BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga rumah sakit di kota Medan, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Rumah Sakit
Swasta Permata Bunda. Dipilihnya rumah sakit ini karena mewakili rumah sakit pusat, rumah sakit daerah dan rumah sakit swasta di kota Medan dan jumlah dokter
gigi yang bertugas di rumah sakit tersebut lebih banyak dibandingkan rumah sakit
lain.
4.2 Karakteristik Responden di Rumah Sakit di Kota Medan
Responden laki-laki sebanyak 33,3 dan perempuan 66,7. Responden paling banyak umur 45-54 tahun yaitu 36,1. Tabel 4.1
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Responden Dokter Gigi di Rumah Sakit di Kota Medan N=36
Karakteristik Jumlah
Persentase Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
12 24
33,3 66,7
Umur 25– 34 tahun
35– 44 tahun 45– 54 tahun
54 tahun 5
11 13
7 13,9
30,6 36,1
19,4
Universitas Sumatera Utara
4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit 4.3.1
Pengetahuan Dokter Gigi dalam Menerapkan Standard Precaution di Rumah Sakit
Persentase pengetahuan dokter gigi tentang standard precaution yang sudah baik 88,9 adalah tentang pemakaian sarung tangan yang benar dan alat sekali
pakai. Diikuti persentase pengetahuan yang cukup 69,4 mengenai persyaratan masker yang baik. Pengetahuan dokter gigi yang kurang 30-60 adalah waktu
pemakaian sarung tangan lateks, guna kacamata pelindung dan rubber dam, sampah medis khusus, anamnesis pasien dan waktu pemakaian sarung tangan steril, defenisi
Standard Precaution, teknik mencuci tangan yang tepat dan imunisasi yang penting untuk dokter gigi Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Persentase Pengetahuan Dokter Gigi terhadap Standard Precaution di
Rumah Sakit
Pengetahuan Dokter Gigi Tahu
Tidak Tahu N
N
Pemakaian sarung tangan yang benar Peralatan sekali pakai
Pernyataan masker yang benar Waktu pemakaian sarung tangan lateks
Guna kacamata pelindung Guna pemakaian rubber dam
Sampah medis dalam wadah khusus Deskripsi anamnesis pasien
Waktu pemakaian sarung tangan steril Defenisi standard precaution
Teknik mencuci tangan yang tepat Imunisasi untuk dokter gigi
32 32
25 21
21 21
20 20
20 18
16 14
88,9 88,9
69,4 58,3
58,3 58,3
55,6 55,6
55,6
50 44,4
38,9 4
4 11
15 15
15 16
16 16
18 20
22 11,1
11,1 30,6
41,7 41,7
41,7 44,4
44,4 44,4
50 55,6
61,1
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan dokter gigi mengenai Standard Precaution paling banyak termasuk dalam kategori cukup 38,9, kemudian kurang 36,1 dan baik 25
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Dokter Gigi di Rumah Sakit Mengenai Standard Precaution
Kategori Jumlah
Persentase
Baik Cukup
Kurang 9
14 13
25 38,9
36,1
Total 36
100
4.3.2
Kepercayaan Dokter Gigi terhadap Penyakit Menular di Rumah Sakit
Seluruh responden 100 percaya bahwa dokter gigi mempunyai risiko yang tinggi terhadap penyakit hepatitis B dan 94,4 percaya terhadap risiko tinggi
terhadap penyakit AIDS dan TBC. Sedangkan 63,9 dokter gigi cukup percaya terhadap risiko tertular penyakit jika tidak memakai kacamata pelindung. Sisanya
16,7- 56 dokter gigi kurang percaya akan tertular penyakit jika tidak memakai rubber dam, jas praktek dan merawat pasien AIDS. Tabel 4.4
Tabel 4.4. Persentase Kepercayaan Dokter Gigi terhadap penyakit Menular di Rumah Sakit
Kepercayaan Dokter Gigi Percaya
Tidak Percaya
N N
Risiko tinggi terhadap hepatitis B Risiko tinggi terhadap AIDS
Risiko tinggi terhadap TBC Tertular penyakit jika tidak memakai kacamata pelindung
Tertular penyakit jika tidak memakai jas praktek Tertular AIDS jika merawat pasien AIDS
Tertular penyakit jika tidak memakai rubber dam 36
