Tanah Timbul Dalam Persepsi Hukum Tanah Nasional

68

2. Tanah Timbul Dalam Persepsi Hukum Tanah Nasional

Pasal 2 UUPA mengatur bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di didalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara. Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi yang disebut Tanah, 76 termasuk pada tubuh bumi dibawahnya serta yang berada diatas air. Sedangkan pengertian air adalah perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia, dan ruang angkasa adalah ruang diatas bumi dan diatas perairan. 77 Secara eksplisit tegas UUPA tidak ada menyebutkan tentang keberadaan tanah timbul, tetapi secara implisit tidak tegas dari luas ruang lingkup UUPA yang meliputi bumi, air, dan ruang angkasa sebagaimana telah diuraikan diatas, dapatlah diketahui bahwa tanah timbul adalah merupakan “permukaan bumi” yang tidak terlepas dari apa yang dikehendaki oleh Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang menyatakan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Penggunaan bumi, air dan kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat tersebut menunjukkan bahwa tujuan pemanfaatannya semata-mata untuk mensejahterakan rakyat sekaligus dengan memperhatikan aspek keadilan yang ditunjukan dari kata “sebesar-besarnya”, sehingga hasil dari penggunaan dan 76 Penjelasan Pasal 1, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, “Dalam Undang-Undang Pokok Agraria diadakan perbedaan antara pengertian bumi dan tanah sebagai dirumuskan dalam Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 4 ayat 1. Yang dimaksud dengan “tanah” ialah permukaan bumi”. 77 Pasal 1 ayat 4, 5 dan 6Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Universitas Sumatera Utara 69 pemanfaatan bumi, air dan dan kekayaan alam tersebut bukan hanya untuk perorangan atau kelompok tertentu, melainkan untuk rakyat banyak. Sejalan dengan itu, pada tanggal 6 Mei 1999 Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional mempertegas status tanah timbul dengan mengeluarkanSurat Edaran Nomor 410-1293 tentang Penertiban Status Tanah Timbul dan Tanah Reklamasi. Dalam angka 3 Surat Edaran Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 410-1293 tersebut,dinyatakan bahwa: “Tanah-tanah timbul secara alami seperti delta, tanah pantai, tepi danausitu, endapan tepi sungai, pulau timbul dan tanah timbul secara alami lainnya dinyatakan sebagai tanah yang langsung dikuasai oleh negara. Selanjutnya penguasaanpe-milikan serta penggunaannya diatur oleh Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.” Kemudian ketentuan mengenai status tanah timbul diatas dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. Dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tersebut dinyatakan bahwa “Tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah peraian pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh negara.” Dari uraian pasal diatas, maka berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UUPA, hak menguasai dari negara tersebut memberi wewenangkepada negara untuk: d. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa. e. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa. Universitas Sumatera Utara 70 f. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukumyang mengenai bumi,air dan ruang angkasa. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa secara Hukum Tanah Nasional, tanah timbul adalah tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, oleh sebab itu setiap orang yang akan menguasai tanah timbul haruslah memperoleh izin terlebih dahulu dari aparat pemerintah yang berwenang untuk itu yaitu Badan Pertanahan Nasional.

3. Tanah Timbul Dalam Persepsi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun