Perjanjian Jual Beli dan Perjanjian Kartu Kredit

76 dianggap bersifat subjektif, sedang untuk mencapai agar isi dari nasehat yang dikatakan mengikat itu, dapat ditinjau, dapatlah dipergunakan Pasal 1339 KUH Perdata yang memperbolehkan hakim memperhatikan hal kepatuhan billikheid di samping kejujuran goede trouw. Itikad baik dapat dibedakan dalam pengertian subjektif dan objektif. Itikad baik dalam segi subjektif, berarti kejujuran. Hal ini berhubungan erat dengan sikap batin seseorang pada saat membuat perjanjian. Artinya sikap batin seseorang pada saat dimulainya suatu perjanjian itu seharusnya dapat membayangkan telah dipenuhinya syarat-syarat yang diperlukan. Itikad baik dalam segi objektif, berarti kepatuhan, yang berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian atau pemenuhan prestasi dan cara melaksanakan hak dan kewajiban haruslah mengindahkan norma- norma kepatuhan dan kesusilaan.

B. Perjanjian Jual Beli dan Perjanjian Kartu Kredit

Pada sub bab terdahulu telah dijelaskan bahwa Pasal 1313 KUH Perdata mengartikan perjanjian dengan “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri pada satu orang atau lebih”. Sudikno Mertokusumo “perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. 97 97 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 70. Universita Sumatera Utara 77 Berdasarkan pengertian tersebut, jelas bahwa melalui perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing- masing pihak yang membuat perjanjian. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi perjanjian yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi perjanjian sama dengan perundang-undangan, tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja. Secara hukum, perjanjian dapat di-paksakan berlaku melalui pengadilan. Hukum memberikan sanksi terhadap pelaku pelanggaran perjanjian atau ingkar janji wanprestasi. 98 Salah satu bentuk perjanjian adalah perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian penting yang paling sering dilakukan sehari-hari. Mengenai jual beli, Ahmadi Miru mengatakan bahwa “membeli dan menjual adalah dua kata kerja yang sering dipergunakan dalam istilah sehari-hari yang apabila digabungkan keduanya berarti salah satu pihak menjual dan pihak lainnya membeli, dan hal ini tidak dapat berlangsung tanpa pihak lainnya”. 99 Perjanjian jual beli ini menjadi salah satu dasar dari terjadinya pemindahaan hak milik dari satu orang kepada orang lain dengan suatu bentuk perjanjian termasuk dalam hal ini pemindahan hak milik atas tanah beserta rumah yang berdiri di atasnya. Memindahkan hak milik suatu benda termasuk hak atas tanah beserta rumah dapat dilakukan dengan jual beli. Pasal 1457 KUH Perdata menyebutkan : “Jual beli adalah 98 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Sumur, Bandung 1991, hlm. 92. 99 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak, Perancangan Kontrak, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 2. Universita Sumatera Utara 78 suatu persetujuan dimana pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”. Perjanjian jual beli dianggap telah terjadi pada saat pihak penjual dan pembeli telah tercapai kata sepakat tentang benda dan harganya, meskipun pembayaran harga atau penyerahan bendanya belum dilakukan. Selain itu, pengertian jual beli juga dikemukakan oleh S.B.Marsh dan J. Soulbsby yang dialih bahasakan oleh Abdul Kadir Muhammad bahwa perjanjian jual beli adalah perjanjian di mana penjual memindahkan atau setuju memindahkan hak miliknya atas suatu barang kepada pembeli sebagai imbalan sejumlah uang yang disebut harga. 100 Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa dalam perjanjian jual beli tercakup dua unsur yang pokok yaitu barang dan harga. Sehingga perjanjian jual beli dianggap sudah berlangsung antar pihak penjual dan pembeli, apabila mereka telah menyetujui dan bersepakat tentang “keadaan barang dan harga barang” tersebut. Perkataan jual beli menunjukkan bahwa satu pihak dinamakan penjual, sedang pihak yang lain dinamakan pembeli. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang timbal balik itu adalah sesuai dengan istilah Belanda “Koopt en Verkoopt” yaitu Verkoopt menjual dan Koopt membeli. 101 100 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian Busines Law, Alumni Bandung. 2006, hlm. 243. 