Studi Fenomenologi Kualitas Pemeriksaan Antenatal dalam Mendeteksi Preeklampsia Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
STUDI FENOMENOLOGI
KUALITAS PEMERIKSAAN ANTENATAL DALAM
MENDETEKSI PREEKLAMPSIA DI PUSKESMAS
CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Sarjana KeperawatanOleh:
Dita Puspita
108104000008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
(2)
(3)
(4)
(5)
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013
Dita Puspita, NIM: 108104000008
Studi fenomenologi kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
xiv + 98 halaman + 6 skema+ 5 lampiran
Kata kunci: Kualitas pelayanan, Antenatal care, Preeklampsia, fenomenologi ABSTRAK
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab tersering kematian ibu di Indonesia. Salah satu strategi Kementrian kesehatan RI untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pelayanan antenatal selama kehamilan dan persalinan yang sesuai dengan program safe motherhood. Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi bagaimana kualitas pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan berjumlah 8 orang terdiri dari 5 partisipan utama (ibu hamil) dan 3 partisipan pendukung (bidan pelaksana antenatal di puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Analisis penelitian ini menggunakan teknik Colaizzi (1978) dengan analisis tematik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tema-tema yang muncul sebagai berikut: 1) komponen anamnesis saat pemeriksaan antenatal 2) komponen pemeriksaan fisik 3) edukasi antenatal pada ibu yang beresiko preeklampsia 4) sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas Ciputat. Hambatan dalam pemeriksaan antenatal diantaranya waktu yang sempit melakukan pemeriksaan antenatal yang lengkap dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan antenatal setiap harinya. Rekomendasi untuk Puskesmas Ciputat, ialah pelayanan melakukan koreksi pelaksanaan antenatal yang lengkap dan tepat serta melakukan evaluasi setelah melakukan pemeriksaan antenatal. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menggali bagaimana kualitas pemeriksaan antenatal pada kehamilan yang beresiko.
(6)
ii SCHOOL OF NURSING
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2013 Dita Puspita, NIM: 108104000008
Phenomenology study; Quality of antenatal care to detect Preeclampsia in Public Health Centre South Tangerang City
xiv + 98 pages + 6 scheme + 5 attachments
Keywords: Quality, Antenatal Care, Preeclampsia, Phenomenology ABSTRACT
Preeclampsia is one of the most common cause of maternal death in Indonesia. One strategy of the Ministry of Health of Indonesia to reduce maternal mortality is to increase antenatal care during pregnancy and labor in appropriate with the safe motherhood program. The purpose of this research is to explore how the quality of antenatal care to pregnant women in the detection of preeclampsia.
This research is a qualitative study with phenomenological approach. Informants are 8 people consists of 5 key informants (pregnant women) and 3 supporter informants (implementing antenatal clinic midwives, midwives and midwife coordinator). Data was collected by in-depth interviews and observation. The analysis of this study using techniques Colaizzi (1978) with thematic analysis.
The results of this study showed the themes that appear are as follows: 1) component of the anamnesis while antenatal care 2) physical examination component 3) antenatal education on maternal risk of preeclampsia 4) referral system for patient preeclampsia in health centers Ciputat. Barriers to antenatal such little time to doing a complete antenatal patients because there are many of antenatal visitor every day. Recommendations for Ciputat Health Center, is the care to correct the implementation of antenatal care comprehensivly and right along do evaluate after antenatal care. Suggestions for further research is explore how the quality of antenatal care for risk pregnancies.
(7)
iii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Dita Puspita Tempat lahir : Depok
Tanggal lahir : 04 Maret 1991
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Jalan gelatik 10 No. 127 Rt 004/012 Pancoran Mas Depok Jaya I 16432
Anak ke : 6 dari 6 bersaudara
Telepon : 021-7521383 / 081381286264 E-mail : dpuspita0403@gmail.com Riwayat Pendidikan :
1. SDN Depok Baru VI (1996 – 2002)
2. MTS Manaratul Islam Jakarta Selatan (2002 – 2005) 3. MA Manaratul Islam Jakarta Selatan (2005 – 2008)
4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 – 2013) Pengalaman Organisasi :
1. Anggota OSIS tahun 2004-2005 2. Anggota OSIS tahun 2006-2007
3. Wakil koordinator bidang Olahraga OSIS 2007-2008
4. Anggota Eskul PASKIBRA MA Manaratul Islam 2005-2008 5. Seksi koordinator kebersihan OP3MU 2005-2006
6. Ketua koordinator pendidikan OP3MU 2006-2007 7. Bendahara dan Sekretaris OP3MU 2007-2008
(8)
iv
Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global”
2. Lomba karya tulis ilmiah Temu Ilmiah Nasional V “Peran Perawat dalam Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu”
3. Pelatihan Medical Training Service “Basic Wound Closure Course”
4. Seminar forum pengkajian dan pengamalan islam BEM Fakultas Ilmu Keperawatan UI “The Power of Herbal”
5. Seminar kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”
6. Seminar kesehatan nasional “Combat Antimicrobial Drugs resistance” 7. Nursing Camp ILMIKI Wilayah III “Memaksimalkan Peran Organisasi
Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global”
8. Seminar Profesi Gizi “Nutrition For Nation: Kebijakan Kesehatan dalam Penyelesaian Gizi Buruk di Indonesia, Bagaimana Seharusnya”
9. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era”
(9)
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Studi Fenomenologi Kualitas Pemeriksaan Antenatal dalam Mendeteksi Preeklampsia Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan”.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana keperawatan (S.Kep), untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang peneliti peroleh selama kuliah.
Peneliti menyadari bahwa penyajian karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budiutomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan motivasi. 3. Ns. Eni Nuraeni Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
(10)
vi masukan kepada peneliti.
5. Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti.
6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan membimbing peneliti, serta staff akademik (Bapak azib Rosyidi S. Psi) atas bantuannya yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.
7. Orang tua tercinta (Mama dan Papa) atas kasih sayang, do’a dan dukungannya baik secara material dan spiritual yang telah diberikan kepada peneliti selama ini. Semoga kebaikan dan pengorbanan kalian tidak akan sia-sia dan akan dibalas oleh Allah SWT. Semoga peneliti dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amin.
8. Saudara/saudariku (Teh Yulan, Teh Siti, Aa Adrie, Aa kiki) yang selalu memberikan dukungan dan doa serta yang menjadi inspirasi peneliti.
9. Teman-teman PSIK seluruh angkatan 2008 tercinta, Yusuf, Icha, Madun, Enstein, Mbak Fat dan Mbak Leha yang telah memberikan masukan senantiasa dukungan, bantuan serta doa dalam proses penulisan skripsi ini.
