110
Menurut ketentuan tersebut, pihak kreditur dapat menuntut pihak debitur yang lalai agar melakukan pemenuhan perjanjian atau pembatalan yang disertai
penggantian biaya, rugi dan bunga. Dengan demikian ia dapat menuntut pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi. Misalnya penggantian kerugian karena pemenuhan
prestasi terlambat. Bilamana ia dituntut ganti rugi saja, maka dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pemenuhan atau pembatalan perjanjian.
Dari uraian di atas, jelas bahwa pihak yang tidak mendapat kontra prestasi akibat
wanprestasi dapat
memilih tuntutan
guna penyelesaian
wanprestasi, pemenuhan perjanjian, pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi, ganti rugi saja,
pembatalan perjanjian dan pembatalan perjanjian disertai ganti rugi. Berdasarkan
uraian di
atas, jelaslah
bahwa perselisihan
akibat tunggakan kartu kredit dan konsumen pada bank dan lembaga keuangan
lainnya dalam
pelaksanaannya disebabkan
karena tidak
terlaksananya prestasi yang menjadi kewajiban para pihak sehingga berpotensi menimbulkan
sengketa.
C. Penyelesaian Wanprestasi dalam Penggunaan Kartu Kredit Oleh Pemegang Kartu Kredit
Terhadap sengketa yang timbul akibat tidak terlaksanakanya prestasi atau wanprestasi para pihak dalam perjanjian kredit bank dan lembaga pembiayaan
tentunya juga diperlukan adanya upaya penyelesaian sengketa sebagai solusi menghindari kerugian dari salah satu pihak. Nasabah atau debitur yang memperoleh
Universita Sumatera Utara
111
kredit dari bank atau nasabah pembiayaan konsumen dari lembaga pembiayaan seharusnya dapat mengembalikannya dengan
baik tepat pada waktu yang
diperjanjikan. Namun demikian, pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena
suatu sebab
tidak dapat
mengembalikan kreditpembiayaan
kepada banklembaga pembiayaan yang telah meminjamkannya.
Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas hutangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet. Sesuai dengan arti kredit macet, dapat
digambarkan bahwa nasabah sudah sulit diharapkan untuk dapat memenuhi
kewajibannya dengan suka rela sebagaimana yang diperjanjikan. Di pihak lain bank tidak mempunyai upaya untuk dapat memaksa langsung kepada nasabah tersebut
untuk melunasi hutangnya. Adanya kredit macet ini merupakan bentuk piutang bank yang juga berimbas
pada keuangan negara khususnya bagi bank milik pemerintah dan kerugian pemilik modalusaha pembiayaan bagi bank perusahaan pembiayaan.
Dalam kaitan dengan piutang negara, maka menurut Sutarno yang dimaksud dengan istilah penyelamatan
adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara Kreditor dan Debitor dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit
sehingga dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit tersebut diharapkan Debitor memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit itu.
116
116
Sutarno. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Alfabeta. Bandung, 2004. hlm. 265-266
Universita Sumatera Utara
112
Lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa bahwa tahap penyelamatan kredit ini belum memanfaatkan lembaga hukum karena debitor masih kooperatif dan dari
prospek usaha masih feasible. Penyelesaian kredit melalui tahap penyelamatan kredit ini dinamakan penyelesaian melalui restrukturisasi kredit.
117
Seperti halnya dengan ketentuan tentang Kualitas Aktiva Produktif KAP dan ketentuan tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP,
ketentuan restrukturisasi kredit inipun dikeluarkan pada tanggal 12 November 1998, dengan Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor: 31150KEPDIR. Surat Keputusan
ini kemudian diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 215PBI2000 tanggal 12 Juni 2000. Perubahan mana hanya dalam satu pasal, yaitu Pasal 12 ayat 1
huruf b. Dalam
Pasal 1
huruf c
Surat Keputusan
Bank Indonesia
Nomor 31150KEPDIR tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan restrukturisasi
kredit adalah upaya yang dilakukan Bank dalam usaha perkreditan agar Debitor dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain melalui:
118
1. Penurunan suku bunga kredit; 2. Pengurangan tunggakan bunga kredit; 3. Pengurangan tunggakan
pokok kredit; 4. Perpanjangan jangka waktu kredit; 5. Penambahan fasilitas kredit; 6. Pengambilan aset debitor sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 7. Konversi kredit
menjadi penyertaan modal sementara pada persusahaan debitor.
