119
oleh para pihak yang bersengketa. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 10 disebutkan bahwa alternatif penyelesaian sengketa dalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian
ahli. Akan tetapi. dalam masyarakat dewasa ini sering terdengar adanya tunggakan kreditpembiayaan bank maupun lembaga pembiayaan oleh kreditur dengan memakai
penagih hutang debt collector. Upaya kasus penagihan hutang tersebut dilakukan dengan cara dan memakai kekerasan.
D. Penggunaan Jasa Penagih Hutang Debt Collector Dalam Penyelesaian
Wanprestasi Oleh Pemegang Kartu Kredit
Dalam praktik, diketahui pula, walaupun bank dan lembaga keuangan lainnya berupaya meminimalisir adanya tunggakan dari dana yang disalurkan melalui
kartu kredit, namun tetap saja terjadi tunggakan. Terhadap tunggakan tersebut tentunya diperlukan upaya penagihan guna mengembalikan dana yang telah
disalurkan kepada nasabah sebagai konsumen pengguna jasa bank maupun lembaga pembiayaan lainnya.
Dalam prakteknya diketahui pula bahwa pihak bank maupun lembaga keuangan penerbit kartu kredit juga menggunakan jasa pihak ketiga sebagai penagih
hutang debt collector, dimana pihak bank melalui jasa penagih hutang tersebut baik secara perorangan maupun badan usaha jasa penagihan piutang mendatangi nasabah
untuk melakukan penagihan. Penunggak yang tidak mampu melunasi tagihan kartu
Universita Sumatera Utara
120
kreditnya, penagih utang debt collector yang diperintah oleh bank terhadap kredit yang bermasalah akan mengambil sejumlah barang baik bergerak maupun tidak
bergerak sebagai jaminan. Apabila penunggak telah melunasinya, maka jaminan itu akan dikembalikan, namun bila tidak dapat dilunasi tentu saja barang jaminan akan
diambil sebagai upaya pelunasan tunggakan hutangnya. Debt collector adalah pihak ketiga yang menghubungkan antara kreditur dan
debitur dalam hal penagihan kredit yang tertunggak atau pembiayaan konsumen yang macet. Penagihan melalui penagih hutang debt collector tersebut hanya dapat
dilakukan apabila kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori diragukan atau macet.
Penggunaan jasa penagih hutang debt collector dalam penyelesaian piutang lembaga keuangan baik oleh bank maupun lembaga pembiayaan pada awalnya
didasarkan pada ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia No.760DASP Tahun 2005 Bab IV angka 1 dan 2 yang isinya berbunyi sebagai berikut :
1. Apabila dalam menyelenggarakan kegiatan APMK Penerbit danatau
Financial Acquirer melakukan kerjasama dengan pihak lain di luar Penerbit danatau Financial Acquirer tersebut, seperti kerjasama dalam kegiatan
marketing, penagihan, danatau pengoperasian sistem, Penerbit danatau Financial Acquirer tersebut wajib memastikan bahwa tata cara, mekanisme,
prosedur, dan kualitas pelaksanaan kegiatan oleh pihak lain tersebut sesuai dengan tata cara, mekanisme, prosedur, dan kualitas apabila kegiatan tersebut
dilakukan oleh Penerbit danatau Financial Acquirer itu sendiri.
2. Dalam hal Penerbit menggunakan jasa pihak lain dalam melakukan penagihan transaksi Kartu Kredit, maka
Universita Sumatera Utara
121
a. Penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan Kartu Kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas
diragukan atau macet berdasarkan kriteria kolektibilitas yang digunakan oleh industri Kartu Kredit di Indonesia, dan
b. Penerbit wajib menjamin bahwa penagihan oleh pihak lain tersebut, selain wajib dilakukan dengan memperhatikan ketentuan pada angka 1, juga
wajib dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.