101 Ibid. Universita Sumatera Utara 79 Pada prinsipnya perjanjian jual beli itu akan berakhir, jika harga barang telah dibayar dengan lunas oleh pembeli dan ia telah menerima penyerahan barang dari penjual. Hal ini berbeda dengan perjanjian sewa menyewa karena si penyewa hanya mempunyai hak untuk menikmati barang sewa sampai batas waktu yang diperjanjikan. Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa dalam perjanjian jual beli tercakup dua unsur yang pokok yaitu barang dan harga. Sehingga perjanjian jual beli dianggap sudah berlangsung antar pihak penjual dan pembeli, apabila mereka telah menyetujui dan bersepakat tentang “keadaan barang dan harga barang” tersebut. Pada prinsipnya perjanjian jual beli itu akan berakhir, jika harga barang telah dibayar dengan lunas oleh pembeli dan ia telah menerima penyerahan barang dari penjual. Selanjutnya dalam perjanjian jual beli juga dikenal dengan adanya pembayaran dengan menggunakan kartu kredit. Kartu kredit merupakan salah satu aspek dalam kehidupan masyarakat modern sebagai pengganti alat pembayaran konvensional. Perubahan gaya hidup dalam masyarakat modern membuat kartu kredit sudah lagi bukan merupakan barang mewah bagi sebagian orang, namun sudah merupakan kebutuhan untuk memiliki kartu kredit mengingat kemudahan dan kenyaman yang ditawarkan bagi penggunanya. Kartu kredit pada umumnya mencantumkan identitas Pemegang Kartu dan Penerbit Kartu, yakni bank atau lembaga pembiayaan, dalam hal ini perusahaan pembiayaan. Kartu kredit sering diistilahkan dengan kartu plastik karena terbuat dari bahan plastik dan berukuran kecil. Dalam Kamus Hukum Ekonomi, dinyatakan Universita Sumatera Utara 80 bahwa credit card kartu kredit adalah “Kartu yang dikeluarkan oleh Bank atau lembaga lain yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan uang, barang atau jasa secara kredit. 102 Johannes Ibrahim mengatakan bahwa kartu kredit adalah Uang plastik yang diterbitkan oleh suatu institusi yang memungkinkan pemegang kartu untuk memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya dan pembayaranya dapat dilakukan secara angsuran dengan membayar sejumlah bunga finance change atau sekaligus pada waktu yang telah ditentukan. 103 Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, yang dikutip Sunaryo kartu kredit adalah alat pembayaran melalui jasa bankperusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli barangjasa, atau alat untuk menarik uang tunai dari bankperusahaan pembiayaan. Kartu kredit tersebut diterbitkan berdasarkan perjanjian penerbitan kartu kredit. 104 Berdasarkan perjanjian tersebut, Pemegang Kartu berhak memperoleh pinjaman dana dari bankperusahaan pembiayaan. Kartu kredit pada dasarnya adalah kartu yang diterbitkan oleh bank atau perusahaan tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran atas transaksi barang atau jasa atau menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan disamping untuk melakukan penarikan uang tunai. Kartu kredit diterbitkan berdasarkan perjanjian penerbitan kartu kredit. Berdasarkan perjanjian tersebut, Pemegang Kartu kredit memperoleh pinjaman dana dari bank atau perusahaan pembiayaan. 102 Elly Erawaty dkk. , Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Cet. Pertama, Proyek ELIPS, 2000, hlm. 37. 103 Johannes Ibrahim, Kartu Kredit, Dilematis antara Kontrak dan Kejahatan, PT. Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm.11 104 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 115 Universita Sumatera Utara 81 Kartu kredit dapat diterbitkan oleh Bank atau lembaga lain kepada pihak Pemegang Kartu dengan terlebih dahulu dilakukan perjanjian keanggotaan kartu kredit. Penggunaan kartu kredit di Indonesia mulai marak setelah deregulasi perbankan dengan diterbitkannya Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0131988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Dalam Keppres No. 61 Tahun 1988 dan SK Menteri Keuangan No. 1251KMK.0131988 tersebut kartu kredit digolongkan sebagai kelompok usaha pembiayaan yang dijalankan oleh Perusahaan Kartu Kredit Credit Card Company. Di Indonesia, pengaturan yang berkaitan dengan kartu kredit ini adalah antara lain: 1. Peraturan Bank Indonesia No. 1111PBI09 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. Dalam Peraturan Bank Indonesia ini kartu kredit didefinisikan sebagai Alat Pembayaran Menggunakan Kartu yang