(11)
vii
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya
Peneliti menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Ciputat, Januari 2013
(12)
viii
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Antenatal ... 10
1. Antenal care... 10
(13)
ix
3. Kualitas pemeriksaan antenatal care ... 14
B. Preeklampsia ... 25
1. Pengertian ... 25
2. Faktor resiko ... 26
3. Etiologi ... 29
4. Patofisiologi ... 32
5. Gambaran klinis ... 35
6. Komplikasi... 37
7. Penatalaksanaan ... 39
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ... 42
B. Definisi Istilah ... 42
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47
C. Informan Penelitian ... 48
D. Teknik Pengambilan Sampel ... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Keabsahan Data ... 54
G. Teknik Analisa Data ... 58
H. Etika Penelitian ... 60
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum wilayah penelitian... 62
(14)
x
2. Hasil analisis tematik ... 64
BAB VI PEMBAHASAN A. Hasil intrepretasi dan diskusi ... 78
1. Komponen Anamnesis saat pemeriksaan antenatal ... 78
2. Komponen pemeriksaan fisik ... 81
3. Edukasi antenatal pada ibu yang beresiko preeklampsia ... 84
4. Sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas Ciputat ... 88
B. Keterbatasan penelitian ... 90
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA
(15)
xi
DAFTAR TABEL
Nomor table hal
Tabel 2.1 Anamnesa kehamilan 17
Tabel 2.2 Kotak Brosur APEC 25
Tabel 2.3 Faktor resiko preeklampsia 29
Table 2.4 Perbedaan preklampsia ringan dan berat 36
Tabel 5.1 Karakteristik informan utama 54
(16)
xii
No. Gambar Hal
Gambar 2.1 Bagan teori prostaksiklin 31
Gambar 2.2 Patofisiologi preeklampsia 34
(17)
xiii LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Lampiran persetujuan informan
2. Lampiran observasi pemeriksaan kehammilan 3. Lampiran pedoman wawancara informan kunci 4. Lampiran pedoman wawancara informan pendukung 5. Matriks analisis tematik
(18)
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. AKI di Indonesia telah mengalami penurunan pada tahun 2004 sejumlah 270 dari per 100 ribu kelahiran hidup menjadi 248 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2007 (Kemenkes, 2007). Pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI di Indonesia khususnya dalam mencapai target kelima Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2007).
AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara. Angka ini 65 kali lebih besar dari angka kematian ibu di Singapura, 9,5% kali dari Malaysia dan 2,5 kali lipat dari Filipina (WHO, 2009). AKI di provinsi Banten mengalami penurunan dari 478 orang pada tahun 2008 menjadi 372 orang pada tahun 2009, sedangkan di Kota Tangerang Selatan telah mengalami penurunan dari 10 per 21703 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 9 per 24312 kelahiran hidup pada tahun 2010 namun ada peningkatan pada tahun 2011 sampai bulan mei menjadi 13 per 29393 kelahiran hidup (Dinkes Tangerang Selatan, 2011). Tentunya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka kematian ibu (Kemenkes, 2010).
(19)
2
Kasus Angka Kematian Ibu (AKI) meliputi perdarahan 28%, eklampsia 24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan adalah perdarahan, hipertensi saat hamil atau preeklampsia dan infeksi (Kemenkes, 2007).
Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan, preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011).
Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dapat terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria minimal 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin (Cuningham, 2003).
Mayoritas kematian karena preeklampsia dan eklampsia dapat dihindari melalui pelayanan yang tepat waktu dan perawatan efektif kepada perempuan
(20)
dengan preeklampsia. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi perempuan dengan gangguan hipertensi merupakan langkah penting dalam mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Oleh karena itu, Pemerintah perlu bekerja keras untuk menurunkan angka kematian ibu dengan mempromosikan kesehatan melalui pelayanan kesehatan maternal atau antenatal care secara rutin dan berkualitas (WHO, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan Senewe dan Sulistyawati (2001) di rumah sakit Kendal, Probolinggo menyatakan bahwa ada sebanyak 17% responden yang tidak pernah periksa hamil mengalami komplikasi pada waktu persalinan. Sedangkan diantara responden yang pernah periksa hamil, sebanyak 25% yang mengalami komplikasi pada waktu persalinan. Penelitian yang dilakukan Rozikhan (2007) terkait faktor-faktor terjadinya preeklampsia berat salah satunya adalah antenatal care yaitu ibu hamil yang frekuensi antenatal care kurang atau sama dengan 3 kali dalam kehamilannya mempunyai risiko 1,50 kali untuk terjadi terjadi preeklampsia berat dibandingkan dengan seorang ibu hamil preeklampsia yang frekuensi antenatal lebih dari 3 kali.
Salah satu upaya pencegahan awal adalah pelayanan antenatal. Antenatal care (ANC) merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi dini terjadinya masalah risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan, menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (WHO, 2009). Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya secara rutin. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kelainan yang mungkin ada atau timbul lekas diketahui, dan
(21)
4
segera dapat diatasi sebelum berpengaruh terhadap kehamilan tersebut (Winkjosastro, 2006).
Antenatal merupakan pelayanan untuk memonitor kemajuan dari kehamilan dan mempromosikan kesehatan pada ibu dan bayi (Novita, 2011). Perawatan antenatal mencakup pengawasan kehamilan untuk melihat apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi setiap kelainan yang timbul dan untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan dan periode postnatal (Farrer, 2001).Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, bidan dan perawat (Kemenkes, 2010).
Pemeriksaan kehamilan saat antenatal yang berkualitas dapat dilihat dari saat anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa dan terapi. Mutu pelayanan kesehatan dapat diidentifikasi dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap pemeberi pelayanan kesehatan, melakukan wawancara kepada pasien dan petugas kesehatan, mendengar keluhan pasien, masyarakat, membaca dan memeriksa laporan atau rekam medik (Pohan, 2007). Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar pelayanan antenatal (Kemenkes, 2010).
Pelayanan yang dilakukan rutin dan berkualitas merupakan upaya untuk deteksi dini kehamilan berisiko sehingga dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Penilaian kualitas (mutu) antenatal akan berorientasi kepada pelaksanaan standar antenatal yang telah ditetapkan. Hal ini mengartikan bahwa berkualitas atau
(22)
tidaknya pelaksanaan antenatal dapat dilihat dari cakupan terhadap pelaksanaannya dan pelayanan yang diberikan lengkap (Kemenkes, 2007). Dimasa sekarang tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan meningkat, sehingga sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan dituntut bukan saja kemampuan teknis medis petugas tetapi juga kualitasnya (Saifuuddin, 2002).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Peneliti melakukan wawancara kepada bidan koordinator dan pengamatan pada saat pelayanan di Puskesmas didapatkan bahwa : 9 bidan yang terdiri dari 1 bidan koordinator, 3 bidan desa dan 5 bidan pelaksana menyatakan bahwa bidan memiliki peran yang cukup besar dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas. Bidan atau tenaga kesehatan menyatakan bahwa ada kebijakan tentang pedoman kerja di Puskesmas, namun hasil pengamatan pada pelaksanaanya belum sesuai dengan pedoman tersebut. Pengamatan pelayanan antenatal dengan 10 T yang dilakukan pada 10 ibu hamil yang melakukan kunjungan masih belum dilakukan. Enam dari sepuluh ibu hamil mendapat pelayanan antenatal 6 T. Tiga dari sepuluh ibu hamil mendapat pelayanan antenatal 5 T. Satu orang ibu hamil yang hanya mendapatkan pelayanan antenatal lengkap. Pelayanan yang tidak didapatkan seluruhnya seperti pemberian imunisasi TT, tes terhadap penyakit menular seksual, tes laboratorium, dan pemberian tablet Fe. Selain itu, hasil pengamatan peneliti dari pemeriksaan kehamilan sesuai pedoman pelayanan antenatal meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik secara menyeluruh meliputi pengamatan oedema,
(23)
6
refleks, tes laboratorium rutin dan penyuluhan masih belum efektif. Hasil wawancara dengan bidan juga mengungkapkan bahwa apabila mendapatkan kehamilan yang beresiko seperti preeklampsia ditemukan saat kunjungan pemeriksaan hanya berdasarkan keluhan klien saja. Hasil wawancara pada bidan juga didapatkan banyak ibu hamil yang datang sudah dalam keadaan preeklampsia. Hal ini menunjukkan bahwa pedoman pemeriksaan kehamilan yang ditetapkan dari pedoman pelayanan antenatal pada pelaksanaanya tenaga kesehatan belum melakukan sesuai dengan pedoman standar pelayanan antenatal. Pelayanan yang tidak diberikan sesuai standar akan merugikan bagi suatu pelayanan, masyarakat dan komplikasi yang tidak diinginkan bagi ibu hamil.