34 34
23
20 12
6 100
94,4 94,4
63,9
55,6 33,3
16,7 2
2 13
16 24
30 5,6
5,6 36,1
44,4 66,7
83,3
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan dokter gigi terhadap penyakit menular paling banyak kategori
cukup 47,2 diikuti baik 27,8 dan kurang 25. Tabel 4.5 Tabel 4.5 Kategori Kepercayaan Dokter Gigi di Rumah Sakit terhadap
Penerapan Standard Precaution
Kategori Jumlah
Persentase
Baik Cukup
Kurang 10
17 9
27,8 47,2
25
Total 36
100 4.3.3
Ketersediaan sarana di Rumah Sakit terhadap Pelaksanaan Standard Precaution di Rumah Sakit
Ketersediaan sarana di tiga rumah sakit di kota Medan termasuk baik 80- 100 dalam hal tersedianya wastafel, sabun cair antiseptik, sarung tangan lateks dan
steril, autoclave serta tempat sampah medis dan non medis. Sarana cukup baik di rumah sakit 66,7 dalam hal tersedianya tempat sampah untuk benda tajam dan
gigi bekas pencabutan serta rubber dam untuk penambalan dan operasi. Sarana yang termasuk kurang 50 dalam hal masker untuk setiap pasien, kacamata pelindung
untuk skeling dan pengeburan, kain alas dada untuk setiap pasien serta tidak disediakannya jas praktek yang bersih dan diganti setiap hari untuk ketiga rumah
sakit Tabel 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Persentase Ketersediaan Sarana di Rumah Sakit terhadap
Pelaksaanaan
Standard Precaution di Rumah Sakit Ketersediaan Sarana di Rumah Sakit
Ada Tidak ada
N N
Tempat cuci tangan wastafel Sabun cair antiseptik
Sarung tangan lateks Sarung tangan steril
Autoclave Tempat sampah medis
Tempat sampah non medis Tempat sampah benda tajam gigi bekas pencabutan
Rubber dam untuk penambalan dan operasi Masker untuk setiap pasien
Kacamata pelindung untuk skeling pengeboran Kain alas dada untuk setiap pasien
Jas praktek yang bersih dan diganti setiap hari 36
36 36
36 36
30 30
24 24
18
6 6
100 100
100 100
100
83,3 83,3
66,7 66,7
50 16,7
16,7 6
6
12 12
18 30
30 36
16,7 16,7
33,3 33,3
50 83,3
83,3 100
Ketersediaan sarana di rumah sakit di kota Medan termasuk kategori baik 16,7, diikuti kategori cukup 83,3 Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Kategori Ketersediaan Sarana di Rumah Sakit terhadap Pelaksanaan
Standard Precaution di Rumah Sakit Kategori
Jumlah Persentase
Baik Cukup
Kurang 6
30 16,7
83,3
Total 36
100
4.3.4. Peraturan dan Pengawasan di Rumah Sakit terhadap Pelaksanaan
Standard Precaution
Responden yang menjawab ada peraturan tentang pelaksanaan Standard Precaution di rumah sakit sebesar 91,7, sedangkan sanksi terhadap pelaksanaannya
hanya 2,8 yang menjawab ada Tabel 4.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Persentase Peraturan dan Pengawasan di Rumah Sakit terhadap Pelaksanaan
Standard Precaution di Rumah Sakit Peraturan Pengawasan
Ada Tidak Ada
N N
Peraturan tentang standard precaution Sanksi pelaksanaan standard precaution
33 1
91,7 2,8
3 35
8,3 97,2
Responden yang menjawab peraturan dan pengawasan tentang standard precaution di rumah sakit termasuk kategori cukup adalah 88,9 diikuti kategori
kurang 8,3 dan kategori baik 2,8 Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Kategori Peraturan dan Pengawasan di Rumah Sakit terhadap Pelaksanaan
Standard Precaution Kategori
Jumlah Persentase
Baik Cukup
Kurang 1
32 3
2,8 88,9
8,3
Total 36
100
4.3.5 Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan Standard Precaution di Rumah
Sakit
Perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precaution di rumah sakit sudah baik yaitu 80-100, dalam hal menggunakan masker, mencuci tangan
sebelum dan sesudah periksa dan merawat pasien, menggunakan sarung tangan sekali pakai, ujung saliva ejektor sekali pakai, benang yang sudah disterilisasi, memakai
