30
BAB II PENGUASAAN TANAH TIMBUL MENURUT KEBIASAAN MASYARAKAT
DI DESA TELUK ERONG KECAMATAN RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Telok Erong adalah merupakan desa yang terletak di kawasan Sungai Indragiriatau dikenaljuga dengan nama Sungai Batang Kuantan, yang secara
administratif pemerintahan desanya berada di Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu. Dimana pada awalnya, jauh sebelum
Republik Indonesia merdeka Teluk Erong adalah merupakan sebuah nama lahan kosong berbentuk hutan yang kemudian masyarakat sekitar bukagarap dan dijadikan
sebagai lahan pertanian. Namun seiring waktu, selain dijadikan sebagai lahan pertanian, daerah inijuga
dijadikan sebagai pemukiman oleh warga yang membuka daerah tersebut. Adapunluas wilayah Desa Teluk Erongyaitu sekitar 0,35 km
2
35 hektar yang
merupakan daerah dataran rendah dengan batas-batas sebagai berikut:
26
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Hutan Desa Kampung Pulau.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Sungai Indragiri.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Kuantan Babu.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Kampung Pulau.
26
Hasil wawancara dengan Dedi Putra, RT Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, pada tanggal 3 Desember 2011.
30
Universitas Sumatera Utara
31
Menurut keterangan Dedi Putra, asal usul nama atau sebutan Teluk Erong pada lokasi tersebut dilatarbelakangi karena posisinya yang terletak di pinggiran laut.
Perkataan “laut” merupakan istilah keseharian masyarakat setempat dalam hal mengucapkan sungai Indragiri yang melintas di desa ini. Hingga sampai sekarang
istilah “laut” merupakan bahasa sehari-hari masyarakat setempat dalam hal menyatakan sungai Indragiri.
27
Adapun jumlah wargayang bertempat tinggal di desa iniyaitu sebanyak 32 kepala keluarga dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 130 jiwa.
Keseluruhan masyarakat yang bertempat tinggal didesa ini adalah masyarakat asli suku melayu rengat, menganut agama Islam, dan mencari nafkah dibidang usaha
pertanian, tambak, dan nelayan.
28
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa desa ini adalah desa palingbanyakmemunculkan tanah timbul di Kecamatan Rengat. Hal ini
terjadi karena letak posisi desa berada di aliran sungai yang berbelok. Menurut keterangan Dedi Putra dan warga masyarakat setempat, sebagian luas daratan yang
masyarakat jadikan lahanpertanian dan tempattinggal adalah daratan yang terbentuk akibat terjadinya sedimentasi atau pengendapan lumpur dengan luas kurang lebih
mencapai 15 ha lima belas hektar.Dan seiring waktu dari tahun ke tahun
27
Hasil wawancara dengan Dedi Putra, RT Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 3 Desember 2011.
28
Hasil wawancara dengan Dedi Putra, RT Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal 3 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
32
kemunculan tanah timbul terus terjadi, adapun luas tanah timbul yang baru muncul 5 tahun terakhir ini kurang lebih luasnya mencapai 4 ha hektar.
29
Kemunculan tanah timbul di Kecamatan Rengat sebenarnya bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi masyarakat sekitar, karena secara tofografi daerah ini
merupakan wilayah dataran rendah dengan kemiringan 0-2 dan ketinggian 0-10 meter di atas permukaan laut, berdasarkan kondisi dengan jenis tofografi ini,
mengakibatkan sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hulu, merupakan dataran endapan aluvium muda dan tua.
30
Tanah Aluviumadalah tanah hasil erosi yang diendapkan di dataran rendah.
31
Sejalan dengan keadaan tofografi sebagaimana dimaksud diatas, menurut keterangan Hilman Bahri Sungai Indragiri adalah sungai yang melintasi 2 provonsi,
yaitu Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau. Bagian hulu sungai berada pada Provinsi Sumatera Barat, yang meliputi 10 kabupatenkota antara lain:
32
1. Kabupaten Tanah Datar; 2. Kabupaten Padang Panjang;
3. Kabupaten Agam; 4. Kabupaten Bukit Tinggi;
29
Hasil wawancara dengan Dedi Putra RT, dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal
4 Desember 2011.
30
Gambaran Umum Kondisi Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hulu Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Jangka Panjang RPJP Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2005-2025.
31
Ari Sudewa,
Beberapa Jenis
Tanah Di
Indonesia, http:arisudev.wordpress.com20110713berbagai-jenis-tanah-di-indonesia, diakses pada tanggal 4
Februari 2012.