Hasil penilaian terhadap kepatuhan pada pemeriksaan kehamilan dapat memberi gambaran bahwa pemahaman terhadap tujuan dan pentingnya prosedur tetap bagi peningkatan kualitas pelayanan dan meningkatkan efektifitas suatu system pelayanan belum baik sehingga timbul kecenderungan untuk tidak mentaati semua item (Utarini dkk, 1999). Kecenderungan ini tentunya berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh pelaksana antenatal karena semakin dipatuhi pedoman atau prosedur tetap semakin baik pencapaian standar pelayanannya (Azwar, 1990).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia”.
(24)
B.Rumusan Masalah
Angka kematian ibu yang masih tinggi yang disebabkan karena preeklampsia yang kurang dilayani tepat dan efektif dalam deteksi dini selama kehamilan akan mengakibatkan komplikasi persalinan baik bagi ibu hamil dan janin. Kasus penyebab AKI meliputi meliputi perdarahan 28%, eklampsia 24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11%. Penyebab lain dari komplikasi dalam kehamilan dan persalinan adalah pelayanan kesehatan seperti antenatal care yang tidak rutin dan kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan belum komprehensif seperti pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Peneliti melakukan wawancara kepada bidan koordinator dan pengamatan pada saat pelayanan di Puskesmas didapatkan pada pemeriksaan antenatal masih ada bidan yang melakukannya tidak sesuai dengan pedoman pada ibu hamil khususnya dalam mendeteksi preeklampsia. Hasil wawancara pada bidan juga didapatkan banyak ibu hamil yang datang sudah dalam keadaan preeklampsia. Hal ini menunjukkan bahwa standar pemeriksaan kehamilan yang ditetapkan dari pedoman pelayanan antenatal pada pelaksanaanya tenaga kesehatan belum melakukan sesuai dengan pedoman standar pelayanan antenatal.
Berdasarkan uraian diatas, Peneliti tertarik ingin menggali bagaimana kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan.
(25)
8
C.Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana kualitas pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya, serta memberikan informasi dan wawasan mengenai pentingnya antenatal yang teratur dan berkualitas pada ibu hamil dalam melaksanakan pelayanan antenatal yang sesuai dengan pedoman.
2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dalam proses belajar-mengajar khususnya dalam bidang metodologi penelitian dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang kualitas pelayanan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dalam kesehatan maternal, resiko bahaya kehamilan persalinan dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan terutama dari kualitas pelayanan kepada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia melalui pemeriksaan antenatal.
(26)
c. Bagi masyarakat atau ibu hamil
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengetahuan antenatal dan risiko bahaya kehamilan dan persalinan, pelaksanaan antenatal yang harus diterima dan informasi mengenai preeklampsia dari pelayanan antenatal.
d. Bagi tenaga keperawatan dan pelaksana antenatal
Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan perencanaan keperawatan maternitas dan komunitas tentang pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia sesuai pedoman.
E.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan antenatal pada pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi dalam preeklampsia. Penelitian ini dilakukan karena tingginya angka kematian ibu (AKI) meliputi perdarahan 28%, eklampsia 24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11% (Kemenkes, 2007). Peneliti ingin mengetahui hal apa saja yang melatar belakangi pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan teknik wawancara mendalam pada ibu hamil dan tenaga kesehatan.
(27)
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pelayanan antenatal
1. Antenatal care (ANC)
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan antenatal yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala. Ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal (ante = sebelum; natal = lahir), hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu : aspek medis, penyuluhan, komunikasi dan motivasi, dan rujukan (Depkes, 1998).
Antenatal adalah pengupayaan observasi berencana dan teratur terhadap ibu hamil melalu pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi dan penyakit ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan (Manuaba, 2003).
Farrer (2001) menyatakan pemeriksaan antenatal mencakup pengawasan kehamilan untuk meliputi apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi setiap komplikasi yang timbul, dan untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan dan periode postnatal, penyuluhan atau pendidikan mengenai kehamilan dan pemberian petunjuk mengenai segala aspek dalam perawatan bayi, dukungan jika terdapat masalah-masalah sosial atau psikologis.
Pemeriksaan antenatal adalah asuhan yang diberikan oleh perawat atau tenaga medis mulai dari konsepsi sampai persalinan. Asuhan diberikan berdasarkan keadaan fisik, emosional, kebutuhan sosial dari ibu, janin,
(28)
pasangan dan anggota keluarga. Asuhan perawatan pada ibu hamil sangat diperlukan untuk menjamin kesehatan ibu dan janin. Masa kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang dapat dikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Risiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi risiko tinggi. Petugas kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini (Hutahaean, 2009).
Faktor risiko pada ibu hamil, seperti umur terlalu muda/tua, banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya, adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Risiko tinggi adalah keadaan berbahaya dan mungkin menjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya perdarahan melalui jalan lahir, eklampsia dan infeksi (Depkes, 1998).
Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal dan dilakukan secara rutin merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor risiko dapat mendeteksi dini sehingga dengan segera bisa diketahui seawal mungkin dan segera dikurangi atau dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan antenatal terdiri dari jumlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal (Istiarti, 2000 dan Saifuddin dkk, 2002).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu dan janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan
(29)
12
perorangan yang memperhatikan precisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya (Depkes, 2007).
Pemeriksaan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus (Prawirohardjo, 2006). Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu hamil dan rujukan.
2. Kunjungan antenatal care
Pelayanan antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko bagi ibu.
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan antenatal standard, dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa
(30)
kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4) adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan antenatal (Depkes RI, 2007).
Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001):
a. Kunjungan ibu hamil pertama (Kl)
Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
b. Kunjungan ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. c. Kunjungan ibu hamil keempat (K4)
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:
1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu). 2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke 36).
(31)
14
3. Kualitas pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal merupakan salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang sehat. Pemeriksaan antenatal yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuaannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dalam memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes, 2010).
Pemeriksaan antenatal sangat penting dan wajib dilakukan oleh para ibu hamil karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan monitoring secara menyeluruh baik mengenai kondisi ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Pemeriksaan antenatal juga dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan kehamilan, sebagai bahan pengetahuan bagi para ibu hamil agar menuju kehamilan yang sehat dan keluarga yang berkualitas (Hutahaean, 2009).
Pemeriksaan antenatal ini merupakan upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan, dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku (Manuaba, 2003).
