Pelayanan antenatal TINJAUAN PUSTAKA

kunjungan ibu hamil yang ke empat K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan antenatal Depkes RI, 2007. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil Depkes RI, 2001: a. Kunjungan ibu hamil pertama Kl Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. b. Kunjungan ulang Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. c. Kunjungan ibu hamil keempat K4 K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat: 1 Satu kali dalam trimester pertama sebelum 14 minggu. 2 Satu kali dalam trimester kedua antara minggu 14-28 3 Dua kali dalam trimester ketiga antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke 36. 4 Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu 3. Kualitas pemeriksaan antenatal Pemeriksaan antenatal merupakan salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang sehat. Pemeriksaan antenatal yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuaannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dalam memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat Depkes, 2010. Pemeriksaan antenatal sangat penting dan wajib dilakukan oleh para ibu hamil karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan monitoring secara menyeluruh baik mengenai kondisi ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Pemeriksaan antenatal juga dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan kehamilan, sebagai bahan pengetahuan bagi para ibu hamil agar menuju kehamilan yang sehat dan keluarga yang berkualitas Hutahaean, 2009. Pemeriksaan antenatal ini merupakan upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan, dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku Manuaba, 2003. Jadwal antenatal care pemeriksaan antenatal sebagai berikut Manuaba, 2003 : a. Trimester I dan II 1 Sebulan sekali 2 Pengambilan data hasil laboratorium 3 Pemeriksaan ultrasonografi 4 Nasihat diet a Empat sehat lima sempurna b Protein 0,5kg BB, ditambah satu telorhari 5 Observasi a Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan b Komplikasi kehamilan 6 Rencana a Mengobati penyakit b Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan c Imunisasi tetanus I b. Trimester III 1 Setiap dua minggu kemudian sampe seminggu sampai tanda kelahiran tiba 2 Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan 3 Diet empat sehat lima sempurna 4 Pemeriksaan ultrasonografi 5 Imunisasi tetanus II 6 Observasi a Penyakit yang menyertai kehamilan b Komplikasi hamil trimester III c Berbagai kelainan kehamilan trimester III Adapun pemeriksaan antenatal saat antenatal yang berkualitas dapat dilihat dari saat anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, prognosa dan terapi. Hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan antenatal ialah sebagai berikut: a. Anamnesa Anamnesa adalah pertanyaan terarah yang ditujukkan kepada ibu hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang dimilikinya. Anamnesa dapat membantu untuk mengetahui dukungan terhadap ibu dan pengambilan keputusan dalam keluarga, sehingga membantu ibu dalam merencanakan persalinan yang baik Depkes, 2007. Menurut Depkes 2007 anamnesa pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil yang perlu diperhatikan meliputi : 1 Identifikasi ibu nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama dan alamat ibu 2 Keluhan utama atau apa yang diderita, apakah ibu datang untuk memeriksa kehamilan atau ada masalah lain 3 Riwayat haid 4 Riwayat perkawinan 5 Riwayat kehamilan sekarang meliput: HPHT haid pertama haid terakhir, gerak janin, masalah atau tanda-tanda bahaya, Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan, penggunaan obat- obatan termasuk jamu, kekhawatiran lain yang dirasakan 6 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya seperti riwayat hipertensi, perdarahan dan masalah-masalah yang lain 7 Riwayat penyakit yang pernah dideritakesehatan seperti penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus dll, 8 Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar, penyakit menular dll. 9 Riwayat sosial ekonomi dan budaya meliputi status perkawinan, riwayat KB, reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga, kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi, kebiasaan hidup sehat, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan. No. Anamnesa obstetri Risiko rendah Risiko tinggi 1. Umur penderita - Kurang 19 tahun Diatas 35 tahun 2. Perkawinan - Infertilitas 3-5 tahun 3. Sejarah persalinan Spontan B, aterm, hidup Tidak pernah abortus, dan persalinan premature Tidak mengalami operasi dalam Rahimpersalinan Tanpa komplikasi kehamilan Persalinan premature, abortus Persalinan dengan tindakan atau operasi 4. Interval kehamilan Diatas 2 tahun atau di bawah 5 tahun Tanpa metode KB Terdapat komplikasi hamil Anak terkecil 5 tahun atau lebih 5. Sejarah keluarga Tanpa penyakit yang dapat menganggu kehamilan Penyakit keturunan Penyakit menyertai hamil: Penyakit darah, asma, jantung, ginjal dan lever Kehamilan kembar 6. Tanggal menstruasi terakhir Menentukan pikiran persalinan menurut rumus naegle Umur hamil menurut tinggi fundus