32
Hasil wawancara dengan Rajial Anwar, Sekretaris Kasubbag Umum Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Indragiri Hulu, pada tanggal 7 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
33
5. Kabupaten Sawah LuntoSijunjung; 6. Kota Sawah Lunto;
7. Kabupaten Payah Kumbuh; 8. Kabupaten Limapuluh Kota;
9. Kabupaten Solok; 10. Kota Solok.
Sedangkan pada bagian hilir sungai berada di wilayah Provinsi Riau, yang meliputi 3 kabupaten, yaitu:
1. Kabupaten Indragiri Hulu; 2. Kabupaten Singigi;
3. Kabupaten Indragiri Hilir. Berdasarkan uraian lintasan sungai tersebut, lebih lanjut Hilman Bahri
menjelaskan bahwa
sedimentasi pengendapan
yang terjadi
dibagian hilir
diakibatkan karena kondisi tofografiwilayah pada hulu sungai memiliki kemiringan lereng yang cukup tinggi, sehingga akan secara cepat menghanyutkan tanah sebagai
sedimen erosi ke daerah hiliryang lebih cenderung terjadi penggenangan.
33
Namun demikian, hal terpenting dan menarikuntuk dikaji dalam penelitian ini adalah aspek hukum pertanahan yang melingkupinya, terutama mengenai kebiasaan
masyarakat setempat dalam hal melakukan penguasaan atas tanah yang terjadi karena
33
Hasil wawancara dengan Rajial Anwar, Sekretaris Kasubbag Umum Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Indragiri Hulu, pada tanggal 7 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
34
adanya peristiwa alam tersebut, demikian juga peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Karena sebagaimana diketahui sejak tanggal 24 September 1960 dengan di Undangkannya Undang-Undang Pokok Agraria UUPA, Indonesia telah berhasil
memiliki Hukum Pertanahan yang bersifat nasional, dimana selanjutnya apa yang dihendaki UUPA tersebut juga diatur dalam peraturan sektoral lainnya. Sehingga
semua hal yang menyangkut tentang bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara.Hak menguasai dari
Negara tersebut memberi wewenang kepada negara untuk:
34
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukumyang mengenai bumi,air dan ruang angkasa.
Dengan demikian setiap perbuatan yang bermaksud untuk melakukan penguasaan atas tanah, tentunya harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
secara formal, sebagaimana yang dikehendaki hukum pertanahan yang bersifat nasional. Tetapi pada kenyataannya apa yang dicita-citakan bangsa Indonesia sampai
saat ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, dimana masih terdapat sekelompok
34
Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria.
Universitas Sumatera Utara
35
masyarakat di daerah Indonesia yang menggunakan hukum adatkebiasaannya dalam melakukan penguasaan atas tanah.
Namun demikian, mesti masyarakat setempat telah melakukan penguasaan tidak sesuai dengan ketentuan hukum sebagaimana dimaksud dalam hukum
pertanahan nasional, tidaklah mudah untuk mengatakan itu sebagai perbuatan yang menyalahi atau melanggar hukum, karena jauh sebelum berbagai kebijakan atau
peraturan perundang-undangan itu ada, masyarakat yang berada di berbagai wilayah Indonesia termasuk di daerah ini telah hidup dengan budaya dan tatanan hukum
adatkebiasaannya. Sebagaimanalandasan hukum di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945menegaskan bahwa Negaramengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Oleh karena itu, untuk mengetahui budaya dan tatanan hukum adatkebiasaan setempat,
maka akan
diuraikan secara
singkatsejarah daerah
ini beserta
perkembangannya hingga sekarang.Karena untuk memahami segala hubungan hukum dan peristiwa hukum yang terjadi dilingkungan masyarakat setempat, tidaklah
mungkin dapat dilakukan tanpa memahami sejarah daerah dan struktur hukum
masyarakat itu sendiri. Oleh Karena itu secara singkat akan diuraikan berdasarkan 2 priode, yaitu sebelum dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
36
1. Sebelum Indonesia Merdeka Berdasarkan catatan sejarah, Kecamatan Rengat yang merupakan ibu kota
Kabupaten Indragiri Hulu adalah tempat terakhir berdirinya kepemimpinan RajaSultan yang dikenal dengan nama Kesultanan Indragiri. Dimana pada tanggal 5
Januari 1815, yakni pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim Sultan Indragiri ke-15 Ibu Kota Indragiri dipindahkandan menetap di Rengat sampai pada masa
pemerintahanSultanMahmudsyah 1912-1965, Sultan Indragiri ke-22.