(32)
Jadwal antenatal care (pemeriksaan antenatal) sebagai berikut (Manuaba, 2003) :
a. Trimester I dan II 1) Sebulan sekali
2) Pengambilan data hasil laboratorium 3) Pemeriksaan ultrasonografi
4) Nasihat diet
a) Empat sehat lima sempurna
b) Protein 0,5/kg BB, ditambah satu telor/hari 5) Observasi
a) Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan b) Komplikasi kehamilan
6) Rencana
a) Mengobati penyakit
b) Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan c) Imunisasi tetanus I
b. Trimester III
1) Setiap dua minggu kemudian sampe seminggu sampai tanda kelahiran tiba
2) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan 3) Diet empat sehat lima sempurna
4) Pemeriksaan ultrasonografi 5) Imunisasi tetanus II
(33)
16
a) Penyakit yang menyertai kehamilan b) Komplikasi hamil trimester III
c) Berbagai kelainan kehamilan trimester III
Adapun pemeriksaan antenatal saat antenatal yang berkualitas dapat dilihat dari saat anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, prognosa dan terapi. Hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan antenatal ialah sebagai berikut:
a. Anamnesa
Anamnesa adalah pertanyaan terarah yang ditujukkan kepada ibu hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang dimilikinya. Anamnesa dapat membantu untuk mengetahui dukungan terhadap ibu dan pengambilan keputusan dalam keluarga, sehingga membantu ibu dalam merencanakan persalinan yang baik (Depkes, 2007).
Menurut Depkes (2007) anamnesa pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil yang perlu diperhatikan meliputi :
1) Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama dan alamat ibu)
2) Keluhan utama atau apa yang diderita, apakah ibu datang untuk memeriksa kehamilan atau ada masalah lain
3) Riwayat haid 4) Riwayat perkawinan
5) Riwayat kehamilan sekarang meliput: HPHT (haid pertama haid terakhir), gerak janin, masalah atau tanda-tanda bahaya,
(34)
Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan (termasuk jamu), kekhawatiran lain yang dirasakan 6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya seperti
riwayat hipertensi, perdarahan dan masalah-masalah yang lain 7) Riwayat penyakit yang pernah diderita/kesehatan seperti
penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus dll,
8) Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar, penyakit menular dll.
9) Riwayat sosial ekonomi dan budaya meliputi status perkawinan, riwayat KB, reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga, kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi, kebiasaan hidup sehat, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan.
No. Anamnesa obstetri Risiko rendah Risiko tinggi
1. Umur penderita - Kurang 19 tahun
Diatas 35 tahun
2. Perkawinan - Infertilitas 3-5 tahun
3. Sejarah persalinan Spontan B, aterm, hidup Tidak pernah abortus, dan persalinan premature Tidak mengalami operasi dalam Rahim/persalinan Tanpa komplikasi kehamilan Persalinan premature, abortus Persalinan dengan tindakan atau operasi
4. Interval kehamilan Diatas 2 tahun atau di bawah 5 tahun
Tanpa metode KB
Terdapat komplikasi hamil
Anak terkecil 5 tahun atau lebih
5. Sejarah keluarga Tanpa penyakit yang dapat menganggu kehamilan
Penyakit keturunan Penyakit menyertai
(35)
18
hamil:
Penyakit darah, asma, jantung, ginjal dan lever
Kehamilan kembar 6. Tanggal menstruasi
terakhir
Menentukan pikiran persalinan menurut rumus naegle
Umur hamil menurut tinggi fundus uteri Umur menurut gerak janin dan detak jantung Membandingkan orang bumil lainnya
Berdasarkan USG 7. Berat badan bayi Hamil 2500-3500 gr
Menurut rumus Johnson Menurut USG
BB > 4000 gr,
makrosomia sulit lahir pervaginam
Tabel 2.1 anamnesa kehamilan
Tabel diatas menjelaskan gambaran khusus dalam anamnesa kehamilan dari hasil anamnesa yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat memberikan gambaran khusus. Anamnesa tersebut juga menunjukan hasil kehamilan yang berisiko rendah dan berisiko tinggi. Pelaksanaan anamnesa yang sesuai pedoman dapat membantu untuk menentukan masalah yang akan ditetapkan (Manuaba, 2003)
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secermat mungkin. Pemeriksaan ini memerlukan ketelitian sehingga didapat diagnosa yang tepat dan pengobatan yang akurat. Tujuan pemeriksaan fisik ini adalah untuk mendeteksi penyulit atau komplikasi-komplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi :
1) Pemeriksaan luar, terdiri dari ;
a) Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum ibu (keadaan gizi, kelainan bentuk badan dan kesadaran), status gizi ibu,
(36)
tanda vital, oedema, tinggi badan, berat badan, reflek, pemeriksaan laboratorium sederhana bila ada untuk kadar Hb, golongan darah dan urine rutin.
b) Pemeriksaan obstetri meliputi melihat kontraksi uterus dan palpasi perut dengan cara leopold yang dibagi dalam 4 tahap
2) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan trimester III untuk menentukan keadaan panggul. c. Intervensi dasar
Intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap: Untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan. Pemberian vitamin dan mineral yang disarankan pada ibu hamil.
d. Diagnosa
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka dapat ditegakkan diagnosa. Selain itu dapat diketahui :
1) Hamil atau tidak
2) Primigravida atau multigravida 3) Usia kehamilan
4) Janin hidup atau mati 5) Janin tunggal atau kembar
(37)
20
6) Letak anak
7) Anak intrauterin atau extrauterin 8) Keadaan jalan lahir
9) Keadaan umum penderita
Tujuan terapi pada ibu hamil adalah untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjenlang persalinan. Keluhan yang mengganggu perlu diperhatikan dan diberi pengobatan. Berikan konseling pada ibu hamil mengenai kehidupan waktu hamil, hygiene dan gizi, pemeriksaan antenatal dan tanda-tanda bahaya kehamilan dll.
e. Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan mmenanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bertujuan mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat. Perilaku baru yang terbentuk, terbatas pada pemahaman sasaran, sedangkan perubahan sikap dan tingkah laku merupakan tujuan tidak langsung (Maulana, 2009).
Sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasaran pendidikan kesehatan, meliputi masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat kelompok khusus dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual (Maulana (2009) dan Effendy (1998).
(38)
Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap saaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat (Effendy, 1998).
Perawatan kehamilan adalah memberikan pengawasan atau pemeliharaan ibu hamil sampai melahirkan bayinya, dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu pada ibu-ibu hamil, melahirkan serta nifas. Karenanya seorang ibu hamil kesehatannya perlu diawasi atau dirawat agar ibu hamil selalu dalam keadaan sehat dan selamat, bila timbul kelainan pada kehamilan atau timbul gangguan kesehatan dapat diketahui secara dini dan dapat dilakukan perawatan yang tepat, dapat diberikan penyuluhan tentang cara memlihara sendiri watu hamil dan dapat diberikan suntikan kekebalan terhadap tetanus. Adapun pelaksanaan perawatan kehamilan sebagai berikut (Dainur, 1995):
a. Memberikan penyuluhan atau mengajarkan para ibu-ibu untuk pergi memeriksakan kehamilannya ke puskesmas secara teratur
b. Memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang
c. Kebersihan perorangan, mandi setiap hari, kuku pendek, cukup istirahat dan tidur, makanan bergizi, keluarga berencana, anjuran untuk memepersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk persalinan dan untuk bayi yang akan dilahirkan, tanda-tanda bahaya kehamilan , kehamilan yang beresiko.
(39)
22
d. Dengan pengamatan yang cermat bila didapati kelainan-kelainan pada ibu hamil atau keluhan -keluhan yang tidak wajar kirimlah ke puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan
f. Sistem rujukan
Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memnungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizintal kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Syafrudin dan Effendi, 2009).
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan massyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga keterlambatan) yang melatarbelakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (Syafrudin, 2009).
Adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada
(40)
kasus yang tergolong beresiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapipenyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa dan ibu (Syafrudin, 2009).
Konsep kesejahteraan ibu merupakan konsep yang kompleks yang memerlukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi (KISS) pelaksanaan yang terarah dengan jelas sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan perinalatal. ditinjau dari struktur pelaksaanaan dengan puskesmas sebagai ujung tombaknya, polindes dan posyandu, maka dapat dibyang sasaran yang hendak vapai akan berhasil. Pesan kesehatreaan ibu pada massyarakat masyarakat sebagai berikut (Manuaba, 1998):
1. Segeralah datang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat a. Melakukan perawatan antenatal
b.Melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali
c. Menasehati kapan harus datang ke pusat pelayanan kesehatan
d.Perut sakit atau terjatuh
e. Mengeluarkan darah campur lendir, mengeluarkan darah saja dan mengeluarkan cairan
(41)
24
f. Gerakan janin makin berkurang g. Badan panas sebagai tanda infeksi
2. Kepada keluargah diterangkan keadaan yang dapat membahayan saat hamil dan meningkatkan bahaya terhadap bayinya
3. Wanita hamil memerlukan makanan lebih dan istirahat cukup 4. Mendorong kesehatan reproduksi yang optimal
5. Wanita yang sehat jasmani dan rohani sejak saat kanak-kanank mempunyai penyulit kehamilan yang makin berkurang
Pemantauan kemajuan kehamilan dilakukan pada setiap kunjungan antenatal (pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tinggi fundus uteri, memantau gerakan janin); mendiagnosa kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi serta penanganannya) dan non medis (konseling perawatan kehamilan dan persiapan rujukan) Pemeriksaan, diagnosis pemantauan serta penanganan harus dilakukan sesuai standar. Namun dalam penerapan operasionalnya menurut Depkes (2010) dikenal standar minimal ”10T” untuk pelayanan Antenatal yang terdiri atas:
1) (Timbang) berat badan 2) Ukur (tekanan) darah
3) Tes nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4) Ukur (tinggi) fundus uteri
5) Tes DJJ (denyut jantung janin)
(42)
7) Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan 8) (Tes) terhadap penyakit menular seksual
9) (Temu) wicara dalam rangka pensiapan rujukan 10)Tatalaksana kasus.
Kelompok the action on preeclampsia (APEC) mengenalkan sebuah brousur untuk membantu wanita memahami petingnya memeriksa tekanan darah mereka serta instruksi tentang kapan mencari rujukan bidan atau medis (Henderson, 2005).
Memperlakukan wanita sebagai mitra kerja-informasi tentang gejala yang dapat menunjukkan preeklampsia
a. Sakit kepala berat
b. Pandangan kabur atau kilatan cahaya c. Nyeri berat dibawah iga
d. Muntah-muntahh
e. Pembengkakan mendadak pada wajah, tangan dan kaki secara mendadak
Sumber; APEC, 1996
Tabel 2.2 kotak brosur APEC
B.Preeklampsia
1. Pengertian preeklampsia
Menurut Hacker (2001) preeklampsia dapat disebut sebagai hipertensi yang diinduksi-kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada kehamilan. Preeklampsia tidak semata-mata terjadi pada wanita muda pada kehamilan pertamanya. Preeklampsia ini paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan.
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et
(43)
26
al, 2003). Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasopspastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Preeklampsia terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sbelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak dkk, 2005). Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat.
Eklamsia didiagnosa bila pada wanita dengan kriteria klinis preeklampsia, timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis lain seperti epilepsi (Cunningham, F.Gary, 1995). Eklampsia adalah gejala preeklampsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan koma (Manuaba, 2007).Sedangkan menurut Hacker, Moore (2001) eklampsia didefinisikan sebagai penambahan kejang umum pada sindroma preeklampsia ringan atau berat.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri dan edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar R, 1998).
2. Faktor resiko
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor resiko tersebut meliputi;
(44)
a. Usia
Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 thn) (Wiknjosastro dkk, 2002 dan Dudley, 1992).
Wanita yang lebih tua mengalami peningkatan insiden hipertensi kronik seiring dengan pertambahan usia, beresiko lebih besar mengalami preeklampsia pada hipertensi kronik (Cunningham, 2003). b. Paritas
Kejadian 80% kasus hipertensi pada kehamilan, 3–8% pasien terutama terjadi pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua (Lewellyn, 2001). Karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
c. Kehamilan ganda/multipel
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah dislensia uterus.
(45)
28
d. Genetik
Preeklampsia/eklampsia bersifat herediter. Cooper dan liston (1997) meneliti kemungkinan bahwa kerentanan terhadap preeklamsia bergantung pada gen resesif. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
e. Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposing terjadinya preeklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial (Derek 2001 dan Taber 1991). Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahan otak (Cuningham, 2003).
f. Status gizi
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di
(46)
dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia.
Tabel 2.3
Faktor resiko preeklammpsia-eklampsia Faktor resiko Keterangan
Frekuensi Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua Usia Usia < 18 atau > 35
Berat badan < 50 Kg atau gemuk
Penyakit kronis Diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, penyakit pembuluh darah kolagen (lupus eritematosus sistemik)
Komplikasi kehamilan
Kehamilan multipel, janin besar, hidrop janin, polihidramnion
Riwayat kehamilan Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
Genetik Genetik
Sumber: Bobak, Lowerdermik, Jensen (2005) 3. Etiologi
Dalam teori dikemukakan beberapa penyebab terjadinya preeklampsia, namun penyebab pastinya masih belum diketahui. Teori yang mengemukakan tentang bagaimana dapat terjadi hipertensi pada kehamilan cukup banyak sehingga Zweifel (1922) menyebutkan sebagai "disease of theory". karena banyaknya teori dan tidak satupun dari tersebut dapat menerangkan berbagai gejala yang timbul.
beberapa landasan teori di kemukan sebagai berikut : a. Teori genetik
Berdasarkan teori ini, penyakit ini dapat diturunkan pada anak perempuannya sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya. Sifat herediternya ada “resesif” sehingga tidak atau jarang terjadi pada menentunya. kejadian hipertensi pada kehamilan berikutnya atau ketiga akan makin berkurang.
(47)
30
b. Teori immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktiva komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
c. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma (Joko, 2002).
d. Teori iskemia regio uteroplasenta
Pada kehamilan normal, arteria sprialis yang terdapat pada desidua mengalami pergantian sel dengan tofoblas endovaskular yang akan menjamin lumennya tetap terbuka untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi cukup dan o2 seimbang. Destruksi pergantian ini seharusnya pada trimester pertama yaitu minggu ke 16 dengan perkiraan pembentukan palsenta telah berakhir.
Invasi endovaskular trofoblas terus berlangsung pada trimester kedua dan masuk ke dalam arteria miometrium. Hal ini menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga klelangsungan aliran
(48)
↓ vasokonstriksi ↓ gumpalan trombosit ↓ aktivitas uterus
↑ aliran darah uteroplasenta ↑
Prostasiklin
↑ vasokonstriksi ↑ gumpalan trombosit ↑ aktivitas uterus ↓ aliran darah
uteroplasenta
↑
Tromboksan darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal tersebut diperlukan untuk tumbuh kembang janin dalam rahim.