dapat timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan danatau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran Pemegang Kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan Pemegang Kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus charge card ataupun dengan pembayaran secara angsuran. Universita Sumatera Utara 82 2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 1110DASP Tanggal 13 April 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Surat Edaran ini merupakan peraturan pelaksanaan atas PBI No. 1111PBI2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Surat Edaran ini mengatur pelaksanaan bagi para penyelenggara kartu kredit yaitu: a. Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin Sebagai Prinsipal, b. Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin Sebagai Penerbit, c. Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin Sebagai Acquirer, d. Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin Sebagai Penyelenggara Kliring danatau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, e. Pemrosesan Perizinan sebagai Principal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring danatau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, f. Pemberitahuan Tanggal Efektif Dimulainya Kegiatan Sebagai Principal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring danatau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, g. Penyelenggaraan APMK, h. Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin dan Menyampaikan Laboran Dalam Rangka Peralihan Perizinan Melalui Penggabungan, Peleburan, Pemisahan, atau Pengambilalihan, i. Pengawasan, Laporan Penyelenggaraan Kegiatan APMK, dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Denda, Universita Sumatera Utara 83 j. Pengembangan dan Penyediaan Sistem APMK yang Dapat Saling Dikoneksikan Interoperability dengan Sistem APMK lainnya. k. Pemrosesan Perizinan Sebagai Prinsipal, penerbit, technical dan financial acquirer serta lembaga keuangan non bank yang melakukan penyelenggaraan kartu kredit. 3. Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1998 tentang Lembaga Pembiayaan. Dalam Pasal 2 ayat 1 Keppres No. 61 Tahun 1998, lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi antara lain bidang usaha: a. Sewa guna usaha b. Modal ventura c. Pedagangan surat berharga d. Anjak piutang e. Usaha kartu kredit f. Pembiayaan konsumen. 4. Keputusan Menteri Keuangan No. 1251KMK.031988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. 5. Keputusan Menteri Keuangan No. 448KMK.0172000 sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 172KMK.062002 tentang Perusahaan Pembiayaan. Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini dimuat batasan tentang Perusahaan Kartu Kredit dan ketentuan untuk menyelenggarakan kartu kredit antara lain menyatakan bahwa usaha kartu kredit adalah usaha dalam kegiatan Universita Sumatera Utara 84 pemberian pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. 6. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Meskipun UU Perlindungan Konsumen mengatur perlindungan konsumen dalam arti luas, namun demikian dalam upaya perlindungan terhadap Pemegang Kartu dapat pula menggunakan UUPK ini sebagai dasar hukumnya. Dengan disahkannya UUPK pada 20 April 1999, masalah perlindungan konsumen telah dijadikan sebagai hal yang penting, artinya kehadiran undang-undang tersebut tidak saja memberikan posisi tawar yang kuat pada konsumen untuk menegakkan hak-haknya, melainkan juga agar dapat tercipta aturan main yang lebih fair bagi semua fihak. 7. UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Meskipun tidak mengatur tentang transaksi menggunakan Kartu Kredit, tetapi dengan diberlakukannya UU ITE ini, kedudukan Pemegang Kartu menjadi lebih terlindungi, terkait dengan alat bukti elektronik yang ada dalam transaksi dengan menggunakan kartu kredit. Saat ini ketentuan tentang penggunaan kartu kredit ini juga telah mengalami perubahan melalui Surat Edaran SE Bank Indonesia No. 1417DASP tanggal 07 Juni 2012 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu APMK perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Universita Sumatera Utara 85 No.1110DASP, Bank Indonesia telah memberikan panduan umum tentang tata cara penagihan.

C. Hak dan Kewajiban para pihak dalam Perjanjian Jual Beli dengan Kartu Kredit