35
Kesultanan Indragiri memiliki sistem pemerintahan khas yang dibangun oleh orang-orang Melayu secara turun-temurun. Model pemerintahan yang berlaku di
dalam Kesultanan Indragiri adalah pemerintahan yang bercirikan Islam yang telah memperkuat pertumbuhan dan perkembangan Budaya Melayu. Upacara-upacara
keagamaan di Indragiri tidak bisa dilepaskan dari ajaran agama Islam dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
36
Berdirinya Kesultanan Indragiri tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Kerajaan Keritang. Karena pada saat itu Nara Singa II yang merupakan raja keritang
ke-4, bersama para pengikutnya memindahkan pusat kerajaan dari Keritang ke Pekantua, yang tidak jauh dari Sungai Indragiri.Perpindahan tersebut terkait dengan
kepercayaan bahwa suatu tempat yang telah ditinggalkan tidak baik untuk dijadikan pusat pemerintahan. Karena Keritang adalah merupakan kota yang diambilalih oleh
Malaka sebagai daerah jajahan, maka menurut keyakinan magic religious, kota atau
35
Iswara NR, Kesultanan Indragiri, http:melayuonline.comindhistorydig349, diakses pada tanggal 20 februari 2012.
36
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
37
kraton yang telah dikalahkan itu harus ditinggalkan.Selanjutnya Raja Nara Singa II akhirnya dinobatkan menjadi pemimpin di Pekantua dan inilah tanda bahwa
Kesultanan Indragiri telah berdiri. Sebagai sultan pertama Kesultanan Indragiri, Nara Singa II diberi gelar “Maulana Paduka Sri Sultan Alauddin Iskandar Syah
Johan”1508-1532. Gelar ini menandakan bahwa unsur Islam sudah masuk dan menebar pengaruh di Indragiri dan sekitarnya.
37
Sistem pemerintahan yang mulai terkonsep sejak masa pemerintahan Sultan Alauddin Iskandar Syah Johan ini, selanjutnya ditingkatkan dan disempurnakan
menjadi Undang-Undang Kesultanan pada masaRaja Hasan bergelar Sultan Hasan Salahuddinsyah 1735-1765, Sultan Indragiri ke-13. Undang-Undang Kesultanan
Indragiri itu meliputi Undang-Undang Adat Kerajaan Indragiri, Peradilan Adat Kerajaan, Panji-Panji Raja, serta Menteri Kerajaan. Undang-Undang Kesultanan
Indragiri diuraikan sebagai berikut:
38
1. Struktur Pemerintahan Berdasarkan Lembaga Undang-Undang Adat, yang terdiri dari Beraja nan Berdua, meliputi: 1 Yang Dipertuan Besar Sultan; 2 Yang
Dipertuan Muda, dan Berdatuk nan Berdua yang meliputi: 1 Datuk
Temenggung; 2 Datuk Bendahara. 2. Menteri nan Delapan, yaitu Menteri-menteri Kesultanan Indragiri atau sebagai
Pembantu Datuk Bendahara, berjumlah delapan orang, antara lain: Sri Paduka,
37
Ibid.
38
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
38
Bentara, Bentara Luar, Bentara Dalam, Majalela, Panglima Dalam, Sida-Sida, dan Panglima Muda.
3. Tiga Datuk di Rantau, meliputi Orang-Orang Kaya sebagai berikut: Orang Kaya Setia Kumara di Lala, Orang Kaya Setia Perkasa di Kelayang, serta Orang Kaya
Setia Perdana di Kota Baru. 4. Penghulu nan Tiga Lorong, terdiri atas 1 Yang Tua Raja Mahkota, di Batu
Ginjal, Kampung Hilir; 2 Lela di Raja, di Batu Ginjal, Kampung Hilir; dan 3 Dana Lela, di Pematang.
5. Kepala Pucuk Rantau, mencakup 1 Tun Tahir di Lubuk Ramo; 2 Datuk Bendahara di sebelah kanan; serta 3 Datuk Temenggung di sebelah kiri.