sarung tangan, menggunakan spuit, jarum, masker dan jarum suntik sekali pakai serta autoclave untuk sterilisasi. Perilaku dokter gigi cukup baik yaitu 60-78 dalam hal
melakukan anamnesis lengkap, memisahkan dan membuang sampah medis dan non
Universitas Sumatera Utara
medis, menggunakan skalpel sekali pakai dan menggunakan satu masker untuk satu pasien. Perilaku dokter gigi kurang baik dalam hal mengganti jarum suntik saja,
memakai jas praktek setiap hari, memasang alas dada pasien, mengganti jas praktek, menggunakan kacamata pelindung dan rubber dam yaitu sebesar 32-60. Tabel
4.10
Tabel 4.10 Persentase Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan Standard
Precaution di Rumah Sakit
Perilaku Dokter Gigi Ya
Tidak N
N
Menggunakan masker Mencuci tangan sebelum dan sesudah periksa pasien
Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien Menggunakan sarung tangan sekali pakai
Menggunakan ujung saliva ejektor sekali pakai Menggunakan benang yang disterilisasi
Memakai sarung tangan Menggunakan spuit dan jarum sekali pakai
Menggunakan masker sekali pakai Menggunakan jarum suntik sekali pakai
Menggunakan autoclave untuk sterilisasi Melakukan anamnesis pasien lengkap
Memisahkan sampah medis dan non medis Membuang sampah medis dan non medis di wadah berbeda
Menggunakan skalpel sekali pakai Menggunakan satu masker untuk satu pasien
Mengganti jarum suntik saja Memakai jas praktek setiap hari
Memasang alas dada pasien Mengganti jas praktek setiap hari
Menggunakan kacamata pelindung Menggunakan rubber dam
36 34
34 34
31 31
30 30
29 29
29 28
28 28
27 22
20 18
14
7 7
4 100
94,4 94,4
94,4 86,1
86,1 83,3
83,3 80,6
80,6 80,6
77,8 77,8
77,8
75 61,1
55,6 18
22 29
29 32
2 2
2 5
5 6
6 7
7 7
8 8
8 9
14 16
50 61,1
80,6 80,6
88,9 5,6
5,6 5,6
13,9 13,9
16,7 16,7
19,4 19,4
19,4 22,2
22,2 22,2
25 38,9
44,4 50
61,1 80,6
80,6 88,9
Perilaku dokter gigi dalam melaksanakan standard precaution di rumah sakit
kategori cukup 44,4, diikuti baik 36,1 dan kurang 19,4 Tabel 4.11.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Kategori Perilaku Dokter Gigi di Rumah Sakit terhadap Pelaksanaan
Standard Precaution Kategori
Jumlah Persentase
Baik Cukup
Kurang 13
16 7
36,1 44,4
19,4
Total 36
100
4.4. Hubungan Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Dokter Gigi dalam
Menerapkan Standard Precaution di Rumah Sakit
4.4.1. Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Hasil analisis statistik fisher exact menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku dokter gigi dalam menerapkan
standard precaution di rumah sakit p=0,208, yang mana bahwa dokter gigi dengan pengetahuan baik hanya 22,2 yang mempunyai perilaku yang baik Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit Pengetahuan
Dokter Gigi Perilaku Dokter Gigi
Baik Sedang Kurang Jumlah Hasil Analisis
N Statistik Baik
Cukup Kurang
2 4 3 22,2 44,4 33,3
5 5 4 35,7 35,7 28,6
6 7 0 46,2 53,8 0
9 100 Xc
2
=5,839 14 100 Df= 1
13 100 p=0,208
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Hubungan Faktor Kepercayaan dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Kepercayaan dokter gigi yang termasuk kategori baik sebanyak 30 mempunyai perilaku yang baik, kategori cukup 52,9 mempunyai perilaku baik dan
kurang 11,1 mempunyai perilaku baik. Hasil analisis statistik fisher exact menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara faktor kepercayaan dengan
perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precaution di rumah sakit p=0,042 Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hubungan Faktor Kepercayaan dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Kepercayaan Dokter Gigi