Invasi trimester kedua pada preeklampsia dan eklampsia tidak terjadi sehingga terjadi hambatan pada saat memerlukan tambahan aliran darah untuk memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan “iskemia regio uteroplasenter” pada sekitar minggu ke 20.
e. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkatkan sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat, 2000 ).
f. Teori diet
Peranan kalium dalam hipertensi kehamilan sangat penting diperhatikan karena kekurangan kalsium dalam diet dapat memicu terjadinya hipertensi. Ibu hamil memerlukan sekitar 2-2 1/2 gram kalsium per hari.
(49)
32
endoperoksin asam arakhodonik
Preeklampsia
endoperoksin asam arakhodonik
Bagan 2.1 Teori Prostaksiklin
Bagan diatas menjelaskan kesimbangan aktivitas biologis prostaksiklin dan tromboksan pada kehamilan normal. Penurunan prostaksiklin pada preeklampsia. Aktivitas tromboksan meningkat pada preeklampsia sedangkan aktivitas prostaksiklinnya menurun.
4. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahanan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resintensi vaskular sisteik (Systemic Vascular Resistance (SVR)). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi homo konsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.
↓ vasokonstriksi ↓ gumpalan trombosit ↓ aktivitas uterus ↑ aliran darah
uteroplasenta
↑
Prostasiklin
↑ vasokonstriksi ↑ gumpalan trombosit ↑ aktivitas uterus ↓ aliran darah
uteroplasenta
↑
(50)
Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke-unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik leih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen menurun. Vasospasme merupakan sebagian ekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan ketidakseimbang antara prostasiklin prostaglandin dan tromoksan A2 (Consensus Report, 1990 dalam Bobak 2005).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan partologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respone terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostagladin, tromboxsan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat menpengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kadiosvaskuler meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatanya cardiak output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositpeni. Infark
(51)
34
plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhabat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
kegagalan migrasi trofoblas intertisial sel dan endotelial trofoblas ke dalam
arterioli miometrium
Penyakit maternal - Hipertensi - Kardiovaskular - Penyakit ginjal
Faktor immunologis Kebutuhan darah, nutrisi, dan O2 tidak terpenuhi setelah 20 mg
Faktor trofoblas berlebihan Hamil ganda Molahidatidosa Hamil + DM
Iskemia regio uteroplasenta
Perubahan terjadi Bahan toksis Aktivitas endotelium meningkat Perlu endotel Bahan toksis Sitokin Lipid peroksid Kreatinin naik Terapi HDK Medikamentosa menurut Vasokonstriksi pritchard zupan sibai terminasi kehamilan Perlukaan endotel Permeabilitas kapiler meningkat Hipertensi
Iskemia organ vital Edema dan nekrosis Perdarahan
Menimbulkan gangguan fungsi khusus darahnya hemokonsentrasi hipovolumia Preeklampsia/e klampsia Timbunan trombosit Perlekatan fibrin Terjadi fibronolisis trombositipenia tromboksan A2 meningkat Hemolisis darah HELLP Syndrome Bagan 2.2 patofisiologi preeclampsia Sumber: Manuaba, 2007
(52)
5. Gambaran klinis
Pembagian preeklampsia sendiri dibagi dalam golongan ringan dan berat. Berikut ini adalah penggolongannya Novita (2008) & Cunningham (2003):
a. Preeklampsia ringan
Dikatakan preeklampsia ringan bila :
Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-110 mmHg, Proteinuria minimal 30 mg/dl/24 jam (< 2g/L/24 jam), Tidak disertai gangguan fungsi organ.
b. Preeklampsia berat
Dikatakan preeklamsia berat bila :
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg, Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan kuantitatif. Bisa disertai dengan : Oliguria (urine ≤ 400 mL/24jam), Keluhan serebral, gangguan penglihatan, Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael, 1992).
c. Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai dengan adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia. Eklampsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada ibu hamil disertai tanda gejala preeklampsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis (Bobak, 2005). Eklampsia
(53)
36
mungkin diperberat oleh nyeri epigastrik dan peningkatan suhu diikuti dengan kejang grand mal.
Perbedaan Preeklamsia Ringan dan Preeklampsia Berat Efek pada ibu Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat Tekanan darah Peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih, peningkatan tekanan darah diastolik sebesar ≥ 15 mmHg
Peningkatan menjadi ≥ 160/110 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak enam jam pada ibu hamil yang beristirahat di tempat tidur
MAP 140/90 = 107 160/110 = 127
Peningkatan berat badan
Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali
Sama seperti preeklampsia ringan
Proteinuria dipstick
kualitatif analisa kualitatif 24 jam
Protein sebesar 300 mg/l dalam 24 jam atau > 1g/l secara random dengan memakai contoh urine siang hari yang dikumpulkan pada waktu dengan jarak enam jam karena kehilangan proein adalah bervariasi; dengan dipstick, nilai bervariasi dari sedikit sampai 1+
Protein 5 sampai 10 g/l dalam 24 jam atau >+2protein dengan dipstick.
Edema Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar
Edema umum, bengkak semakin jelas di mata wajah, jari, bunyi paru (rales) bisa terdengar Refleks Hiperefleksi +3; tidak ada
klonus dipergelangan kaki
Hiperefleksia +3 atau lebih; klonus dipergelangan kaki Haluaran urine Keluaran sama dengan
masukan; ≥ 30 ml/jam Oliguria: 30 ml/jam atau 120 ml/4jam
Nyeri kepala Sementara Berat
Gangguan penglihatan
Tidak ada Kabur, berat, fotopobia, bintik buta pada funduskopi
Iritabilitas/afek Sementara Berat
Nyeri ulu hati Tidak ada Ada
Kreatinin serum Normal Ada
Trombositopenia Tidak ada Ada Peningkatan
AST
Minimal Jelas
(54)
Efek pada janin
Perfusi plasenta Menurun Perfusi menurun dinyatakan sebagai IUGR pada fetus, DJJ:deselarasi lambat
Premature placental aging
Tidak jelas Pada waktu lahir plasenta terlihat lebih kecil daripada plasenta yang normal untuk usia usia kehamilan, premature aging terlihat jelas dengan berbagai daerah yang sinsitiannya pecah, banyak terdapat nekroris iskemik (infrark putih), dan defosisi fibrin intervilosa (infrark merah) bias terlihat Tabel 2.3 perbedaan preeclampsia ringan dan berat
Sumber : Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005). Buku ajar keperawatan maternitas
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha pertama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut dibawah ini biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia.
a. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeclampsia.
b. Hipofibrinogenemia. Pada preeklampsia berat Zuspam (1978) menemukan 23% bifofibrinogenemia.
c. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala klinik hemilisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-selhati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
(55)
38
yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklamensia dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Pendarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
e. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
f. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini desebabkan karena payah jantung. g. Nekrosis hati. Nekrosis periporal pada preeklampsia-eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penemuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP. Yaitu Haemolisis, Eleved Liver Enzymes, Dan Low Platelet.
i. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel edotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan frakura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
(56)
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin. 7. Penatalaksanaan
Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan adalah berbahaya. Semua ibu hamil dengan komplikasi kehamilan memerlukan pengawasan ketat oleh tenga kesehatan, dirujuk dan dipersiapkan agar persalinannya berlangsung di rumah sakit. Penangan komplikasi kehamilan ditingkat pelayanan dasar pada dasarnya hanyalah pertolongan pertama dalam rujukan. Berikut ini terapi preeklampsia menurut Depkes ( 1994):
Preeklampsia ringan (tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg) masih mungkin ditangani dipuskesmas dan dibawah pengawasan dokter. Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti) dan menjelaskan kemungkinan adanya bahaya
b. Memberikan obat penenang: tablet luminal 3x30 mg/hari atau tablet valium 3x5 mg/hari dan dipantau ketat (diberi obat untuk 3 hari, kemudian tekanan darah diperiksa lagi). Ibu dipesan untuk segera datang bila ada keluhan lain/keadaan memburuk, walaupun obat yang diberikan belum habis.
c. Bila dalam satu minggu tekanan darah tidak turun atau makin bertambah, maka ibu di rujuk ke RS.