Selain itu, terdapat juga Peradilan Adat Kesultanan Indragiri yang mengurusi hukum pidana maupun perdata. Peradilan Adat Kesultanan Indragiri meliputi dua
mahkamah. Pertama adalah Mahkamah Besar, dengan keanggotaan yang terdiri dari Yang Dipertuan Muda, Datuk Bendahara, dan beberapa anggota lain yang dipilih oleh
Sultan Indragiri. Setiap keputusan Mahkamah Besar disampaikan oleh Datuk Bendahara kepada Sultan Indragiri. Sementara ituMahkamah
kedua adalah Mahkamah Kecil yang mencakup wilayah di desa-desa di bawah kendali seorang
Penghulu. Pada perkembangannya, Mahkamah Kecil ini kemudian dikepalai oleh Amir atau Camat pada masa sekarang. Di samping itu ada pula Hukum Pidana Adat
Universitas Sumatera Utara
39
yang dikuasai Raja dan Orang Banyak, serta Hukum Perdata mengenai Hukum Salo damai, pengaduan tentang kerugian, dan batas putusan Penghulu.
39
Menurut keterangan warga setempat, Penghulu atau saat ini lebih dikenal dengan nama Kepala DesaLurah adalah orang yang mempunyai peran penting dalam
hal pertanahan di setiap desa yang berada di wilayah Indragiri.Atas dasar tugas yang diberikan RajaSultan kepadaPenghulu, maka untuk membuka atau menggarap
sebidang tanah, anggota masyarakat haruslah terlebih dahulu mendapat izin dari Penghulu. Hal ini dimaksudkanbukan karena RajaSultan dan Penghulu pada saat itu
adalah pemilik tanah, melainkan hanya seorang penguasa yang melindungi rakyatnya agar tanah-tanah yang berada didaerah ini tidak jatuh padakekuasaan pemerintahan
kolonial Belanda.
40
Pada masa itu, semua masyarakat didaerahini hanya menganggap semua tanahmerupakan titipan Sang Pencipta yaitu TuhanYang Maha Esa, sebagai seorang
yang diistimewakan dan dijadikan pemimpin, penguasaan RajaSultan atas tanah tidak
lain hanya
bertujuan untuk
mempertahankandan melindungi
hak-hak masyarakatnya dari gangguan para penjajah baik itupasukan kolonial Belanda
maupun Jepang. Sehingga tanah suatu saat nanti masih bisa diwariskan kepada generasi penerus dimasa mendatang.
41
39
Ibid.
40
Hasil wawancara dengan Dedi Putra RT, dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal
4 Desember 2011.
41
Hasil wawancara dengan Dedi Putra RT, dan warga Desa Teluk Erong, Kelurahan Kampung Dagang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau, pada tanggal
4 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
40
2. Sesudah Indonesia Merdeka Dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia tangal 17 Agustus 1945
maka berdirilah Kesatuan Negara Republik Indonesia. Pada awalnya pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956
tentang Pembentukan Daerah Otonom Dalam Lingkungan Povinsi Sumatera Tengah yang diberi nama Kabupaten Indragiri.
42
Tetapi Kabupaten Indragiri Hulu dan Hilir saat itu masih merupakan satu kabupaten. Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan
Kuantan Singingi dengan ibu kota Teluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu dengan ibu kotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibu kotanya
Tembilahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1963 tentang Pernyataan Mulai Berlakunya Dan Pelaksanaan Undang-Undang Penyerahan
Pemerintahan Umumstatus kewedanaan dihapus bersama dengan penghapusan kewedanaan dalam Kabupaten Indragiri.
43
Kemudian pada tahun 1965 berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965, Kabupaten Indragiri dimekarkan menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten
Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Selanjutnya pada tahun 1999 Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan lagi yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan
Singingi. Setelah satu tahun pemekeran tersebut, tepatnya pada tahun 2000
42
Bagian Pendahuluan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hulu Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Jangka Panjang RPJP Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2005-2025.
43
Bagian Pendahuluan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hulu Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Jangka Panjang RPJP Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2005-2025.
Universitas Sumatera Utara
41
kecamatan yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan pula, yang semula terdiri 6 kecamatan menjadi 14 kecamatan.
Dalam kurun waktu yang cukup panjang sebagaimana telah diuraikan, yaitu dari zaman sebelum kemerdekaan Indonesia hingga sekarang, cukup jelaslah kiranya
diketahui bahwa di daerah ini telah banyak terjadi perubahan. Namun demikian, perubahan dan perkembangan tersebut, tidak merubah pemahaman masyarakat
khususnya penduduk asli daerah ini tentang hukum,apapun bentuk hukum itu menurut masyarakat didaerah ini haruslah sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan
ajaranagama, dan khusus di daerah ini pemahaman hukum masyarakat tidak terlepas dengan ajaran Islam.
44
B. Istilah Dan Pengertian Tanah Timbul