Dewi Utami,  2014 Efektivitas Bimbingan Kelompok D engan Menggunakan Teknik Assertive Training Untuk
Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
untuk  mengendalikan  diri  dan  menolak  rayuan  pasangan  yang  mengajak  untuk melakukan  perilaku  seksual  tidak  sehat.
3 Post-test
Pada  tahap  ini,  peneliti  menyebarkan  angket  yang  sama  dengan  angket pada  saat  pre-test,  tujuannya  adalah  peneliti  dapat  melihat  perubahan  yang  terjadi
dalam  diri  siswi  setelah  pelaksanaa  bantuan  yang  dilihat  dari  skor  rata-rata  setiap aspek maupun  jumlah  skor secara keseluruhan  yang  diperoleh  siswi.
3.4 Definisi Operasional  Variabel
Dalam  penelitian  ini  terdapat dua variabel  yaitu  X dan  Y, yang  terdiri  dari: Variabrl  X : Teknik  Assertive training
Variabel  Y : Pemahaman  Perilaku  Seksual  Sehat Remaja  Putri Sebagai  upaya  menghindari  terjadinya  kesalahpahaman  dalam  menafsirkan,
maka  definisi  operasional  masing-masing  variabel  dalam  penelitian  ini  adalah sebagai  berikut:
3.4.1 Teknik Assertive training
Teknik  assertive  training  pada  penelitian  ini  didefinisikan  sebagai  upaya konselor  dalam  membantu  siswi  kelas  XI  SMA  Laboratorium  Percontohan  UPI
Bandung  untuk  meningkatkan  pemahaman  perilaku  seksual  sehat  siswi  untuk dapat  bersikap  tegas  dalam  menghadapi  faktor-faktor  yang  mempengaruhi
perilaku  seksual  tidak  sehat  dan  dapat  menolak  ajakan  pasangannya  untuk melakukan  hubungan  perilaku  seksual  tidak  sehat,  seperti:  berpegangan  tangan,
berpelukan,  berangkulan,  berciuman,  bercumbuan,  berhubungan  badan.  Dengan teknik  ini  siswi  dilatih  untuk  dapat  berkata  tidak,  agar  siswi  mampu  bersikap  tegas
dan  teguh  terhadap  pendiriannya  untuk  mengendalikan  diri  dan  menolak  rayuan pasangan  yang  mengajak  untuk  melakukan  perilaku  seksual  tidak  sehat.
Berikut  ini  dijelaskan  langkah-langkah  dalam  melakukan  teknik  assertive training  menurut  Joyce    Weil  1980,  hlm.  429  yang  merumuskan  lima  tahapan
latihan  asertif  yaitu  sebagai  berikut: 1
Mengidentifikasi  perilaku  target Mengidentifikasikan  perilaku  target  terjadi  pada  saat  mendiskusikan
situasi  dimana  mereka  memiliki  beberapa  kesulitan  mengekspresikan  perasaan
Dewi Utami,  2014 Efektivitas Bimbingan Kelompok D engan Menggunakan Teknik Assertive Training Untuk
Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan mengidentifikasi
jenis perasaan
yang bermasalah.
Pengidentifikasian bertujuan  agar  siswa  mengetahui  perilaku  dan  perasaan  yang  bermasalah  dan  perlu
diperbaiki. 2
Menetapkan  prioritas  untuk  situasi  dan perilaku Setelah  pengidentifikasian  perilaku  yang  akan  dirubah  maka  perlu
ditetapkan  prioritas  dalam  pemilihan  situasi.  Prioritas  ini  perlu  mencakup  dua  hal yang  situasi  dan  jenis  perasaan  bahwa  mereka  memiliki  kesulitan  dalam
mengekspresikan  perasaannya  dalam  situasi  yang  tepat.  prioritas  ini  memberikan dasar  untuk  memilih  situasi  dan  perasaan  yang  akan  dilakukan  untuk
berkonsentrasi  pada  langkah  pertama.  Dalam  langkah  kedua  ini  target  dilatih untuk    mengungkapkan  perasaannya  dalam  bentuk  ucapan  atau  kata-kata  yang
berisi  hal  logis  dan tidak  bertele-tele. 3
Memerankan  situasi Peserta  didik  akan  terlibat  dalam  perilaku  latihan  atau  bermain  peran.
Pemeranan  situasi  atau  bermain  peran  ini  perlu  diakukan  agar  peserta  didik mempelajari  perilaku  mana  yang  perlu  diubah.  Setelah  diskusi  tentang  bermain
peran  mungkin  dimodifikasi  sehingga  ekspresi  perasaan  akan  menjadi  baik memadai  dan  dapat  diterima  secara  sosial,  pemeran  memberlakukan  situasi
kembali,  kali  ini  dengan  beberapa  ekspresi  perasaan.  Diberlakukannya  ini  diikuti oleh  beberapa  orang  lain  dimana  peserta  didik  dan  mungkin  guru  dapat
mengungkapkan  secara  memadai  dalam  situasi  tersebut.  Terutama  ketika  perasaan bertentangan  yang  akan  diungkapkan  atau  ketika  salah  satu  kebutuhan  untuk
mengganggu  perilaku  orang  lain,  guru  dapat  memimpin  diskusi  tentang  berbagai macam  tanggapan  yang  relatif  tidak  agresif  tetapi  efektif  yang  dapat  dibuat  dalam
situasi  sosial. 4
Pengulangan Pada  fase  empat,  pengulangan  lebih  lanjut  dilakukan.  Pengulangan  perlu
dilakukan  agar  siswa  terbiasa  dengan  perilaku  baru  yang  telah  dipelajari  pada  fase sebelumnya.  Peserta  didik  mempraktekkan  perilaku  baru  dan  mengamati  berbagai
gaya  asertif.  Mereka  saling  memberikan  umpan  balik  lain  pada  cara  untuk  menjadi lebih  efektif,  dan  secara  bertahap  unsur-unsur  ekspresi  yang  jelas  dari  perasaan
dan ketegasan  dibuat  eksplisit.
Dewi Utami,  2014 Efektivitas Bimbingan Kelompok D engan Menggunakan Teknik Assertive Training Untuk
Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Universitas Pendidikan Indonesia