Bila penderita ditemukan dalam preeklampsia berat atau eklampsia, penderita harus langsung dirujuk ke RS. Tujuan dari perawatan adalah menjcegah kejang, menurunkan tekanan darah, menetapkan fungsi ginjal yang adekuat, dan melanjutkan kehamilan sampai janin cukup matur. Bila
(57)
40
kehamilan telah 36 minggu atau lebih dan maturitas paru janin telah ditetapkan, dilakukan induksi persalinan atau persalinan caesar. Bila menandakan imaturitas atau kehamilan kurang dari 36 minggu, berikan tindakan untuk mengurangi gejala-gejala pada ibu sehingga memungkinkan tersedianya waktu untuk maturitas janin.
Pertolongan yang perlu diberikan dalam rangka merujuk adalah: 1. Infus dextran atau glukosa 5%
2. Pemberian sulfas magnesikus 8 g, i.m di bokong kiri dan kanan (masing-masing 10 cc @4 g) untuk preeklampsia berat. Bila perlu, pemberian dapat diulang tiap 4 jam.
3. Untuk eklampsia diberikan sulfas magnesikus 2 g i.v dan perlu dipasang sendok/tong-spatel pada mulut, agar lidah tidak tergigit pada waktu kejang.
4. Pengukuran/pencatatan cairan yang masuk dan keluar karena itu perlu dipasang kateter dan urin ditampung.
Hal ini yang akan diberikan pada pasien selama dirawat di rumah sakit dengan preeklampsia berat, berikut ini:
1. Tirah baring, ruangan yang tenang, tidak ada telepon dan sedikit pengunjung untuk mengurangi stimulus yang dapat mencetuskan serangan kejang
2. Diet tinggi protein, natrium sedang yang dapat ditoleransi bila tidak terdapat mual atau indikasi dari aktivitas yang menimbulkan serangan kejang
(58)
3. Kesimbangan cairan dan penggantian elektrolit untuk memperbaiki hipovolumia, mencegah kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan serum harian (asupan cairan harus 1000 ml ditambah haluan urin untuk 24 jam sebelumnya)
4. Sedatif seperti diasepam atau fenobarbital untuk meningkatkan istirahat
5. Antihipertensif sepperti hidralazin untuk meningkatkan vasodilatasi tanpa memberikan efek yang berat pada janin (diberikan bila tekanan diastolik lebih tinggi dari 110 mmHg, diberikan drip intravena atau suntikan)
6. Antikonvulsan untuk mengurangi resiko kejang seperti magnesium sulfat (MgSO4) diberikan IM atau IV untuk mempertahankan kadar dalam darah antara 4,0 dan 7,5 mg/dl (pada 10 mg/dl, refleks tendon dalam menghilang dan pada 15 mg/dl terjadi paralisis pernapasan dan atau henti jantungDukungan atau pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang status janin, mendengarpenuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang hangat dan empati yang tepat.
(59)
42 BAB III DEFINISI ISTILAH
A.Kerangka konsep
Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini peneliti telah meneliti mengenai kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia dimana variabel yang akan diteliti meliputi kualitas pemeriksaan antenatal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia, termasuk hambatan atau kendala yang tenaga kesehatan dalam proses pelaksanaan, serta kebutuhan baik yang telah atau belum dilakukan dalam mendeteksi preeklampsia.
B.Definisi istilah
1. Pemeriksaan antenatal
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya secara berkala. Asuhan antenatal dapat diberikan oleh perawat atau tenaga medis dan sesuai dengan standar pemeriksaan antenatal. Kualitas tersebut dapat ditinjau dari aspek pemeriksaan kehamilan, meliputi :
(60)
a. Anamnesis
Pertanyaan terarah yang ditunjukkan pada ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang dimilikinya.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi penyulit atau komplikasi-komplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik ini meliputi: pemeriksaan luar seperti keadaan umum ibu, status gizi ibu (LILA), tanda vital, oedema, tinggi badan, berat badan, reflek, pemeriksaan laboratorium sederhan (proteinuria dan Hb.
c. Penyuluhan atau edukasi
Penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Penyuluhan diberikan pada ibu hamil untuk mengegatahui resiko preeklampsia dan bahaya dari penyakit tersebut.
d. System rujukan
Suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif. Rujukan bagi ibu hamil dengan preeklampsia sangat
(61)
44
diperlukan. Oleh karena itu perlu deteksi dini bagi ibu yang beresiko preeklampsia.
2. Preeklampsia
Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg.
(62)
45 A.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi fenomenologis deskriptif. Penilitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Bungin, 2003). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010).
Studi fenomenologi mempelajari tentang arti kehidupan beberapa individu dengan melihat konsep pengalaman hidup mereka atau fenomenanya. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Studi fenomenologi penting bagi praktek keperawatan karena pendekatan ini membawa pada pengalaman hidup seseorang mengenai persepsi pada suatu fenomena yang dihadapinya (Streubert, 2003). Tujuan studi fenomenologi adalah memahami makna dari pengalaman kehidupan yang dialami informan dan menjelaskan perspektif filosofi yang mendasari fenomena tersebut (Dharma, 2011).
(63)
46
Fenomenologi deskriptif mencakup eksplorasi secara langsung, analisis, dan deskripsi dari fenomena tertentu, sebebas mungkin timbul dari prasangka tidak teruji, dengan tujuan presentasi intuisi yang maksimal. Fenomenologi deskriptif menstimulasi persepsi pengalaman hidup mereka dengan menekankan pada kesempurnaan, luasnya dan kedalaman pengalaman yang didapat Spiegelberg (1975) dalam Streubert, (2003).
Spiegelberg (1975) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk fenomenologi deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan (describe). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para informan ibu hamil yang berisiko preeklampsia dan pelaksana ANC. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami informan ibu hamil yang berisiko preeklampsia dan pelaksana ANC. Langkah ketiga yaitu deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan dan analisis. Meskipun ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan. Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan
(64)
mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya.
Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini melihat bagaimana kualitas pelayanan ANC dengan melihat pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia dimana penelitian kualitatif bisa memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang alamiah dan pendekatan fenomenologis peneliti akan mempelajari data dan mengulang berkali-kali apa yang informan alami dapat digambarkan sebagai makna kualitas pelayanan (Stainback, 2003 dan Streubert, 2003). Melalui penelitian dan pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali pengalaman hidup informan yang alamiah dan memperoleh penjelasan terperinci tentang suatu fenomena tentang kualitas pelayanan ANC yang dilihat dari pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia.
