

Informan 2 IMD itu banyak orang bilang IMD itu lama, kalau kata bidan itu kata katanya lah ya kadang bidan itu sendiri tidak ada orang yang membantu jadi kalau IMD itu kan mau sampai setengah jam, sementara pasien yang lain kan banyak katanya kayak gitu sementara nunggu IMD itu kan lama kali dan ibunya yang melahirkan pun itulah tadi kurang mau mungkin karena itulah mungkin tadi karena dia kurang pengetahuan juga yakan, bidan


(60)

bayinya diletakkan di dadanya.

Informan 3 IMD dan ASI Eksklusif saya serahkan kepada Ibu karena dia lebih paham akan hal tersebut. Yang saya tau setelah bayi lahir tentunya lebih baik dilakukan IMD dan pemberian ASI Eksklusif dan saya tekankan juga kepada Ibu agar PP yang telah dibuat itu tidak sia sia dan bisa diterapkan dengan baik di klinik ini.

Informan 4 Itulah kak begitu lahir IMD tapi liat kondisi bayi juga trus selanjutnya setelah dibersihkan baru dikasih ke ibunya dan segera kembali diberikan ASI, namun kalau ada masalah sama bayi kami berikan susu formula langsung supaya ada daya tahan tubuhnya. Kadang ibunya juga nggak suka mendengar anaknnya nangis nangis dan ga sabar jadi diberikan lah susu formula. Kalau dari kami selalu menyarankan dan menyuruh untuk memberikan ASI bahkan kami bilan akibatnya kalau nggak mau kasih ASI. Tapi sejauh ini ibu ibu disini sudah mau dan senantiasa berusaha untuk memberikan ASI Esklusif selama enam bulan, selain lebih praktis, juga dapat meringankan ekonomi.

Informan 5 Saya sebisa mungkin memberikan ASI begitu anak saya yang kedua lahir ini langsung diberikan ASI, ga ada perasaan takut badan jelek atau apapun pokoknya anak saya diberi ASI hanya saya sediakan juga disini susu formula manatau dia nangis dan ASI tidak cukup gaenak mengganggu pasien yang lain.

Klinik Bersalin Y

Informan Pernyataan

Informan 1 Saya berusaha menyarankan ibu ibu disini untuk ASI Ekklusif dan IMD tapi disini banyak ibu ibu yang tidak mau memberikan ASI walaupun sudah banyak dijelaskan dan ditempel poster poster di dinding tetapi tetap saja mereka lebih penting badannya takut jelek karena pada umumnya ada yang bekerja juga kalau masalah beli susu formula ada duit mereka ini. Jadi saya juga tidak bisa memaksakan mereka apalagi kalau sudah keluar dari klinik ini.


(61)

diberikan susu formula apalagi dokter spesialis, apalagi untuk bidan itu udah capek lah kita harus mempromosikan hal itu.

Informan 3 Karena saya juga bekerja di tempat lain, sehingga waktu saya untuk mengawasi PP tersebut,program IMD dan pemberian ASI Eksklusif sudah dan saya jelaskan pada bidan di klinik ini. Tetapi kembali saya serahkan kepada Ibu disini yang senantiasa melayani proses persalinan.

Informan 4 Kalau yang saya tau kak lebih bagus memang ASI Eksklusif itu apalagi pas baru melahirkan namun dari koordinator kami menyarakankan begitu lahir langsung kasih susu formula. Jadi kami hanya mengikuti apa kata Ibu ini saja. Padahal yang saya tau kak memang ASI Eksklusif inilah yang bagus bagi bayi kalau susu formula bisa saja mencret kan tapi itulah kami ikut perintah Ibu ini aja kak.

Informan 5 Kalau waktu saya IMD itu tidak dilakukan, kalau ASI Eksklusif karena ini anak pertama jadi ASI belum jadi daripada bayi menangis terus saya tidak tega. Jadinya langsung diberikan susu formula pun tidak apa yang penting bayi saya cukup minum.

Klinik Bersalin Z

Informan Pernyataan

Informan 1 Pasca melahirkan bayi diletakkan di dada ibunya untuk mencari puting susu sendiri itu yang dinamakan IMD dan setelah itu bayi bayi bersama ibunya dan diberikan ASI Eksklusif itu pada kondisi bayi yang normal tetapi untuk yang tidak normal seperti ASI tidak keluar, puting susu yang masuk kedalam, maka kami langsung memberikan anak itu susu formula.

