anak-anak yang tidak sekolah di sekolah negeri. Sikap ini menunjukkan rasa yang sudah “tercerahkan”, peduli dengan masyarakat yang tidak
baik. Mendorong masyarakat Kauman untuk menciptakan gerakan- gerakan besar yang revolusioner, yang konstruktif, yang mengubah
masyarakat beku, yang statis dan yang mandek menjadi masyarakat yang memiliki arah, gaya hidup, pandangan, budaya dan nasib yang
bagus. Kyai telah benar-benar karunia Tuhan yang mulia, yaitu kesadaran diri dari rakyat Kauman rakyat yang statis dan bobrok
menjadi kekuatan yang dinamis dan kreatif sampai sekarang.
b. Monodualis Muhammadiyah
1. Susunan Kodrat Manusia Menurut Muhammadiyah
Hakekat manusia
sebagai susunan
kodrat manusia
Muhammadiyah terdiri atas jiwa rukhani yang tidak maujud berupa benda atau materi dan badan atau wadah yang terdiri dari unsur-
unsur tanah.
43
Jiwa atau ruh ini akan terus berjalan mendaki tanpa berhenti atau terus kedepan menuju kesempurnaan. Jiwa atau ruh
tersebut terus menaik pada tingkaan-tingkatan kesempurnaan dan memcapai
maqam-maqam
tersebut. Hal ini sesuai al-Qur`an dibawah ini:
43
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah “Manusia: Konsep
Penciptaan Untuk Memperoleh Kemuliaan Hidup 1”, Tafsir At-Tanwir, Suara Muhammadiyah, No.9Th ke-98, 1-15 Mei 2013, hlm.18-19.
“Kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah Dia dekat pada Muhammad sejarak dua ujung busur
panah atau lebih dekat lagi ”QS. An-Najm 53 ayat 8-9
44
Unsur jiwa atau ruh seperti diatas, layaknya jiwa dan ruh yang sudah tercerahkan, telah memilih jalan ketaqwaan bukan jalan
kefasikan yang nyata. Jiwa dalam hal ini yang dominan adalah kekuatan akal
al-quwwah al-malakiyyah.
Badan atau wadah manusia yang terdiri atas unsur tanah, air, angin dan api merupakan
wadah yang telah tercerahkan. Jiwa yang telah tercerahkan akan mengikuti tubuh atau raga yang juga tercerahkan sehingga tersusun
secara organis kedua-tunggalan, tersusun atas dua unsur hakekat yang bersama-sama merupakan suatu keutuhan, tidak berdiri sendiri.
2. Sifat Kodrat Manusia Menurut Muhammadiyah
Manusia mempunyai
sifat kodrat
sebagai pribadi
perorangan dan sebagai warga masyarakat jama`ah yang hidup bersama atau makhluk sosial.
45
Sifat kodrat yang harus dimiliki manusia untuk hidup bersama sebagai pribadi perorangan dan
sebagai jama`ah atau warga masyarakat. Sifat kodrat diatas akan nampak dalam kehidupan
jama‟ah khususnya dan sebagai warga negara umumnya, karena sifat kodrat akan selalu ada, akan selalu
menjelma, tidak dapat dihilangkan, tidak dapat diabaikan. Kadang- kadang kebutuhan dan kepentingan perseorangan manusia lebih
muncul, lebih kuat menjelma daripada yang lain, sifat makhluk
44
Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya..., hlm.763.
45
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah..., hlm.8-9, 11.
sosial manusia. Suatu saat yang muncul lebih kuat menjelma adalah sifat makhluk sosial manusia. Atau bahkan kedua-duanya
bersinggungan tanpa ada yang menonjol. Manusia dalam kacamata Muhammadiyah secara pribadi
harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran bertauhid kepada Allah yang benar, ikhlas,dan penuh ketundukkan sehingga terpancar
sebagai
lbad ar-rahman
yang menjalani kehidupan dengan benar- benar menjadi mukmin, muslim, muttaqin, dan muhsin yang
paripurna. Selain itu, secara pribadi manusia Muhammadiyah wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber seluruh kehidupannya,
tidak boleh sebagian-sebagian dari hukum Allah. Setiap manusia Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku Nabi dalam
mempraktikkan akhlaq mulia, melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas, sehingga
disukai atau diteladani dan menjauhkan diri dari akhlaq yang tercela
akhlaq al-madzmumah
.
46
Manusia sebagai jama`ah dalam hal ini adalah berusaha untuk menaati hukum yang berlaku dalam sebuah komunitas
homogen, yaitu warga Muhammadiyah. Sehingga tindakan dan perilakunya akan sesuai dengan aturan Muhammadiyah yang
berislam. Hal ini berbeda dengan manusia sebagai warga masyarakat atau lebih dikenal dengan warga negara, perilaku dan tidakannya
46
Ibid, hlm. 8-9.
tentu harus ssuai dengan aturan dan regulasi negara yang memuat berbagai kepentingan dan berbagai keyakinan yang ada dinegara.