117
Ibid.
118
H.R. Daeng Naja. Hukum Kredit dan Bank Garansi The bankers Hand Book. PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005. hlm. 316
Universita Sumatera Utara
113
Sutarno juga mengemukakan bahwa langkah tepat dalam restrukturisasi yaitu penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan
tunggakan pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambil alihan agunanasset kredit, jaminan debitor dibeli oleh Bank,
konversi kredit menjadi modal sementara dan pemilikan saham, alih manajemen, pengambilalihan pengelolaan proyek, novasi pembaharuan hutang, subrograsi,
cessie, debitor menjual sendiri barang jaminan, bank menjual barang-barang jaminan di bawah tangan berdasarkan surat kuasa, penghapusan utang, cegah tangkal cekal
debitor macet.
119
Namun demikian, dalam pelaksanaannya hal ini tentu memerlukan suatu penelitian terlebih dahulu terhadap usaha dari Debitor tersebut, agar dapat
diambil langkah yang tepat dalam restrukturisasi. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam penyelesaian piutang
bank sebelum melakukan upaya restrukturisasi ditempuh pula berbagai metode berikut.
1. Pendekatan Secara Tertulis
a. Pemberian Surat Tagih dalam bentuk Laporan Kunjungan Nasabah LKN Laporan Kunjungan Nasabah ini diberikan oleh pihak bank kepada debitur
yang menunggak selama 90 hari atau 3 bulan dan belum melunasi kewajibannya. LKN berfungsi sebagai surat tagih sekaligus berita acara
penuangan hasil negoisasi dengan debitur.
119
Sutarno. Op.Cit. hlm. 267-294
Universita Sumatera Utara
114
b. Pemberian Surat Peringatan Apabila setelah diberi Surat Tagih yaitu Laporan Kunjungan Nasabah, debitur
masih juga belum melunasi kewajibannya, maka pihak bank akan memberikan suatu peringatan. Peringatan kepada debitur tersebut melalui pemberian surat
peringatan yang terdiri dari Surat Peringatan I, Surat Peringatan II dan Surat Peringatan III yang masing–masing berlaku selama 1 bulan. Untuk Surat
Peringatan III disertai dengan Surat Pernyataan untuk menarik dan mengamankan jaminan.
2. Pendekatan Secara Lisan
Apabila setelah diberi Surat Peringatan III, tetapi debitur belum melunasi kewajibannya maka pihak bank melakukan kunjungan untuk menilai usaha
debitur. Pihak bank melakukan pembinaan kepada debitur yang mempunyai kategori prospek baik dan itikad baik, prospek tidak baik dan itikad baik, dan
prospek tidak baik dan itikad tidak baik supaya menjadi kooperatif dan mau segera melunasi kewajibannya.
Setiap rencana
tindakan penanganan
kredit bermasalah
harus terdokumentasikan secara tertulis untuk setiap debitur. Identifikasi masalah
dan analisa strategi diperlukan dalam menentukan langkah yang tepat untuk mengetahui apakah kredit akan diselesaikan dengan strategi penerusan hubungan
apabila kondisi debitur masih dapat diperbaiki atau strategi pemutusan hubungan
Universita Sumatera Utara
115
apabila kondisi debitur tidak dapat diharapkan lagi termasuk koordinasi dengan instansi terkait. Identifikasi dalam menentukan langgah tindakan penyelesaian
tersebut meliputi : 1. Dokumentasi
Penguasaan, kelengkapan dan keabsahan dokumen merupakan bagian yang sangat penting dari manajemen risiko kredit. Pejabat kredit lini dan
administrasi kredit harus melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap seluruh dokumen kredit untuk mengetahui posisi Bank terhadap debitur terutama dari
aspek hukum. 2. Hubungan Dengan Debitur
Hal ini dilakukan melalui analisis dan evaluasi terhadap riwayat hubungan antara bank dengan debitur dalam sebuah perjanjian kredit atau dalam
perjanjian kredit yang bermasalah tersebut. 3. Informasi dan Investigasi
Informasi dan investigasi dimaksudkan untuk mengetahui keadaankondisi terakhir yang bersangkutan yang diperoleh dari pemasok, pelanggan relasi
bisnis dan intern perusahaan. Selanjutnya menurut Kasmir, Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan
dengan cara :
120
120
Khasmir, Manajemen Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001., hlm 129.