Informan 2 IMD itu sudah diberitahu kepada bidan bagi yang sudah dilatih sehingga seharusnya diterapkan tetapi kan melihat kondisi di klinik itu kan kalau pasien rame kemungkinan tidak sempat untuk melakukan hal demikian,bagaimana kan itu tergantung pengetahuan


(1)

- 17 -

Pasal 34 . . . 1130.

1131. 1132. 1133.

1134. Pasal 30

1135.

1136. Ayat (1)

1137.

1138. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “pengurus Tempat Kerja” adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu Tempat Kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

1139.

1140. Ayat (2)

1141.

1142. Cukup jelas. Ayat (3)

1143. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “fasilitas khusus” adalah ruang menyusui dan/atau memerah ASI yang dinamai dengan ruang ASI.

1144.

1145. Ayat (4)

1146.

1147. Cukup jelas.

1148.

1149.

1150. Pasal 31

1151.

1152. Huruf a

1153.

1154. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “perusahaan” adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di bidang ketenagakerjaan.

1155.

1156. Huruf b

1157.

1158. Yang dimaksud dengan “perkantoran” termasuk lembaga

1159. pemasyarakatan .

1160.

1161.

1162. Pasal 32

1163.

1164. Cukup jelas. 1165.

1166.

1167. Pasal 33

1168.


(2)

- 18 -

Pasal 34 . . . 1169. Cukup jelas.


(3)

- 19 - 1170. 1171. 1172. 1173.

1174. Pasal 34

1175.

1176. Cukup jelas.

1177.

1178.

1179. Pasal 35

1180.

1181. Cukup jelas.

1182.

1183.

1184. Pasal 36

1185.

1186. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “peraturan perundang- undangan” adalah peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan.

1187.

1188. Pasal 37

1189.

1190. A yat (1)

1191.

1192. Pelaksanaan dukungan dari masyarakat dilakukan sesuai dengan kemampuan sumber daya yang tersedia. Pelaksanaan dukungan dari masyarakat dilakukan dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui untuk masyarakat, yaitu:

1193.

1194. a. meminta hak untuk

mendapatkan pelayanan inisiasi menyusu

dini ketika persalinan;

1195. b. meminta hak untuk tidak memberikan asupan apapun selain ASI kepada Bayi baru lahir;

1196. c. meminta hak untuk Bayi tidak ditempatkan terpisah dari ibunya;

1197. d. melaporkan pelanggaran-pelanggaran kode etik pemasaran pengganti ASI;

1198. e. mendukung ibu menyusui dengan membuat Tempat Kerja yang memiliki fasilitas ruang menyusui;

1199. f. menciptakan kesempatan agar ibu dapat memerah ASI

1200. dan/atau menyusui Bayinya di Tempat Kerja;

1201. g. mendukung ibu untuk memberikan ASI kapanpun dan dimanapun;

1202. h. menghormati ibu menyusui di tempat umum;


(4)

- 20 - dan

1204. 1205. 1206.

1207.

1208. j. memilih . . .


(5)

- 21 - 1209.

1210. 1211. 1212.

1213. j. memilih Fasilitas Pelayanan

Kesehatan dan Tenaga

1214. Kesehatan yang

menjalankan 10 (sepuluh) langkah menuj 1215.

1216. A y a t ( 2 ) 1217.

1218. Cuk up jelas. Ayat (3)

1219. Cukup jelas.

1220.

1221. Pasal 38 1222.

1223. C u k u p jel as .

1224.

1225. Pasal 39 1226.

1227. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif dilaksanakan pada situasi normal dan situasi bencana atau darurat.

1228.

1229. Pasal 40 1230.

1231. C uk up


(6)

- 22 - jel

as .

1232.

1233. Pasal 41 1234.

1235. C u k u p jel as .

1236.

1237. Pasal 42 1238.

1239. C uk up jel as .

1240.

1241. Pasal 43 1242.

1243. C uk up jel as .

1244. 1245. 1246.

1247. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5291


Dokumen yang terkait

Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

6 148 153

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan

3 120 134

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Pengaruh Sikap Ibu Menyusui tentang Kebijakan ASI Eksklusif terhadap Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010

2 47 94

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan

4 66 134

Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

0 0 54

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

0 0 52

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI ( Air Susu Ibu ) - Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan Tahun 2015

0 0 20

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan

0 0 13

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan

0 1 13