Perilaku Dokter Gigi Baik Sedang Kurang
Jumlah N
Hasil Analisis Statistik
Baik Cukup
Kurang 3 7 0
30 70 0 9 4 4
52,9 23,5 23,5 1 5 3
11,1 55,6 33,3 10 100
17 100 9 100
Xc
2
=9,310 Df=1
p =0,042
4.4.3. Hubungan Faktor Ketersediaan Sarana dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Rumah sakit yang mempunyai sarana yang baik sebanyak 50 dokter giginya mempunyai perilaku yang baik. Rumah sakit yang mempunyai sarana yang cukup
33,3 dokter giginya mempunyai perilaku yang baik. Hasil analisis statistik fisher exact menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana di
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit dengan perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precaution p=0,534 Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Hubungan Faktor Ketersediaan Sarana dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Ketersediaan Sarana
Perilaku Dokter Gigi Baik Sedang Kurang
Jumlah N
Hasil Analisis Statistik
Baik Cukup
3 3 0 50 50 0
10 13 7 33,3 43,3 23,3
6 100 30 100
Xc
2
= 1,569 Df=1
p =0,534
4.4.4. Hubungan Faktor Peraturan dan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Peraturan dan pengawasan pihak rumah sakit dengan kategori cukup sebanyak 40,6 dokter gigi yang menerapkan standard precaution dengan perilaku baik. Hasil
analisis statistik fisher exact menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara peraturan dan pengawasan rumah sakit dengan perilaku dokter gigi dalam
menerapkan standard precaution p=0,005 Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Hubungan Faktor Peraturan dan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Peraturan dan
Pengawasan Perilaku Dokter Gigi
Baik Cukup Kurang Jumlah
N Hasil analisis
Statistik
Baik Cukup
Kurang 0 1 0
0 100 0 13 15 4
40,6 46,9 12,5 0 0 3
0 0 100 1 100
32 100 3 100
Xc
2
=9,705 Df=1
p=0,005
Universitas Sumatera Utara
4.5. Hubungan Pengetahuan, Kepercayaan, Peraturan dan Pengawasan
dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Hasil analisis bivariat menunjukkan hampir semua variabel independen masuk ke dalam analisis multivariat kecuali ketersediaan sarana karena nilai p nya
0,25 p=0,534 sebagai syarat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Hasil analisis didapat tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precaution pada α = 0,05.
Tabel 4.16. Namun, karena pengetahuan merupakan variabel independen utama dan nilai p0,25 maka pengetahuan tetap dipertahankan dalam model. Variabel yang
signifikan mempengaruhi perilaku dokter gigi dalam menerapkan standard precaution di rumah sakit adalah kepercayaan dokter gigi, serta peraturan
pengawasan pihak rumah sakit. Nilai odds ratio untuk variabel kategori pengetahuan dengan penerapan
standard precaution adalah sebesar 2,05 dengan CI 95 -0,33 - 3,769, artinya responden dengan pengetahuan kategori baik berpeluang menerapkan standard
precaution kategori baik 2,05 kali lebih tinggi dibandingkan menerapkan standard precaution kategori cukup dan kurang pada responden berpengetahuan cukup dan
kurang. Sedangkan nilai odds ratio untuk pengetahuan kategori sedang dengan penerapan standard precaution adalah 1,016 dengan CI 95 -0,591- 1,44 artinya
responden dengan pengetahuan kategori sedang berpeluang menerapkan standard precaution pada kategori baik 1,016 kali lebih tinggi dibandingkan menerapkan
Universitas Sumatera Utara
standard precaution kategori cukup dan kurang pada responden berpengetahuan kurang Tabel 4.16.
