Nilai-nilai Humanitas Aksiologi Filsafat Manusia Menurut Muhammadiyah

C. Aksiologi Filsafat Manusia Menurut Muhammadiyah

1. Nilai-nilai Humanitas

a. Persatuan Ukhuwah Hal ini dapat dilihat dalam pemikiran KH. Ahmad Dahlan sebagai landasan pemikiran Muhammadiyah. Kyai menyerukan untuk bersatu dalam mencari kebenaran yang hakiki, kebenaran dalam memikirkan bagaimana manusia hidup di dunia? Apa perlunya? Apa yang harus dikerjakan di dunia? Mencari apa? Apa yang dituju? Manusia perlu mengoreksi kepercayaan, tujuan hidup dan tingkah lakunya untuk mencari kebenaran sejati. b. Amanah atau Kepercayaan Amanah menurut Muhammadiyah dimaknai dengan jabatan tertentu. Artinya, jabatan dalam mengemban tugas-tugas keumatan menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hanya manusia yang dapat memegang amanah keumatan atau khalifah di muka bumi ini, walaupun Tuhan telah menawarkan kepada makhluk-makhluk Allah yang besar-besar, seperti gunung, bumi dan lainnya. Misi ini dikembangkan menjadi amanah dalam memimpin organisasi, menunaikan kewajibannya, amanah dalam mengelola amal usaha dan amanah dalam memberdayaan umat sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hal ini terdapat dalam PHIWM. c. Keterbukaan Muhammadiyah menganut dua pengertian keterbukaan diatas, yaitu keterbukaan dalam pengembangkan diri Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Konsep masyarakat Islam yang dikembangkan Muhammadiyah tidak bersifat kaku, saklek atau dogmatik, tetapi mengikuti arus perkembangan zaman dengan tetap memegang hakikat dan kaidah-kaidah Muhammadiyah. Beberapa produk Muhammadiyah sudah membumi di Nusantara, atau Muhammadiyah sudah memperkenalkan diri untuk menyumbangkan berbagai pemikiran-pemikiran dalam kehidupan berbangsa, dengan amal-usaha yang banyak. Sedangkan keterbukaan yang bersifat pasif adanya sumbangan-sumbangan pemikiran dari tokoh-tokoh non- Muhammadiyah untuk menguatkan wacana-wacana pemikiran, membangun pemikiran dan memproduksi pemikiran. Sifat keterbukaan ini tidak terpisah seperti terpisahnya air dengan minyak, tetapi bersatu seperti dua sisi mata uang. d. Propetis-Humanis Hal ini dapat dilihat dari sikap Kyai Dahlan mendirikan sekolah tatkala hanya para pembesar dan bangsawan yang diperbolehkan sekolah. Anak-anak yatim, fakir-miskindiasuh dan dipelihara dalam sebuah rumah, tatkala tidak ada yang memperhatikan.visi sosial- propetik inilah yang dikembangkan oleh Kyai Dahlan, yang kemudian menjadi ciri dari Muhammadiyah yang bergerak dalam koridor sosial dan pendidikan. e. Tanggungjawab Kegiatan memberi yang diintroduksi dari surat al-Ma`un menunjukkan kepekaan dan empati terhadap wong cilik . Dengan aktivitas ini pula dunia yang semakin manusiawi terbentuk. Apabila aktivitas memberi ini dinazarkan sebagai kegiatan hidup, maka dunia akan terbangun secara rapi dan baik. Memberi merupakan ungkapan tanggungjawab sosial terhadap orang lain. Tanggungjawab ini dapat diwujudkan dalam relasi sosial. Tanggungjawab itu termuat dalam kesadaran akan merasa wajib untuk mengakui kebebasan setiap pribadi untuk hidup dan bertumbuh menurut keunikannya dan budaya yang dimilikinya, dan dalam tindakan yang mengangkat nilai-nilai kehidupan orang lain. Dengan kata lain, setiap individu mengakui dan menjamin semua nilai-nilai kehidupan semua orang yang dijumpainya. Hal ini akan lebih mengokohkan tauhid sosial dan pada gilirannya akan memberangkus syirik-syirik sosial yang ada di bumi ini. f. Nilai Religiuitas Nilai kereligiusitasan Muhammadiyah dapat dilihat dari awal berdirinya dengan melihat salah satu karakteristik yang melekat padanya. Karakteristik ini dapat dilihat dengan pemahaman dan pentadaburan ayat al- Qur‟an yang dilakukan oleh Kyai Ahmad Dahlan dengan ketelitiannya yang memadai dan bekal ilmu alat yang cukup untuk mengkaji tentang ayat-ayat al- Qur‟an, khususnya ketika menelaah surat al-`Imron ayat 102 sampai 104, maka lahirlah amalan konkrit yaitu persyarikatan Muhammadiyah . 24 Menurut KH.M. Djindar Tamimiy, kelahiran Muhammadiyah melekat dengan ideologi, tidak terkecuali tentang nilai religiusitas yang merupakan komponen dasar dari ideologi. Ide dan cita-cita tentang Islam telah melekat dalam pemikiran dan spirit gerakan dari KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah 25 artinya bahwa sesunguhnya pemikiran-pemikiran resmi Muhammadiyah tentang Islam sebagai manhaj memiliki genealogi epistemologi pada ide dasar gerakan Muhammadiyah itu sejak awal. Muhammadiyah tidak lahir dalam ruang atau zaman yang hampa, melainkan lahir dari paham Islam diyakini, dipahami, dan dijalankan oleh KH. Ahmad Dahlan. 26 Pemikiran-pemikiran keagamaan Kyai Dahlan yang melekat dengan kelahiran Muhammadiyah yang berkenaan dengan rumusan, pandangan keagamaan dan hakikat gerakan Muhammadiyah itu oleh Ahmad Jainuri disimpulkan sebagai jenis pemahaman keagamaan yang reformis ideologi-reformis. Pemahaman religiusitas yang berusaha 24 Ibid , hlm. 136. 25 Pimpinan Pusat Muhammadiyah, P rasaran Tajdid Ideologi dan Chittah Perdjoangan Muhammadijah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1968, hlm. 3 dala m Haedar Nashir, Memahami Manhaj Gerakan Muhammadiyah..., hlm. 32-33. 26 Selebihnya lihat Haedar Nashir, Memahami Manhaj Gerakan Muhammadiyah..., hlm. 33. menghadirkan Islam yang murni sekaligus menawarkan reformasi atau pembaruan bagi kebangkitan umat Islam di Indonesia. 27 Pemahaman religiusitas ke-Islaman dalam diri Muhammadiyah merupakan butir-butir penting dan mendasar dalam ideologi Muhammadiyah. Pemahaman tersebut terurai dalam beberapa hal, 28 yaitu pertama, Muhammadiyah memandang Islam sebagai satu mata- rantai ajaran Allah yang dibawa para nabi terdahulu hingga Nabi Muhammad saw. sebagai satu-satunya agama yang benar dan diridhai Allah Swt. Hal ini dapat dirujuk pada butir Matan Keyakinan dan Cita- cita Hidup Muhammadiyah MKCH dan Masalah Lima sebagai berikut: 29 “Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup material dan spritual, duniawi dan ukhrawi.” Kitab masalah lima: “A. Agama 1. Agama ialah agama Islam Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ialah apa yang diturunkan Allah di 27 Ahmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Keagamaan Muhammadiyah Periode Awal , terj. Ahmad Nur Fuad. Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat LPAM, hlm. 213-214. 28 Uraian tentang pemahaman religiusitas diadaptasi dan disesuaikan dari Haedar Nashir, Kristalisasi Ideologi dan Komitmen Ber-Muhammadiyah ..., hlm. 25-50. Menurut Achmadi, Muhammadiyah telah membicarakan antara agama dan dunia secara lengkap, karena waktu berdirinya para ulama merasa kebingungan dalam memberikan batasan antara dunia dan agama selebihnya lihat Achmadi, Merajut Pemikiran Cerdas Muhammadiyah:Perspektif Sejarah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah Bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Magelang, 2010, hlm. 73-74. 29 Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo. Sebagai catatan, rumusan matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah: 1. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta; 2. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. dalam Quran dan yang tersebut dalam sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akherat. 2. Agama ialah apa yang disyariatkan Allah dengan perantara Nabi-Nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akherat. 30 Kedua, Muhammadiyah memiliki pandangan yang luas tentang kandungan ajaran Islam yaitu sebagaimana disebutkan dalam kitab Masalah Lima bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ialah apa yang diturunkan Allah dalam al- Qur‟an dan dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat, dapat di lihat dalam Kitab Masalah Lima, tentang al-Din . Ketiga, Muhammadiyah dalam paham agamanya bersumber pada al- Qur‟an dan as-Sunnah yang maqbulah dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam MKCH butir ketiga menyebutkan, bahwa Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan a Al-Qur`an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.; b Sunnah Rasul: penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran al- Qur‟an yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw.; dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Hal ini terdapat dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah sebagai berikut: 31 30 Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tarjih, Himpunan Putusan Ta rjih..., hlm.278- 279. 31 Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo. Sebagai catatan, rumusan matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah: 1. Atas kuasa Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a. Al-Quran: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW; b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al- Quran yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Ketiga, Muhammadiyah memandang Islam sebagai agama yang komprehensif atau menyeluruh. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang: a „Aqidah. Secara nyata Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari segala kemusyrikan, bid‟ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi dalam ajaran Islam; b Akhlaq. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran al- Qur‟an dan Sunnah Rasul yang tidak bersandar terhadap nilai-nilai ciptaan manusia; c „Ibadah. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya „ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah saw. tanpa ada tambahan dan perubahan dari manusia; d Mu‟amalah duniawiyat. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu‟amalah duniawiyat dalam cakupan pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat dengan berdasarkan ajaran Islam serta menjadikan semua kegiatan sebagai „ibadah kepada Allah. Hal ini terdapat dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah sebagai berikut: 32 Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta; 2. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. 32 Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo. Sebagai catatan, rumusan matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah: 1. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta; 2. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang: a. „Aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya „aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid‟ah, dan khurafat tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam. b. Akhlaq Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia. c. „Ibadah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia. d. Mu‟amalah Duniawiyah Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalat duniawiyah pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT. Keempat, Muhammadiyah dalam memaknai tajdid mengandung dua pengertian, yakni pemurnian purifikasi dan pembaruan dinamisasi. Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma‟ruf nahi munkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur‟an dan Sunnah. Hal ini terdapat dalam Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, pada bab II tentang identitas, asas, dan lambang, Pasal 4, berbunyi: 1 Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da‟wah Amar Ma‟ruf Nahi Munkar dan Tajdid , bersumber pada Al-Qur`an dan As- Sunnah. 2 Muhammadiyah berasas Islam. 33 33 Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anggaran Dasar Muhammadiyah ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Muktamar ke-45 yang berlangsung pada tanggal 26 Jumadil Awal s.d. 1 Jumadil Akhir 1426 H bertepatan dengan tanggal 3 s.d. 8 Juli 2005 M. di Malang, dan dinyatakan mulai berlaku sejak ditanfidzkan.

2. Kualitas Manusia