Dalam pelaksanaan upaya penagihan yang dilakukan oleh jasa penagih hutang debt collector sering mendapat tanggapan negatif dari nasabah konsumen bank
maupun lembaga keuangan lainnya. Hal ini diketahui dari adanya keluhan nasabah debitur atau pengguna kredit mengeluh terhadap jasa penagih hutang debt collector
dalam melakukan penagihan kredit, pembiayaan maupun tunggakan kartu kredit. Secara normatif di dunia perbankan maupun lembaga non perbankan,
penggunaan jasa pihak ketiga debt collector untuk menagih hutang para debitur bank dan debitur pembiayaan konsumen yang bermasalah memang bukan
sesuatu yang haram. Di banyak negara pun bank diperkenankan menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan penagihan melalui jasa penagih hutang debt
collector, namun tentu saja tetap tunduk dengan batasan-batasan tertentu yang diatur ketat.
Di Indonesia juga demikian, walaupun tidak ada aturan rinci yang mengatur mengenai batasan atau tata cara penagihan menggunakan jasa penagih hutang debt
collector. Melalui Surat Edaran SE Bank Indonesia No. 1110DASP tanggal 13 April 2009 perihal penyelenggaraan kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan
Universita Sumatera Utara
122
Kartu APMK, Bank Indonesia telah memberikan panduan umum tentang tata cara penagihan.
123
Berdasarkan ketentuan tersebut setidaknya ada 3 tiga pedoman yang disampaikan dalam surat edaran tersebut.
1 Pertama, dalam hal penerbit bank menggunakan jasa pihak lain dalam melakukan penagihan transaksi kartu kredit, maka penagihan oleh pihak lain
tersebut hanya dapat dilakukan jika kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan
kriteria kolektibilitas sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kolektibilitas.
2 Kedua, bank penerbit harus menjamin bahwa penagihan oleh pihak lain juga harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum. Ketiga, dalam
perjanjian kerjasama antara penerbit dan pihak lain untuk melakukan penagihan transaksi kartu kredit tersebut, harus memuat klausula tentang
tanggungjawab penerbit terhadap segala akibat hukum yang timbul akibat dari kerjasama dengan pihak lain tersebut.
Selanjutnya dapat pula dijelaskan bahwa dunia penagih hutang debt collector sebenarnya cukup luas dan memiliki cara kerja yang berbeda pula.Cara
123
Bobby R Manalu, Debt Collector Perlindungan Konsumen: Urgensi Reformasi Sistem Hukum Penagihan Hutang, http:politikana.com.html, Diakses April 2011
Universita Sumatera Utara
123
kerja tersebut,berdasarkan pada lama tunggakan debitur. Cara kerja atau tingkatan collector secara umum adalah sebagai berikut :
124
1. Bagian penagihan desk collector Pada level bagian penagihan desk collector, level ini adalah level yang
pertama dari dunia collector, dan cara kerja yang dilakukan oleh collector- collector ini adalah hanya mengingatkan tanggal jatuh tempo dari cicilan
debitur dan dilakukan dengan media telepon. Pada level ini collector hanya berfungsi sebagai pengingat reminder bagi debitur atas kewajiban membayar
cicilan. Bahasa yang di gunakan pun sangat sopan dan halus, mengingat orientasinya sebagai pelayan nasabah.
2. Penagih Hutang debt collector Level ini merupakan kelanjutan dari level sebelumnya, apabila ternyata
debitur yang telah dihubungi tersebut belum melakukan pembayaran, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran. Cara yang dilakukan oleh
penagih utang debt collector pada level ini adalah mengunjungi debitur dengan harapan mengetahui kondisi debitur beserta kondisi keuangannya.
Pada level ini collector memberikan pengertian secara persuasif mengenai kewajiban debitur dalam hal melakukan pembayaran angsuran. Hal hal yang
dijelaskan biasanya mengenai akibat yang dapat ditimbulkan apabila
124
Purbantoro, Debt Collector, http:purbantoro.wordpress.com, Diakses 25 Maret 2011.
Universita Sumatera Utara
124
keterlambatan pembayaran
tersebut tidak
segera diselesaikan.
