Stuktur Manusia Ontologi Manusia Menurut Muhammadiyah

berusaha bagaimana mendapat keselamatan,usaha ini salah satunya adalah berupa tulisan yang tertulis di dekat meja tulisnya, yaitu: “Hai Dahlan. Sesungguhnja bahaja jang menjusahkan itu lebih besar dan perkara2 jang mengedjutkan didepanmu, dan pasti kau akan menemui kenjataan jang demikian itu, ada kalanja kau selamat atau tewas menemui bahaja. Hai Dahlan, gambar2kanlah badanmu sendiri hanja berhadapan dengan Allah sadja, dan dimukamu bahaja maut akan diadjukan, hisab atau peperiksaan, surga atau neraka. hitungan jang achir itulah jang menentukan nasibmu. Dan fikirkanlah, renungkanlah apa2 jang mendekati kau daripada sesuatu jang ada dimukamu bahaja maut dan tinggalkanlah jang selainnja itu”. 9 Pemikirannya tentang dorongan kematian nampaknya mendapat tempat yang istimewa. Dia memberi penafsiran yang positif terhadap dorongan kematian. Dorongan kematian yang ada padanya menjadikanpendorong bagi terciptanya karya amal. Dengan kalimat yang lain, bahwa karya-karya amalnya sebagai salah satu pendorong adanya dorongan kematian. Beberapa lompatan pemikirannya menunjukkan pentingnya amal. Dia berkata: “Mengoempoelkan „ilmu, nazar dan oeang itoe karena hendak diambil faidahnja dan karena hendak diratakan, djoega soepaja diambil faidahnja; boekannja soepaja djadi kemegahan atau soepaja diketahoei oleh orang lain, itoe tidak” 10 .

4. Stuktur Manusia

Struktur manusia dalam hal ini adalah komposisi yang memperlihatkan keberadaan manusia dalam suatu totalitas. Komponen dalam pemikiran Muhammadiyah diartikan sebagai unsur-unsur penyusun 9 Ibid, hlm.10. 10 Moehammadijah, “Verslag Moehammadijah Di Hindia Timoer Tahoen Ke-X Januari- Desember, 1923, hlm. 7 dalam M.Yusron Asrofie, Kyai Haji Ahmad Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya Yogyakarta: MPK-SDI PP Muhammadiyah , hlm. 68. manusia. Manusia terdiri dari tubuh dan ruh. 11 Hal ini dikuatkan oleh pendapat Djarnawi Hadikusuma, seorang tokoh Muhammadiyah keturunan dari Ki Bagus Hadikusuma, manusia terdiri dari dua unsur pokok yaitu jasmani dan rohani. Tubuh adalah bagian yang tidak sempurna pada manusia. Tubuh terdiri dari unsur-unsur materi, yang pada suatu saat komposisinya akan rusak. Jasmani atau tubuh tersusun dari darah, daging, tulang dan bagian-bagian lain yang masing-masing mempunyai tugas dan fungsi khusus. Namun semuanya itu terkoordinir dengan rapi dan serasi dalam menjalankan tugasnya. Dengan kata lain, tubuh manusia merupakan sebuah mesin yang paling lengkap yang mempunyai peralatan dari yang paling kasar sampai yang paling halus. Karena itu, ia tidak bersifat kekal. Unsur rohani atau ruh adalah sesuatu yang berasal dari luar tubuh. Roh masuk kedalam tubuh akan memberikan kemampuan bergerak. Ruh berada dalam tubuh selama waktu yang ditentukan. Apabila telah habis masanya, ruh meninggalkan tubuh yang menyebabkan kematian. Rupanya Djarnawi mengikuti penjelasan al-Ghazali tentang hal ini. Jika tubuh manusia berasal dari tanah, maka ruh diciptakan Allah dari cahaya. Ruh adalah sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak terbagi, karena ruh bukan materi yang dapat dibagi-bagi. Ruh selalu sadar kepada Alloh sebagai penciptanya. Selanjutnya, Djarnawi menjelaskan bahwa ruh dalam tubuh manusia tidak seperti air yang berada dalam bejana, jika bejana tersebut berlubang, maka air yang ada dibejana tersebut akan keluar. Ruh masuk 11 Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muha mmadiyah “Manusia: Konsep Penciptaan Untuk Memperoleh Kemuliaan Hidup 1”, Tafsir At-Tanwir, Suara Muhammadiyah, No.9Th ke- 98, 1-15 Mei 2013, hlm.19. keseluruh organ tubuh sehingga bersatu dengan tubuh memberikan daya untuk bergerak dan hidup. Manusia tidak diberi ilmu untuk mencari hakikatnya, sebagaimana Djarnawi menyitir surat al-Isro` ayat 85. Selain melarang mencari hakikat ruh, ayat diatas secara eksplisit memerintahkan manusia untuk mempelajari dan mengungkapkan sifat dan pengaruh ruh terhadap jasmani. Akal dan ilmu pengetahuan manusia mampu memikirkan pengaruh antara ruh dan jasad ini. Djarnawi menambahkan bahwa ruh tidak dapat dibagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil sederhana seperti zat atau senyawa yang dapat dibagi menjadi molekul dan atom penyusunnya. Ruh adalah jauhar yang berdiri sendiri, tidak terbagi, kekal, diciptakan dari cahaya dan selalu sadar akan penciptanya. Dengan demikian ruh adalah wujud rohani bukan bukan benda. Penyatuannya bersifat subtansial, ini berarti sepanjang hidup manusia antara ruh dan jasmani tidak dapat dipisahkan, bukan persifat aksidental sebagaimana pertemuan antara dua orang teman. Keberadan jasad dan ruh berlainan jenis dan asal-usul. Persatuan ini menjadikan manusia memiliki derajat lebih tinggi dibandingkan makhluk lain ciptaan Allah. Selain itu, persatuan ini akan menghadirkan keadaan baru, yaitu: pertama, ruh dapa melihat, mendengar dan merasa segala sesuatu dengan perantara indera tubuh yang dimasukinya. Kedua, ruh seolah-olah terkungkung oleh jasad dan hanya dengan berfikir dan berkhayal ia dapat mencoba menyentuh alam rohani. Ketiga, timbulnya sesuatu sebagai hasil dari perpaduan dan persesuaian antara tubuh antara ruh dan jasad. Sesuatu tersebut adalah kesadaran tentang ke-aku-an yang disebut jiwa atau nafs . 12 Secara fisik manusia dapat menyesuaikan dengan lingkungan untuk mempertahankan diri, berbeda jauh dengan makhluk lain yang ada dibumi. Secara rohani manusia memiliki daya olah fikir dan batin yang mampu menghasilkan kondisi mental dan kualitas manusia. Kondisi mental manusia sering dihubungkan dengan kejiwaan yang mengambarkan kualitas fikir manusia. Djarnawi menyatakan bahwa jiwa dalam bahasa Arab adalah an-nafs , walapun sering disamakan dengan nyawa atau manusia. Jiwa berarti keadaan mental atau rohani seseorang.

B. Epistemologi Filsafat Manusia Menurut Muhammadiyah