Edukasi Antenatal pada Ibu yang Berisiko Preeklampsia

berkaitan dengan bahaya preeklampsia menurut Marshall 2000 bahaya preeklampsia adalah ancaman serangan mendadak. Bila kondisi ibu hamil tak membaik sekalipun aktivitas sudah dikurangi, mungkin aia memerlukan perawatan rumah sakit. Oleh karena itu, puskesmas perlu menggalakan konseling atau penyuluhan mengenai ibu hamil yang berisiko preeklampsia. Supaya kejadian preeklampsia segera terdeteksi dan ditangani. Pada penyuluhan yang dilakukan puskesmas umumnya sudah mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan akan tetapi pada pelaksanaan dan pentingnya informasi yang diberikan masih belum maksimal. Penyuluhan yang sudah dilakukan membuktikan bahwa masih ada yang belum mendapatkan informasi mengenai risiko preeklampsia. Hal ini berkaitan mengenai pendidikan antenatal menurut Farrer 2001 merupakan bagian terpenting pada asuhan maternitas dan setiap orang yang terlibat dalam asuhan ini memliki tanggung jawab untuk melanjutkan pendidikan tersebut. Tenaga kesehatan tidak boleh beranggapan bahwa seorang wanita yang pernah mengalami kehamilan tidak memerlukan petunjuk dan nasihat lagi secara formal atau informal pada kehamilan berikutnya. Tenaga kesehatan harus ingat bahwa setiap kehamilan merupakan pengalaman yang unik dan pada kehamilan kedua atau kehamilan berikutnya akan ditemukan gejala kelainan ringan serta risiko yang berbeda.

4. Sistem rujukan pasien preeklampsia di puskesmas ciputat

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya antenatal yang kurang baik bagi ibu maupun jannin. Pelayanan merupakan upaya kesehatan perorangan yang memperhatikan percisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya. Petugas kesehatan menyatakan tindakan awal pada preeklampsia apabila selama preeklampsia masih bisa dimonitor tenaga kesehatan selalu memantau. Apabila tidak akan segera dirujuk. Hal ini berkaitan dengan penatalaksaan preeklampsia menurut Wheeler 2003 apabila preeklampsia ringan terdiagnosis saat usia kehamilan ibu cukup bulan, induksi persalinan harus dilakukan jika janin matur biasanya pada usia gestasi ≥ 37 minggu. Wanita yang mengalami preeklampsia berat harus dirawat di Rumah Sakit. Karena preeklampsia tidak dapat dicegah dengan segera, makan pemantau tanda dan gejala penyakit ini sangat esensial. Sebagian besar informan menyatakan bahwa Kriteria rujukan di Puskesmas Ciputat menurut petugas kesehatan ialah ibu hamil yang berisiko tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau muda, PEB , anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK. Hal ini berkitan dengan kriteria rujukan ibu hamil menurut Syafrudin 2009 menyatakan bahwa riwayat seksio sesaria, perdarahan pervaginam, ketuban pecah, anemia berat, preeklampsia dsb. Selain itu, menurut Manuaba 2009 mengenai angka kematian ibu dan angka kematian anak meningkat dikarenakan beberapa faktor yaitu dapat disebut 4T, terlalu banyak anak, terlalu pendek jarak hamil dan bersalin, terlalu muda hamil dan melahirkan, dan terlalu tua untuk hamil kembali. Penyebab langsung kematian ibu umumnya adalah trias perdarahan- infeksi-eklamsia. Bila ditelusuri lebih lanjut, penyebab langsung itu ternyata bertumpu pada rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil. Akibatnya masih ditemuinya hambatan informasi, hambatan sosial budaya, hambatan ekonomis dan hambatan geografi dalam menjaga kesehatan ibu hamil. Namun apabila ibu memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, komplikasi dapat lebih dini diketahui sehingga akan segera memproleh penanganan dan pelayanan rujukan yang efektif. upaya penanganan masalah kesehatan ibu dan bayi harus dilakukan secara menyeluruh, melibatkan semua pihak dan segenap lapisan masyarakat. Pada penelitian ini pelayanan kesehatan sudah melaksanakan apa yang ditulis pada pedoman pelayanan antenatal yang diberikan depkes. Namun, pelayanan antenatal di Puskesmas perlu meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan program safe motherhood yang mengupayakan menurunkan angka kematian ibu dengan komponen penting pelayanan antenatal yang meliputi skrining dan pengobatan, deteksi dan penanganan, penyuluhan tentang komplikasi yang potensial serta bagaiamana cara memperoleh pelayanan rujukan. Hal ini berkaitan menurut Sugiri 2012 tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal penyebab tidak langsung yaitu rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga terhadap risiko-risiko kehamilan dan persalinan. Banyak masyarakat yang menganggap kehamilan dan persalinan hanya suatu hal yang biasa saja, tidak memerlukan sejumlah persiapan khusus, dan kurangnya pemahaman.

B. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan dalam penelitian, adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, hal tersebut menyebabkan masih kurangnya pengalaman peneliti dalm melakukan wawancara mendalam dan analisa data 2. Peneliti memiliki keterbatasan dalam menemukan informan yang terdeteksi preeklampsia saat kehamilan di Puskesmas Ciputat 91

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Para petugas kesehatan umumnya mengetahui tentang komponen penting dalam pemeriksaan antenatal, manfaat dan dampaknya. Sedangkan menurut para ibu hamil manfaat dari pemeriksaan antenatal belum diketahui dengan jelas. Hal tersebut membuktikan belum efektifnya penyampaian informasi yang dilakukan oleh para petugas. 2. Petugas kesehatan sudah melaksanakan anamnesis, pemeriksaan fisik, penyuluhan dan sistem rujukan dengan baik akan tetapi ini masih kurang efektif. 3. Anamnesis saat pemeriksaan antenatal umumnya yang sering ditanyakan tenaga kesehatan ialah keluhan. Pada ibu hamil yang sering ia tanyakan pada tenga kesehatan ialah keadaan kandungannya dan bayinya. 4. Pemeriksaan fisik yang sering dilakukan saat pemeriksaan antenatal ialah mengukur tekanan darah, tes denyut jantung janin, menimbang berat badan dan pemeriksaan leopold berupa mengukur tinggi fundus uteri. Pemeriksaan fisik yang jarang dilakukan tes refleks dan inspeksi daerah perorbital. Pada ibu hamil yang beresiko preeklampsia sebaiknya perlu dilkaukan tes refleks sebagai data penambah pada preeklampsi dan hasil dari inspeksi dearah periorbital sebaiknya dicatat baik hasilnya negatif atau positif.