Universita Sumatera Utara
116
1. Kredit diperpanjangpenjadwalan kembali Rescheduling
Suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini sisi debitur diberikan keringanan
dalam masalah jangka waktu kredit pembayaran kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur
mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya 2.
Persyaratan Kembali Kredit Reconditioning Reconditioning maksudnya adalah bank mengubah berbagai persyaratan yang
ada seperti : a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu yaitu hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus
dibayar seperti biasa. c. Penurunan suku bunga
Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20 per tahun
diturunkan menjadi 18 per tahun. d. Pembebasan bunga
Pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah tidak mampu lagi membayar kredit tersebut, akan tetapi nasabah tetap
mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
Universita Sumatera Utara
117
3. Penataan Kembali Restructuring
Restructuring merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan
tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak. Tindakan ini meliputi : a. Dengan menambah jumlah kredit
b. Dengan menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai, tambahan dari pemilik.
4. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas. Seseorang nasabah dapat saja diselamatkan dengan kombinasi antara Rescheduling dengan Retructuring,
misalnya jangka waktu diperpanjang pembayaran bunga ditunda atau Reconditioning dengan Rescheduling misalnya jangka waktu diperpanjang modal ditambah.
5. Penyitaan Jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar- benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar
semua hutang–hutangnya. Selanjutnya bentuk penyelesaian kredit yang umum dilakukan pihak bank
terhadap kredit macet yang menjadipiutang bank adalah langkah penyelesaian kredit melalui lembaga hukum seperti Pengadilan atau Direktorat Jenderal
Piutang dan Lelang Negara atau Badan lainnya dikarenakan langkah penyelamatan sudah tidak
dimungkinkan kembali. Tujuan penyelesaian kredit melalui lembaga hukum ini
Universita Sumatera Utara
118
adalah untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan.
121
Benda jaminan dapat berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang sudah dijaminkan sejak awal atau
baru di sita eksekusi untuk dijual lelang oleh lembaga yang berwenang. Selain penyelesaian melalui tindakan secara administratif terhadap
kredit yang sudah pada tahap kualitas macet, maka penanganannya lebih banyak ditekankan
melalui beberapa upaya yang lebih bersifat pemakaian kelembagaan hukum, yaitu di antaranya :
a. Melalui Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara; b. Melalui Badan Peradilan;
c. Melalui Arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
122
Penyelesaian melalui Painitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara yang sekarang menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan
Lelang Negara DJPLN hanya khusus untuk menangani piutang-piutang negara. Penyelesaian melalui Badan Peradilan ini bersifat umum artinya setiap perkara
yang diajukan ke Pengadilan harus diselesaikan. Penyelesaian melalui arbitrase dan penyelesaian sengketa ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
121
Sutarno. Op.Cit. hlm. 267-294
122
Muhammad Djumhana, Op.Cit., hlm. 433.
Universita Sumatera Utara
119
oleh para pihak yang bersengketa. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 10 disebutkan bahwa alternatif penyelesaian sengketa dalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian
ahli. Akan tetapi. dalam masyarakat dewasa ini sering terdengar adanya tunggakan kreditpembiayaan bank maupun lembaga pembiayaan oleh kreditur dengan memakai
penagih hutang debt collector. Upaya kasus penagihan hutang tersebut dilakukan dengan cara dan memakai kekerasan.
D. Penggunaan Jasa Penagih Hutang Debt Collector Dalam Penyelesaian