B.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Poliklinik KIA Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan pada bulan November dan Desember tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di Ciputat karena peneliti melihat kualitas pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada pemeriksaan kehamilan
(65)
48
yang belum komprehensif. Hal tersebut dapat dilihat pada studi pendahuluan yang dilakukan peniliti :
Pengamatan pada dua orang bidan menyatakan bahwa ada kebijakan tentang pedoman kerja di Puskesmas, namun pelaksanaanya belum sesuai dengan pedoman tersebut. Pengamatan pelayanan antenatal dengan 10 T yang dilakukan pada 10 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC masih belum dilakukan seluruhnya seperti pemberian imunisasi TT, tes terhadap penyakit menular seksual dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh meliputi pengamatan oedema, refleks, anamnesa yang belum lengkap, tes laboratorium rutin jarang dilakukan, dan penyuluhan terkait resiko bahaya preeklampsia masih belum efektif.
C.Informan Penelitian
Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive) dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka sumber informasi atau informan dalam penelitian ini adalah :
1. Informan Kunci
Informan terdiri dari ibu hamil sebanyak lima orang ibu hamil yang berisiko preeklampsia, dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Primigravida
b. Umur kehamilan lebih dari 20 minggu c. Rutin melakukan kunjungan ANC
(66)
d. Dapat berpartisipasi dalam penelitian 2. Informan pendukung
a. Tiga tenaga kesehatan yaitu Bidan yang bertugas di Poliklinik KIA Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
D. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini yaitu ibu hamil dengan preeklampsia, tenaga kesehatan yang melakukan ANC. Sampel dalam penelitian ini adalah informan yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Moleong, 2000). Penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada redundancy/saturation data (data telah jenuh, jika ditambah informan lagi tidak memberikan informasi yang baru) artinya bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, 1988 dalam Sugiyono, 2010). Penentuan jumlah sampel dapat ditambah apabila data belum mencapai saturasi (Streubert & Carpenter, 2003).
(1)
1.
1.
2. 3.
kehamilan sekarang 1. Gerakan janin
a. Masih bergerak
2. Keluhan yang berhubungan dengan perkembangan selama hamil
a. Pada kehamilan 1-3 bulan b. Pada kehamilan 4-6 bulan c. Pada kehamilan 7 bln-lebih 3. Keadaan patologis
a. Perdarahan melalui jalan lahir
b. Preeklampsia
c. Keluar cairan ketuban 4. Anamnesa keluarga
1. Riwayat penyakit keluarga II. Pemeriksaan
Pemeriksaan luar 1) Pemeriksaan umum
a. Tanda-tanda vital b. Tinggi badan c. Berat badan d. Oedema e. Bentuk tubuh f. Reflek lutut
g. Pemeriksaan lab. (Hb, urine)
2) Pemeriksaan obstetri
a. Inspeksi (oedema palpebra, conjungtiva, gigi, payudara) b. Palpasi :LI-L IV
c. Auskultasi :DJJ III.Intervensi
Imunisasi 1. Cara pemberian 2. Jumlah pemberian 3. Waku pemberian
Tablet zat besi (Fe) 1. Jumlah pemberian
Vitamin 1. Jumlah pemberian
(2)
Matriks Analisis Tematik
No Pernyataan signifikan Kategori subtema Tema P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 1. Biasanya hanya keluhan saja
yang ditanyakan
Keluhan ibu hamil
Berbagai hal yang ditanyak an tenaga kesehata n saat pemeriks aan antenatal
Komponen anamnesis saat antenatal care
√ √ √ √ √ √ √
2. Menanyakan identitas ibu hamil saat pemeriksaan antenatal awal kehamilan
Identitas ibu hamil
√ √ √ √ √
3. Menanyakan HPHT ibu hamil saat pemeriksaan antenatal awal kehamilan
HPHT ibu hamil
√ √ √ √
4. Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan, jumlah gravida, partus abortus saat pemeriksaan antenatal awal kehamilan
Riwayat kehamilan dan persalinan
√ √
5. Menanyakan riwayat
penyakit biasanya ada riwayat diabetes, tekanan darah tinggi saat pemeriksaan antenatal
Riwayat penyakit ibu hamil
(3)
awal kehamilan
6. Menanyakan keadaan bayi yang ada didalam kandungan
Keadaan bayi Berbagai hal yang ditanyak an ibu hamil pada petugas kesehata n saat pemeriks aan antenatal
√ √ √ √ √
7. Menanyakan berat badan saya normal atau tidak
mempengaruhi berat badan bayi atau tidak
Berat badan √
8. Pemeriksaan fisik tekanan darah selama kehamilan saat pemeriksaan antenatal
Pengukuran tekanan darah
Pemeriks aan fisik yang sering di lakukan
Komponen pemeriksaan fisik yang dilakukan saat
pemeriksaan antenatal
√ √ √ √ √ √ √ √
9. Pemeriksaan fisik berat badan selama kehamilan saat
pemeriksaan antenatal
Timbang berat badan
√ √ √ √ √ √
10. Pemeriksaan fisik denyut jantung janin selama
kehamilan saat pemeriksaan antenatal
Hitung denyut jantung janin
√ √ √ √ √ √
(4)
fundus uteri selama
kehamilan saat pemeriksaan antenatal
tinggi fundus uteri
12. Pemeriksaa fisik sesuai standar 10 T
√ √
13. Pemeriksaan fisik leopold selama kehamilan saat pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan Leopold
√ √ √ √ √ √
14. Inspeksi daerah periorbital pada ibu hamil saat
pemeriksaan antenatal tidak dilakukan
Inspeksi daerah periorbital
Pemeriks aan fisik yang jarang di lakukan
√ √ √ √ √ √
15. Pemeriksaan fisik tes refleks patela saat pemeriksaan antenatal tidak dilakukan
Tes refleks lutut
√ √ √ √ √ √
16. Pemeriksaan laboratorium pada trimester awal dan trimester akhir.
Waktu pemeriksaan laboratorium
√ √ √ √ √ √
17. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan biasanya cek golongan darah , Hb dan cek urin melihat jumlah protein uria.
√ √ √ √ √ √ √
18. Pernah dilakukan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan yang didalamnya terkait preeklampsia
Materi penyuluhan
Edukasi antenatal pada ibu yang berisiko preeklampsia
√ √
19. Penyuluhan diadakan biasanya sebulan dua kali atau dua bulan sekali.
Frekuensi penyuluhan
(5)
20. Penyuluhan setelah pemeriksaan antenatal biasanya yang terkait pada buku KIA
Materi penyuluhan
√
21. Penyuluhan berkelompok yang diadakan puskesmas jarang dikuti oleh ibu hamil
√ √ √ √ √
22. Ibu hamil preeklampsia langsung dirujuk jika bahaya untuk janin dan janin, Jika belum waktu melahirkan dan masih dipertahankan dipantau sampai waktunya
Tindakan awal bagi pasien preeklampsia
Sistem Rujukan pasien preeklampsia di puskesmas
√ √
23. Dirujuk apabila tiga tanda preeklampsia sudah positif semua puskesmas langsung merujuk kalau tes urin belum positif kita akan terus melihat perkembangan si ibu hamil sampai waktu persalinan
√
24. Dirujuk saat ibu hamil mengalami risiko tinggi seperti caesar sudah berkali2, umur sudah terlalu muda dan tua , PEB, anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK.
Kriteria rujukan
√
25. tidak melayani untuk pertanyaan segala macem pertanyaan kan bukan tapi karna waktunya yang terbatas dan pasiennya banyak jadi kadang tidak bisa melayani
(6)
satu persatu dengan
pertanyaan yang segudang, jadi ya hanya sekedar yang perlu diketahui sama dia saja