BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Standard Precautions
Menurut Centers for Disease Control and Prevention CDC, Standard Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan
menambah tahapan pencegahan yang dirancang untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh
yang lain. Standar ini harus dilakukan untuk semua pasien ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi kecuali
keringat, kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Standard Precaution merupakan langkah-langkah yang perlu diikuti ketika
melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh dan sekrsesi, ekskresi kecuali keringat, kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Prosedur
standard precaution bertujuan untuk melindungi dokter gigi, pasien dan staf dari paparan objek yang infeksius selama prosedur perawatan berlangsung. Pencegahan
yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi instrumen, desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan penanganan sampah medis
Center for Disease Control and Prevention, 2003.
2.1.1 Evaluasi Pasien
Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari setiap pasien dan diperbaharui pada setiap kunjungan yaitu nama, usia, jenis kelamin, suku, status
Universitas Sumatera Utara
perkawinan, pekerjaan, alamat dan nomor telepon. Riwayat penyakit yang pernah diderita maupun yang sedang diderita, adanya penyakit keturunan harus dicatat,
demikian pula keadaan sosial ekonominya, pendidikannya, apakah ia pengguna narkoba atau peminum minuman keras, semua hal-hal tersebut harus diketahui. Hal
ini karena dari data tersebut dapat juga diperoleh informasi bahwa pasien tersebut merupakan orang yang beresiko tinggi terkena penyakit infeksi, seperti orang yang
bekerja dibidang kesehatan. 2.1.2 Perlindungan Diri
Yang termasuk perlindungan diri adalah mencuci tangan, pemakaian baju praktek, penggunaan sarung tangan, penggunaan kaca mata pelindung, penggunaan
masker, penggunaan rubber dam dan imunisasi. 1. Cuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah merawat pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan
tangan harus dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. Prosedur mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :
a. Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir. b. Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ketangan dan digosok
sampai berbusa. c. Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya, kedua
bagian punggung tangan digosok. Jari dan kuku serta pergelangan tangan juga dibersihkan. Semua ini dilakukan selama sekitar 10-15 detik.
Universitas Sumatera Utara
d. Tangan dibilas bersih dengan air mengalir. e. Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu. Mengeringkan tangan dengan
kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan mesin pengering tangan, karena mesin pengering tangan
umumnya menampung banyak bakteri. 2. Pemakaian Jas Praktek
Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi
kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen
dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.
3. Penggunaan Sarung Tangan Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil
sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf dan pasien. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan
darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan
harus diganti setiap selesai perawatan pada setiap pasien. Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi,
diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
a. Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya
perdarahan. b. Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau
mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan. c. Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan
kerja atau saat menggunakan bahan kimia. 4. Penggunaan Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya
aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas penyaringan dari masker tergantung pada bahan yang dipakai masker polipropilen
lebih baik dari masker kertas dan lama pemakaian efektif 30 – 60 menit. Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.
5. Penggunaan Kacamata Pelindung Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi
mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece dan pembersihan karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva,
mikroorganisme, aerosol dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun staf. 6. Penggunaan Rubber Dam
Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam. Selain untuk
Universitas Sumatera Utara
mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk mengurangi terjadinya luka dan perdarahan.
7. Imunisasi Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan
sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-B untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas
tiga tahap, pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan agar
personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan antara lain adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella MMR, difteri,
pertusis, dan tetanus DPT, infuenza, poliomyelitis dan TBC BCG.
2.1.3 Sterilisasi Instrumen