BAB III FILSAFAT MANUSIA
MENURUT MUHAMMADIYAH
A. Ontologi Manusia Menurut Muhammadiyah
1. Pengertian dan Hubungan Manusia
Manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari alam, keberadaan manusia dialam saling membutuhkan, saling mengisi dan
saling melengkapi satu dengan yang lainnya dengan peran yang berbeda. Manusia mempunyai peran dan posisi khusus diantara komponen alam dan
makhluk ciptaan Tuhan yang lain yakni sebagai khalifah, wakil Tuhan dan pemimpin dibumi. Manusia dalam hal ini adalah khalifah, pemimpin dan
wakil Tuhan.
Artinya: “Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas
sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
” Q.S. al-An`am 6: 165.
1
Manusia mempunyai hubungan dengan alam lingkungan hidupnya ini ditegaskan dalam beberapa ayat al-Qur`an, yang intinya sebagai
1
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya: Juz 1-30..., hlm. 202.
berikut: pertama, hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenal kebesaran dan
kekuasaan Tuhan beriman kepada Allah. Manusia dilarang menghamba alam dan dilarang menyembah kecuali hanya kepada Allah yang
menciptakan alam. Kedua, hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengan segala sumberdaya yang diciptakan Allah untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Pemanfaatan untuk menunjang kehidupan manusia harus dilakukan secara wajar tidak hanya memenuhi kebutuhan
saat ini saja yang mengabaikan hak-hak generasi yang akan datang. Penyalahgunaan pemanfaatan alam atau sumberdaya alam hanya untuk
kepentingan tertentu yang mengabaikan hak pemanfaatan bagi kehidupan berkurang atau hilang tidak dibenarkan dalam Islam. Ketiga, terjadi
hubungan pemeliharaan untuk semua makhluk. Manusia mempunyai kewajiban memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan semua
makhluk hidup di bumi ini. Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan dan mengabaikan asas pemeliharaan
dan konservasi merupakan perbuatan haram dan akan mendapatkan hukuman dosa.
Manusia pasti berhubungan dengan Tuhan, berhubungan juga dengan alam sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Hubungan manusia
dengan Tuhan ini memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenali dan memahami Tuhan. Manusia juga memerlukan alam sebagai sarana
beribadah kepada Tuhan Allah. Hubungan manusia dengan alam ini adalah
hubungan peran dan fungsi, bukan hubungan
sub-ordinat
manusia adalah penguasa alam sebagaimana penganut antroposentrisme dan kaum
materialisme. Alam berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakan dan mengaturnya. Alam harus tunduk patuh terhadap ketentuan-ketentuan
atau hukum-hukum atau qodar yang telah ditetapkan oleh yang Maha Memelihara alam. Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa
memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu pada hakikatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan menahami yang
menciptakan dan memelihara alam agar dapat berhubungan dengan-Nya.
2
Menurut Leaming, pengertian manusia diatas termasuk dalam kategori sudut pandang yang kedua, yaitu sudut pandang satu arah
personal and camera view
. Muhammadiyah dalam pengertian diatas hanya memberikan pengertian manusia sudut pandang satu arah. Satu arah
tersebut adalah arah manusia dalam berhubungan dengan alam raya yang mempunyai tiga hubungan yang saling menguntungkan. Kata kunci
hubungan ini hanyalah manusia, karena manusia membutuhkan, mengelola dan memelihara alam. Jika terjadi ketidakseimbangan antara hubungan
ketiganya, maka alam mempunyai mekanisme sendiri, yaitu berusaha menyeimbangkan dirinya sendiri dengan cara terjadinya bencana sesuai
dengan letak ketidakseimbangan tersebut. Menurut Adelbet Snijders, pengertian manusia diatas bertolak dari kata „hubungan‟, hubungan
2
Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Teologi Lingkungan: Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perpektif Islam,
Cetakan II, Jakarta: Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Majelis Lingkungan Hidup
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2011, hlm.6-9.
manusia dengan alam raya, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan Tuhan. Pengalaman Muhammadiyah dengan
menggunakan kata hubungan tersebut lama-kelamaan terang benderang dan makin terungkap dengan jelas.
Hubungan antara
sesama manusia
dalam pandangan
Muhammadiyah terdapat
dalam pedoman
hidup Islami
warga Muhammadiyah, bagian kehidupan masyarakat, sebagai berikut:
“Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota
masyarakat lainnya masing-masing dengan memelihara hak dan kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan non-
muslim, dalam hubungan ketetanggaan bahkan Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah yang dikategorikan sebagai
tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.
”
3
Hubungan antara manusia dengan sesamanya harus terjalin persaudaraan dan kebaikan yang tulus kepada tetangga, anggota masyarakat yang
lainnya bahkan kepada non-muslim. Islam membatasi kategori yang termasuk tetangga adalah empat puluh rumah, bukan berbatasan dengan
jarak rumah sampai beberapa kilometer saja.
2. Eksistensi Manusia: Penciptaan Adam. As sebagai Awal Manifestasi