59
dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional menurut ketentuan-ketentuan peraturan pemerintaah.
71
3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
Hak ulayat masyarakat hukum adat diatur dalam Pasal 3 UUPA, yaitu “Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 2 pelaksanaan hak
ulayat dan pelaksanaan hak-hak serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lain yang lebih
tinggi”. Pasal 3 UUPA mengandung pernyataan pengakuan mengenai eksistensi hak
ulayat masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada, artinya bila dalam kenyataan tidak ada, maka hak ulayat itu tidak akan dihidupkan lagi, dan
tidak akan diciptakan hak ulayat baru. Hak ulayat dibiarkan tetap diatur oleh masyarakat hukum adat masing-masing.
Menurut Boedi Harsono, kriteria ada atau tidaknya hak ulayat dapat diketahui dari kenyataan mengenai:
72
1. masih adanya suatu kelompok orang-orang yang merupakan warga suatu masyarakat hukum adat tertentu;
71
Pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria.
72
Boedi Harsono, Op.cit, hlm.192.
Universitas Sumatera Utara
60
2. masih adanya tanah yang merupakan wilayah masyarakat hukum adat tersebut, yang disadari sebagai kepunyaan bersama para warga masyarakat hukum adat itu;
3. masih adanya kepala adat dan para tetua adat yang yang pada kenyataanya dan diakui oleh para warganya, melakukan kegiatan sehari-hari, sebagai pengemban
tugas kewenangan masyarakat hukum adatnya, mengelola, mengatur peruntukan, penguasaan dan penggunaan tanah bersama tersebut.
Secara yuridisformal pengertian hak ulayat disebutkan dalam Pasal 1 angka 1Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
1999tentang Pedoman Penyelesaian
Hak Ulayat
Masyarakat Hukum
Adat, ditentukanbahwa yang dimaksud dengan hak ulayat adalah “Kewenangan yang
menurut hukum adat dipunyai oleh Masyarakat HukumAdat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan para warganyauntuk mengambil manfaat dari
sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul darihubungan secara lahiriah dan bathiniah turun
temurun dan tidak terputusantara Masyarakat Hukum Adat dengan wilayah yang bersangkutan”.
Selanjutnya Pasal 2 ayat 2 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tersebut, menyatakan bahwa Hak Ulayat
masyarakat hukum adat dianggap masih ada, apabila: a. Terdapat sekelompok
orang yang masih merasa terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum tertentu, yang mengakui
Universitas Sumatera Utara
61
dan menerapkan ketentuan-ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b. Terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-
hari; dan c. Terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan penggunaan
tanah ulayat yang berlaku dan ditaati oleh para warga persekutuan hukum tersebut.
4. Hak perseorangan atas tanah