Sedangkan nilai odds ratio untuk variabel kepercayaan dengan penerapan standard precaution adalah 0,25 dengan CI 95 0,34 - 0,84 artinya responden
dengan kepercayaan kategori baik berpeluang menerapkan standard precaution kategori baik 0,25 kali lebih tinggi dibandingkan menerapkan standard precaution
kategori cukup dan kurang pada responden dengan kepercayaan cukup dan kurang. Nilai odds ratio kepercayaan kategori sedang adalah 2,062 dengan CI 95 2,67-
6,794 artinya responden dengan kepercayaan kategori sedang berpeluang menerapkan standard precaution kategori baik 2,062 kali lebih tinggi dibandingkan
menerapkan standard precaution kategori cukup dan kurang pada responden dengan kepercayaan kurang Tabel 4.16.
Nilai odds ratio untuk variabel adanya peraturan dengan penerapan standard precaution adalah 3,62 dengan CI 95 -12,251 - 19,491, artinya responden
dengan adanya peraturan kategori baik berpeluang menerapkan standard precaution kategori baik 3,62 kali lebih tinggi dibandingkan menerapkan standard precaution
pada kategori cukup dan kurang pada rumah sakit dengan peraturan cukup dan kurang. Sedangkan nilai odds ratio untuk adanya peraturan kategori sedang adalah
1,96 dengan CI 95 -1,484 - 2,436 artinya responden dengan peraturan kategori sedang berpeluang menerapkan standard precaution pada kategori baik 1,96 kali
lebih tinggi dibandingkan menerapkan standar precaution pada kategori cukup dan kurang pada rumah sakit dengan kategori peraturan kurang Tabel 4.16.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Analisis Variabel yang Berhubungan dengan Perilaku Dokter Gigi dalam Menerapkan
Standard Precaution di Rumah Sakit
Variabel Bj
S.E Wald
p OR
CI 95 Lower
Upper
Perilaku baik -3.602
1.288 36.008 0.000
Perilaku cukup -2.422
1.191 24.163 0.000
Pengetahuan Pengetahuan baik
0.718 0.428
0.405 0.125 2.05
-0.33 3.769
Pengetahuan cukup 0.016
0.213 0.000 0.086 1.016
-0.591 1.44
Kepercayaan Kepercayaan baik
1.186 1.209
1.315 0.003 0.25
0.34 0.84
Kepercayaan cukup 0.724
1.171 5.413
0.02 2.062 2.67
6.794 Peraturan
Peraturan baik 1.287
2.237 74.325 0.000
3.62 12.251 19.491
Peraturan cukup 0.677
0.124 0.000
1.96 -1.484
2.436
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Dokter Gigi dalam
Menerapkan Standard Precaution di Rumah Sakit
Hasil penelitian menunjukkan hanya 50 dokter gigi yang mengetahui tentang defenisi standard precaution. Hal Ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuzbasioglu, Sarac, Canbaz, dan Cengiz 2005 pada dokter gigi dan melaporkan hanya 43 menjawab benar tentang definisi standard precaution.
Kondisi ini mungkin karena kurangnya sosialisasi pihak rumah sakit tentang standard precaution terutama bagi dokter gigi. Selain itu, mungkin karena faktor
umur, yang mana responden paling banyak berumur 45-54 tahun 36,1 sehingga tidak mendapat informasi ataupun materi perkuliahan mengenai standard precaution
yang baru diperkenalkan sejak tahun 2003. Pengetahuan dokter gigi yang kurang 58,3 dalam hal waktu pemakaian
sarung tangan lateks dan steril mungkin disebabkan karena sebagian besar responden adalah dokter gigi umum yang tidak terbiasa menggunakannya. Pengetahuan dokter
gigi tentang anamnesis pasien masih kurang 55,6, ini mungkin karena kebiasaan sejak di kepaniteraan klinik dan di rumah sakit melakukan anamnesis pasien sebelum
perawatan gigi tidak lengkap. Responden yang mengetahui tentang guna kacamata pelindung hanya 58,3
sementara responden percaya akan tertular penyakit jika tidak memakai kacamata
Universitas Sumatera Utara