uteri Umur menurut gerak janin dan detak jantung Membandingkan orang bumil lainnya Berdasarkan USG 7. Berat badan bayi Hamil 2500-3500 gr Menurut rumus Johnson Menurut USG BB 4000 gr, makrosomia sulit lahir pervaginam Tabel 2.1 anamnesa kehamilan Tabel diatas menjelaskan gambaran khusus dalam anamnesa kehamilan dari hasil anamnesa yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat memberikan gambaran khusus. Anamnesa tersebut juga menunjukan hasil kehamilan yang berisiko rendah dan berisiko tinggi. Pelaksanaan anamnesa yang sesuai pedoman dapat membantu untuk menentukan masalah yang akan ditetapkan Manuaba, 2003 b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan secermat mungkin. Pemeriksaan ini memerlukan ketelitian sehingga didapat diagnosa yang tepat dan pengobatan yang akurat. Tujuan pemeriksaan fisik ini adalah untuk mendeteksi penyulit atau komplikasi-komplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi : 1 Pemeriksaan luar, terdiri dari ; a Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum ibu keadaan gizi, kelainan bentuk badan dan kesadaran, status gizi ibu, tanda vital, oedema, tinggi badan, berat badan, reflek, pemeriksaan laboratorium sederhana bila ada untuk kadar Hb, golongan darah dan urine rutin. b Pemeriksaan obstetri meliputi melihat kontraksi uterus dan palpasi perut dengan cara leopold yang dibagi dalam 4 tahap 2 Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan trimester III untuk menentukan keadaan panggul. c. Intervensi dasar Intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC. Pemberian imunisasai Tetanus Toksoid TT lengkap: Untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemberian tablet besi minimnal 90 tablet selama kehamilan. Pemberian vitamin dan mineral yang disarankan pada ibu hamil. d. Diagnosa Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka dapat ditegakkan diagnosa. Selain itu dapat diketahui : 1 Hamil atau tidak 2 Primigravida atau multigravida 3 Usia kehamilan 4 Janin hidup atau mati 5 Janin tunggal atau kembar 6 Letak anak 7 Anak intrauterin atau extrauterin 8 Keadaan jalan lahir 9 Keadaan umum penderita Tujuan terapi pada ibu hamil adalah untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjenlang persalinan. Keluhan yang mengganggu perlu diperhatikan dan diberi pengobatan. Berikan konseling pada ibu hamil mengenai kehidupan waktu hamil, hygiene dan gizi, pemeriksaan antenatal dan tanda-tanda bahaya kehamilan dll. e. Penyuluhan Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan mmenanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bertujuan mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat. Perilaku baru yang terbentuk, terbatas pada pemahaman sasaran, sedangkan perubahan sikap dan tingkah laku merupakan tujuan tidak langsung Maulana, 2009. Sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasaran pendidikan kesehatan, meliputi masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat kelompok khusus dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual Maulana 2009 dan Effendy 1998. Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap saaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat Effendy, 1998. Perawatan kehamilan adalah memberikan pengawasan atau pemeliharaan ibu hamil sampai melahirkan bayinya, dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu pada ibu-ibu hamil, melahirkan serta nifas. Karenanya seorang ibu hamil kesehatannya perlu diawasi atau dirawat agar ibu hamil selalu dalam keadaan sehat dan selamat, bila timbul kelainan pada kehamilan atau timbul gangguan kesehatan dapat diketahui secara dini dan dapat dilakukan perawatan yang tepat, dapat diberikan penyuluhan tentang cara memlihara sendiri watu hamil dan dapat diberikan suntikan kekebalan terhadap tetanus. Adapun pelaksanaan perawatan kehamilan sebagai berikut Dainur, 1995: a. Memberikan penyuluhan atau mengajarkan para ibu-ibu untuk pergi memeriksakan kehamilannya ke puskesmas secara teratur b. Memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang c. Kebersihan perorangan, mandi setiap hari, kuku pendek, cukup istirahat dan tidur, makanan bergizi, keluarga berencana, anjuran untuk memepersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk persalinan dan untuk bayi yang akan dilahirkan, tanda-tanda bahaya kehamilan , kehamilan yang beresiko. d. Dengan pengamatan yang cermat bila didapati kelainan- kelainan pada ibu hamil atau keluhan -keluhan yang tidak wajar kirimlah ke puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan f. Sistem rujukan Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memnungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizintal kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanan kesehatan secara terpadu Syafrudin dan Effendi, 2009. Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan massyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T tiga keterlambatan yang melatarbelakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan Syafrudin, 2009. Adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapipenyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa dan ibu Syafrudin, 2009. Konsep kesejahteraan ibu merupakan konsep yang kompleks yang memerlukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi KISS pelaksanaan yang terarah dengan jelas sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan perinalatal. ditinjau dari struktur pelaksaanaan dengan puskesmas sebagai ujung tombaknya, polindes dan posyandu, maka dapat dibyang sasaran yang hendak vapai akan berhasil. Pesan kesehatreaan ibu pada massyarakat masyarakat sebagai berikut Manuaba, 1998: 1. Segeralah datang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat a. Melakukan perawatan antenatal b. Melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali c. Menasehati kapan harus datang ke pusat pelayanan kesehatan d. Perut sakit atau terjatuh e. Mengeluarkan darah campur lendir, mengeluarkan darah saja dan mengeluarkan cairan f. Gerakan janin makin berkurang g. Badan panas sebagai tanda infeksi 2. Kepada keluargah diterangkan keadaan yang dapat membahayan saat hamil dan meningkatkan bahaya terhadap bayinya 3. Wanita hamil memerlukan makanan lebih dan istirahat cukup 4. Mendorong kesehatan reproduksi yang optimal 5. Wanita yang sehat jasmani dan rohani sejak saat kanak-kanank mempunyai penyulit kehamilan yang makin berkurang Pemantauan kemajuan kehamilan dilakukan pada setiap kunjungan antenatal pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tinggi fundus uteri, memantau gerakan janin; mendiagnosa kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi serta penanganannya dan non medis konseling perawatan kehamilan dan persiapan rujukan Pemeriksaan, diagnosis pemantauan serta penanganan harus dilakukan sesuai standar. Namun dalam penerapan operasionalnya menurut Depkes 2010 dikenal standar minimal ”10T” untuk pelayanan Antenatal yang terdiri atas: 1 Timbang berat badan 2 Ukur tekanan darah 3 Tes nilai status gizi ukur lingkar lengan atas 4 Ukur tinggi fundus uteri 5 Tes DJJ denyut jantung janin 6 Pemberian imunisasai Tetanus Toksoid TT lengkap. 7 Pemberian tablet besi minimnal 90 tablet selama kehamilan 8 Tes terhadap penyakit menular seksual 9 Temu wicara dalam rangka pensiapan rujukan 10 Tatalaksana kasus. Kelompok the action on preeclampsia APEC mengenalkan sebuah brousur untuk membantu wanita memahami petingnya memeriksa tekanan darah mereka serta instruksi tentang kapan mencari rujukan bidan atau medis Henderson, 2005. Memperlakukan wanita sebagai mitra kerja-informasi tentang gejala yang dapat menunjukkan preeklampsia a. Sakit kepala berat b. Pandangan kabur atau kilatan cahaya c. Nyeri berat dibawah iga d. Muntah-muntahh e. Pembengkakan mendadak pada wajah, tangan dan kaki secara mendadak Sumber; APEC, 1996 Tabel 2.2 kotak brosur APEC

B. Preeklampsia

1. Pengertian preeklampsia Menurut Hacker 2001 preeklampsia dapat disebut sebagai hipertensi yang diinduksi-kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada kehamilan. Preeklampsia tidak semata-mata terjadi pada wanita muda pada kehamilan pertamanya. Preeklampsia ini paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan. Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria Cunningham et al, 2003. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasopspastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Preeklampsia terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sbelumnya memiliki tekanan darah normal Bobak dkk, 2005. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat. Eklamsia didiagnosa bila pada wanita dengan kriteria klinis preeklampsia, timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis lain seperti epilepsi Cunningham, F.Gary, 1995. Eklampsia adalah gejala preeklampsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan koma Manuaba, 2007.Sedangkan menurut Hacker, Moore 2001 eklampsia didefinisikan sebagai penambahan kejang umum pada sindroma preeklampsia ringan atau berat. Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri dan edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya Mochtar R, 1998. 2. Faktor resiko Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor resiko tersebut meliputi; a. Usia Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamilmelahirkan. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsiaeklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun usia muda kurang dari 20 thn Wiknjosastro dkk, 2002 dan Dudley, 1992. Wanita yang lebih tua mengalami peningkatan insiden hipertensi kronik seiring dengan pertambahan usia, beresiko lebih besar mengalami preeklampsia pada hipertensi kronik Cunningham, 2003. b. Paritas Kejadian 80 kasus hipertensi pada kehamilan, 3 –8 pasien terutama terjadi pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua Lewellyn, 2001. Karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat blocking antibodies belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua. c. Kehamilan gandamultipel Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6 preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah dislensia uterus. d. Genetik Preeklampsiaeklampsia bersifat herediter. Cooper dan liston 1997 meneliti kemungkinan bahwa kerentanan terhadap preeklamsia