Undang-Undang Pokok Agraria Sebagai Dasar Hukum Tanah Nasional

51

BAB III STATUS PENGUASAAN TANAH TIMBUL DI KECAMATAN

RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU

A. Undang-Undang Pokok Agraria Sebagai Dasar Hukum Tanah Nasional

Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 merupakan landasan konstitusional bagi pembentukan politik dan Hukum Agraria Nasional HAN, yang berisi perintah kepada negara agar bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya yang telah diletakkan dalam penguasaan negara, agar digunakan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA, bangsa Indonesia telah mempunyai Hukum Agraria yang sifatnya nasional, baik ditinjau dari segi formal maupun dari segi materiilnya. Dari segi formalnya, sifat nasional UUPA dapat dilihat dalam Konsiderannya di bawah perkataan “menimbang” yang menyebutkan tentang keburukan dan kekurangan dalam Hukum Agaria yang berlaku sebelum UUPA.Keburukan dan kekurangan tersebut antara lain dinyatakan bahwa Hukum Agraria kolonial itu mempunyai sifat dualisme dan tidak menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya keburukan dan kekurangan ini, maka Hukum Agraria kolonial harus diganti dengan Hukum Agraria Nasional yang dibuat oleh pembentuk undang-undang Indonesia, berlaku diseluruh wilayah Indonesia, dan meliputi semua tanah yang ada di wilayah Indonesia. 51 Universitas Sumatera Utara 52 Dari segi materiilnya, Hukum Agraria yang baru harus bersifat nasional pula, artinya berkenaan dengan tujuan, asas dan isinya harus sesuai dengan kepentingan nasional. Dalam hubungan ini UUPA menyatakan pula dalam konsiderannya dibawah perkataan “berpendapat” bahwa Hukum Agraria yang baru harus: a. Didasarkan atas hukum adat tentang tanah; b. Sederhana; c. Menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia; d. Tidak mengabaikan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama; e. Memberi kemungkinan supaya bumi, air dan ruang angkasa dapat mencapai fungsinya dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur; f. Sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia; g. Memenuhi pula keperluan rakyat Indonesia menurut permintaan zaman dalam segala soal agraria; h. Mewujudkan penjelmaan dari pancasila sebagai asas kerohanian negara dan cita- cita bangsa seperti tercantum dalam pembukaan undang-undang; i. Merupakan pelaksanaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Manifesto Politik; j. Melaksanakan pula ketentuan Pasal 33 UUD 1945. UUPA memiliki jangkauan yang luas dan dimaksudkan sebagai landasan dari seluruh program baru perundang-undangan agraria, dan meletakkan dasar bagi terciptanya struktur hukum yang dapat diterima secara nasional untuk urusan agraria guna menghilangkan rintangan menuju penyatuan dan penyederhanaan dalam bidang Universitas Sumatera Utara 53 hukum serta dalam rangka untuk menentukan hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat. 65 Sebagaimana Boedi Harsono mengemukakan bahwa Hukum Agraria bukan hanya merupakan satu perangkat bidang hukum saja, melainkan suatu kelompok berbagai bidang hukum yang masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu yang termasuk pengertian agraria. Kelompok berbagai bidang hukum tersebut terdiri atas: 66 1. Hukum Tanah, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah, dalam arti permukaan bumi 2. Hukum Air, yang mengatur hak penguasaan atas air. 3. Hukum Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas bahan-bahan galian yang dimaksudkan oleh Undang-Undang Pokok Pertambangan. 4. Hukum perikanan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan alam yang terkandung di dalam air. 5. Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan Unsur-Unsur Dalam Ruang Angkasa, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa yang dimaksudkan dalam Pasal 48 UUPA. Selanjutnya, Urip Santoso dalam bukunya membagi Hukum Agraria ke dalam 2 dua pokok bahasan, yaitu: 67 65 Alvi Syahrin,2009, Beberapa Masalah Hukum, PT. Sofmedia, Medan, hlm.30. 66 Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaanya, Edisi Revisi, Cetakan ke-12, Djambatan, Jakarta, hlm.8. 67 Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta, hlm.9. Universitas Sumatera Utara 54 1. Hukum Agraria dalam arti sempit, yaitu hanya membahas tentang hak penguasaan atas tanah, meliputi hak bangsa Indonesia atas tanah, hak menguasai diri atas tanah, hak ulayat dan hak perorangan atas tanah. 2. Hukum Agraria dalam arti luas, yaitu a. Hukum Pertambangan, dalam kaitannya dengan Hak Kuasa Pertambangan. b. Hukum Kehutanan, dalam kaitannya dengan Hak Pengusahaan Hutan. c. Hukum Pengairan, dalam kaitannya dengan Hak Guna Air. d. Hukum Ruang Angkasa, dalam kaitannya dengan Hak Ruang Angkasa. e. Hukum Lingkungan Hidup, dalam kaitannya dengan Tata Guna Tanah, Landreform. Adapuntata jenjang atau hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional UUPA, adalah: 68 1. Hak Bangsa Indonesia. 2. Hak Menguasai dari Negara. 3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. 4. Hak perseorangan individual, yang terdiri atas: a. Hak-hak atas tanah sebagai hak-hak individual. b. Wakaf yaitu Hak Milik yang sudah diwakafkan. c. Hak Jaminan atas Tanah yang disebut “Hak Tanggungan”. 68 Boedi Harsono, Op.cit, hlm.24. Universitas Sumatera Utara 55

1. Hak Bangsa Indonesia Atas Tanah

Hak Bangsa Indonesia atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dan meliputi semua tanah yang berada dalam negara, yang merupakan tanah bersama, bersifat abadi dan menjadi induk bagi hak-hak penguasaan yang lain atas tanah. Pengaturan hak penguasaan atas tanah ini dimuat dalam Pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 UUPA, yang berisikan: 1. Seluruh Wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang telah bersatu sebagai bangsa Indonesia. 2. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam Wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia merupakan kekayaan nasional. 3. Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termasud dalam ayat 2 adalah hubungan yang bersifat abadi. Ketentuan dalam Pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 UUPA tersebut sejalan dengan apa yang termuat dalam Penjelasan Umum UUPA yang menyatakan bahwa “Bumi, air dan ruang angkasa dalam wilayah Republik Indonesia yang kemerdekaannya diperjuangkan oleh bangsa sebagai keseluruhan menjadi hak pula dari bangsa Indonesia, jadi tidak semata-mata menjadi hak dari pemiliknya saja. Demikian pula tanah-tanah di daerah-daerah dan pulau-pulau tidaklah semata-mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pula yang bersangkutan saja.Dengan pengertian demikian Universitas Sumatera Utara