Muhammadiyah dalam perkara ini menyamakan antara pribadi sebagai jama`ah dan sebagai warga negara, kedua istilah ini telah
melebur dalam istilah masyarakat. Hubungan antara pribadi dan masyarakat ini dimaksudkan sebagai wujud implementasi makhluk
sosial. Sikap yang harus ada dalam hubungan ini adalah
sebagaimana dalam PHIWM berikut ini:
“Haruslah menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung-tinggi nilai kehormatan manusia,
memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan, mewujudkan kerjasama umat manusia menuju masyarakat
sejahtera lahir dan batin, memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain, menegakkan budi baik,
menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang sama, menepati janji, menanamkan kasihsayang dan mencegah
kerusakan, menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang shalih dan utama, bertanggungjawab atas baik dan buruknya
masyarakat dengan melakukan amar maruf dan nahi munkar, berusaha untuk menyatu dan bergunabermanfaat bagi
masyarakat, memakmurkan masjid, menghormati dan mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak
merendahkan sesama, tidak berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin dan yatim, tidak
mengambil hak orang lain, berlomba dalam kebaikan, dan hubungan hubungan sosial lainnya yang bersifat ishlah
menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar- benarnya.
47
Secara operasional norma-norma diatas diejawantahkan
dalam tujuan ideal secara organisatoris, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat Islam yang
sebenar- benarnya”, dalam keputusan Muktamar Malang 2005
47
Ibid, hlm. 11.
memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani, yaitu masyarakat kewargaan yang memiliki keyakinan yang dijiwai nilai-
nilai ilahiah, demokratis, berkeadilan, otonom, berkemajuan, dan berakhlak mulia. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang
bercorak madaniah tersebut senantiasa menjadi masyarakat yang serba unggul dan utama
khayr ummah
. Rumusan Visi Muhammadiyah 2025 M menyatakan, masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya diterjemahkan ke dalam istilah
Islamic Civil Society.
Format masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu dapat diimplementasikan melalui berbagai macam gerakan mencakup,
Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah GJDJ, Keluarga Sakinah,
Qaryah Thayyibah
, dan secara inklusif dalam format
civil
Islam Muhammadiyah. Uraian tersebut menegaskan bahwa rumusan
masyarakat ideal versi Muhammadiyah baik itu masyarakat utama maupun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bersinggungan
dengan konsepsi
civil society
masyarakat sipil dan juga masyarakat madani.
Perjuangan menuju terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya diakui oleh Muhammadiyah sebagai suatu proses
tanpa akhir
never ending process
. Ini sesuai dengan pernyataan al- Qur‟an yang menggunakan kata kerja fi‟l mudhari‟ pada ungkapan
ta‟muruna bi al
-
ma‟ruf wa tanhawna „an al
-
munkar, wa tu‟minuna
bi Allah
dalam al-Qur`an surat ali-Imran ayat110. Ungkapan ini menggarisbawahi bahwa usaha-usaha meraih masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya niscaya tidak mengenal lelah, dilakukan sejak sekarang hingga masa yang akan datang, secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Sedangkan aktifitas-aktifitas untuk mencapai tujuan itu meliputi pembebasan dari segala penindasan, kebodohan,
keterbelakangan, keterpinggiran, dan kezaliman
al-
nahy „an al
- munkar,
memanusiakan manusia, humanisasi
al-amr bi al-
ma‟ruf, dan melandaskan semua upaya dan perjuangan pada religiusitas,
spiritualitas dan pengabdian kepada Allah, transendensi
iman bi Allah.
Proses ini dilakukan secara simultan, komprehensif, interkonektif, dan melibatkan usaha-usaha turunannya yang
membentuk sistem gerakan, organisasi dan kepemimpinan, sumber daya, jaringan, serta aksi dan pelayanan.
48
Tujuan hidup manusia menyangkut nilai. Nilai mempunyai arti cakupan yang sangat luas, nilai yang dimaksud dalam penelitian
ini menyangkut nilai yang berhubungan dengan tingkah-laku manusia yang menunjukkan tujuan hidupnya. Mudahnya, tingkah
laku manusia yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup. Tujuan hidup adalah sebuah tingkat kesempurnaan yang mungkin
diperoleh
al-kamal al-mumkin
, yang dirindukan oleh setiap yang ada. Kalimat yang mungkin diperoleh merujuk kepada esensi
48
Sudibyo Markus, dkk, Masyarakat Islam Yang Sebenar-Benarnya:Sumbangan Pemikiran
, Jakarta: Civil Islamic Institute, Universitas Prof. Dr. Hamka UHAMKA, dan Universitas Muhammadiyah Malang UMM, 2009, hlm. 2-5.
sesuatu. Kesempurnaan manusia sesuai dengan substansi esensinya. Hakikat manusia dalam pemikiran Muhammadiyah adalah beramal.
Tujuan hidup manusia dalam pemikiran Muhammadiyah dengan demikian adalah keikhlasan beramal. Karena beramal mempunyai
salah satu sifat dasar ikhlas, maka kesempurnaannya adalah ketinggian maqam ikhlas tersebut sampai tidak merasa ikhlas.
Kesempurnaan maqam ikhlas ini adalah bersungguh-sungguh dalam memperjuangkannya, dengan mengaktifkan
Reticular active system
RAS yang berada dalam otak manusia, maka area yang
sangat kecil didalam otak yang memungkinkan secara bawah sadar menyaring hal-hal yang tidak penting dan fokus kepada yang penting
menjadi tindakan-tindakan nyata. Dengan demikian mulai untuk munasabah diri dalam kerangka bertafakur dan dan riyadhah hati.
Kedua kerangka ini telah diuraikan dalam bab awal. Bertafakur secara sungguh-sungguh akan menghasilkan manusia yang
„mengerti‟, sedangkan riyadhah hati secara bersungguh-sungguh dengan cara melakukan dzikrullah, memperbanyak sholat dan
mengingat tragedi akhirat maka akan menghasilkan manusia
mukhlashin.
3. Kedudukan Kodrat Manusia Menurut Muhammadiyah