91
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Para petugas kesehatan umumnya mengetahui tentang komponen penting
dalam pemeriksaan antenatal, manfaat dan dampaknya. Sedangkan menurut para ibu hamil manfaat dari pemeriksaan antenatal belum
diketahui dengan jelas. Hal tersebut membuktikan belum efektifnya penyampaian informasi yang dilakukan oleh para petugas.
2. Petugas kesehatan sudah melaksanakan anamnesis, pemeriksaan fisik,
penyuluhan dan sistem rujukan dengan baik akan tetapi ini masih kurang efektif.
3. Anamnesis saat pemeriksaan antenatal umumnya yang sering ditanyakan
tenaga kesehatan ialah keluhan. Pada ibu hamil yang sering ia tanyakan pada tenga kesehatan ialah keadaan kandungannya dan bayinya.
4. Pemeriksaan fisik yang sering dilakukan saat pemeriksaan antenatal ialah
mengukur tekanan darah, tes denyut jantung janin, menimbang berat badan dan pemeriksaan leopold berupa mengukur tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan fisik yang jarang dilakukan tes refleks dan inspeksi daerah perorbital. Pada ibu hamil yang beresiko preeklampsia sebaiknya perlu
dilkaukan tes refleks sebagai data penambah pada preeklampsi dan hasil dari inspeksi dearah periorbital sebaiknya dicatat baik hasilnya negatif atau
positif.
5. Frekuensi penyuluhan di Puskesmas Ciputat biasanya sebulan sekali atau
dua kali sebulan. Penyuluhan dilakukan di Posyandu dan aula puskesmas yang berada dilantai dua. Materi penyuluhan yang biasa diberikan
merupakan tanda-tanda bahaya kehamilan. Namun, beberapa ibu hamil masih ada yang belum mengetahui resiko preeklampsia dan tanda-tanda
bahaya kehamilan. 6.
Tindakan awal pada preeklampsia di Puskesmas Ciputat apabila selama preeklampsia masih bisa dimonitor tenaga kesehatan selalu memantau.
Apabila tidak akan segera dirujuk. Kriteria rujukan di Puskesmas Ciputat menurut petugas kesehatan ialah ibu hamil yang berisiko tinggi seperti
riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau muda, PEB , anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK.
7. Hambatan dalam program ini diantaranya hambatan waktu pemeriksaan
dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan tiap harinya. Sedangkan dari ibu hamil diantaranya karena kurangnya pengetahuan
deteksi dini pada preeklampsia, kesadaran untuk mengikuti penyuluhan masih kurang.
B. Saran
1. Ibu Hamil
a. Ibu hamil diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pengetahuan ANC dan risiko bahaya kehamilan dan persalinan.
b. Rutin melakukan kunjungan antenatal dan mengikuti penyuluhan yang
disediakan oleh puskesmas atau posyandu c.
Menambahkan wawasan dengan rajin membaca buku mengenai kehamilan atau buku KIA dan aktif menanyakan informasi seputar
kehamilan pada tenaga kesehatan
2. Petugas Kesehatan
a. Memberikan pemeriksaan yang tepat dan teliti dalam mendeteksi
preeclampsia. b.
Sebagai penyuluh, metode dalam penyuluhan harus lebih menarik dan interaktif agar informasi yang diberikan dapat tersampaikan dengan
lebih baik. c.
Dalam penyuluhan, materi yang disampaikan harus singkat, jelas, dan padat serta alat peraga yang digunakan harus legkap dan menarik.
d. Dalam memberikan pelayanan antenatal harus sesuai dengan
pelayanan antenatal yang telah ditetapkan, melakukan koreksi pelaksanaan bila ada yang tidak sesuai dan melakukan evaluasi
setelah melakukan pelayanan antenatal. e.
Pemberdayaan posyandu bukan hanya untuk pemantauan kesehatan balita dan ibu hamil tapi juga sebagai sarana info kesehatan hal-hal
yang perlu diperhatikan pada ibu hamil f.
Tingkatkan sosialisasi program dengan menggunakan media sosialisasi elektronik seperti televisi dan radio.