Dewi Utami, 2014 Efektivitas Bimbingan Kelompok D engan Menggunakan Teknik Assertive Training Untuk
Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4 Siswi kelas XI termasuk kedalam masa remaja, sehingga memiliki rasa ingin
tahu yang cukup tinggi untuk mengetahui informasi seksual.
3.1.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah beberapa siswi kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang secara umum diambil berdasarkan kategori
pemahaman perilaku seksual sehat terendah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling sampel bertujuan. Purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2012, hlm. 124. Pengambilan sampel melalui teknik purposive sampling
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu Arikunto, 2010, hlm. 183.
Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti dapat mengambil sampel dengan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
Arikunto, 2010, hlm. 183, yakni: 1
Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2 Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi key subjectis.
3 Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi
pendahuluan. Pemilihan sampel penelitian didasarkan atas asumsi sebagai berikut:
1 Dalam perkembangannya, siswi SMA tergolong pada usia remaja madya
yang dianggap sangat labil sehingga sangat memerlukan bimbingan untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat.
2 Pada masa SMA siswi masih sangat labil karena masih dalam pencarian jati
diri sehingga mereka memiliki sikap tidak asertif yang cenderung tinggi.
3.2 Desain Penelitian
Model desain yang digunakan adalah One-Group Pretest-Postest Design dimana terdapat pre-test sebelum diberikan intervensi. Dengan pemberian pre-test
maka hasil intervensi dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
Dewi Utami, 2014 Efektivitas Bimbingan Kelompok D engan Menggunakan Teknik Assertive Training Untuk
Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
antara keadaan sebelum diberi intervensi dan setelah diberikan intervensi. Skema model penelitian Pre-Eksperimental Design dengan One-Group Pretest-Postest
Design menurut Arikunto 2010, hlm. 124, yakni sebagai berikut:
01 X 02 Keterangan:
O1 = Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen pre-test
X = Perlakuan berupa intervensi teknik assertive training
O2 = Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen post-test
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian
yang digunakan
adalah metode
penelitian pra-
eksperimen. Pada metode penelitian pra-eksperimen tidak terdapat penyamaan sampel penelitian random serta tidak ada pengontrolan variabel. Dalam
penelitian assertive training untuk meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat pada remaja putri menggunakan pendekatan kuantitatif untuk memperoleh
gambaran umum mengenai pemahaman perilaku seksual sehat siswi dan seberapa besar efektivitas teknik assertive training untuk meningkatkan pemahaman
perilaku seksual sehat siswi. Menurut Sukmadinata 2012, hlm. 95 pendekatan kuantitatif merupakan “sebuah pendekatan dalam penelitian yang menggunakan
instrumen- in strumen formal, standar dan bersifat mengukur”.
Prosedur langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam melakukan penelitian pra-eksperimen dengan menggunakan One-Group Pretest-Postest
Design, yakni sebagai berikut : 1
Pre-test Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi pemahaman perilaku seksual
sehat siswi dengan cara menyebarkan angket kepada siswi kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 20132014.
2 Treatment
Merupakan tahap pemberian upaya bantuan dengan teknik assertive training yang dilakukan kepada siswi yang memiliki pemahaman perilaku seksual
sehat dengan kategori rendah agar siswi mampu meningkatkan pemahaman perilaku seksual sehat dan mampu bersikap tegas dan teguh terhadap pendiriannya
Dewi Utami, 2014 Efektivitas Bimbingan Kelompok D engan Menggunakan Teknik Assertive Training Untuk
Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
untuk mengendalikan diri dan menolak rayuan pasangan yang mengajak untuk melakukan perilaku seksual tidak sehat.
3 Post-test
Pada tahap ini, peneliti menyebarkan angket yang sama dengan angket pada saat pre-test, tujuannya adalah peneliti dapat melihat perubahan yang terjadi
dalam diri siswi setelah pelaksanaa bantuan yang dilihat dari skor rata-rata setiap aspek maupun jumlah skor secara keseluruhan yang diperoleh siswi.
3.4 Definisi Operasional Variabel