Selain memberikan pengertian mengenai hal tersebut di atas, collector juga
memberikan kesempatan atau tenggang waktu bagi debitur untuk membayar angsurannya dan tidak lebih dari tujuh hari kerja. Meskipun sebenarnya bank
memberikan waktu hingga maksimal akhir bulan dari bulan yang berjalan, karena hal tersebut berhubungan dengan target collector.
Collector diperbolehkan menerima pembayaran langsung dari debitur, namun hal yang perlu diperhatikan oleh debitur adalah memastikan bahwa
debitur tersebut menerima bukti pembayaran dari collector tersebut,dan bukti tersebut merupakan bukti pembayaran dari perusahaan dimana debitur
tersebut memiliki kewajiban kredit bukan bukti pembayaran berupa kwitansi yang dapat diperjual belikan begitu saja diwarung warung.
3. JurusitaBagian Penyitaan collector remedial Apabila ternyata debitur masih belum melakukan pembayaran, maka
tunggakan tersebut akan diberikan kepada level yang selanjutnya yaitu juru sita collector remedial. Pada level ini yang memberikan kesan negatif
mengenai dunia dunia collector, karena pada level ini sistem kerja collector adalah dengan cara mengambil barang jaminan bila kredit yang disepakati
memiliki jaminan debitur.
Universita Sumatera Utara
125
Cara yang dilakukan dan perilaku collector pada level ini tergantung dari tanggapan debitur mengenai kewajibannya, dan menyerahkan jaminannya
dengan penuh kesadaran, maka dapat dipastikan bahwa collector tersebut akan bersikap baik dan sopan. Namun apabila debitur ternyata tidak memnberikan
itikad baik untuk menyerahkan barang jaminannya, maka collector tersebut ddengan sangat terpaksa akan melakukan kewajibannya dan menghadapi
tantangan dari debitur tersebut. Yang dilakukannya pun bervariasi mulai dari membentak, merampas dengan paksa dan lain sebagainya, dalam menggertak
debitur. Namun apabila dilihat dari segi hukum, collector tersebut tidak dibenarkan apabila sampai melakukan perkara pidana, seperti memukul,
merusak barang dan lain sebagaiannya, atau bahkan hal yang terkecil yaitu mencemarkan nama baik debitur.
Dalam praktek operasional perbankan maupun lembaga pembiayaan, khususnya untuk beberapa perusahaan perbankan, apabila kredit tidak
memiliki barang jaminan, maka tugas collector akan semakin berat karena tidak ada yang bertindak sebagai juru sita, hal tersebut yang memberikan
kesan kurang baik mengenai prilaku penagih hutang debt collector.
125
Oleh karena itu, dalam melakukan penagihan kredit, tak jarang debitur atau pengguna kredit mengeluh terhadap penagih hutang debt collector. Jumlah
125
Ibid.
Universita Sumatera Utara
126
pengaduan konsumen pengguna kredit meningkat dalam dua tahun terakhir. Ulah penagih hutang debt collector yang kasar menempati urutan pertama
dalam pengaduan konsumen. Penyelesaian persoalan antara nasabah dengan bank pemberi kredit atau perusahaan pemberi pembiayaan konsumen dalam
hal tunggakan tagihan kredit belum menemui titik terang. Buktinya, data yang ada di Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM
untuk permasalahan perbankan dalam dua tahun terakhir menduduki posisi pertama dalam daftar pengaduan konsumen.
Oleh karena itu, kemudian guna melengkapi ketentuan yang telah ada pemerintah namun pemerintah melalui Surat Edaran SE Bank Indonesia No.
1417DASP tanggal 07 Juni 2012 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu APMK perubahan atas Surat
Edaran Bank Indonesia No.1110DASP, Bank Indonesia telah memberikan panduan umum tentang tata cara penagihan. Adapun ketentuan yang
tercantum dalam Surat Edaran No. 1417 DASP adalah sebagai berikut: Ketentuan butir VII D diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Dalam bekerjasama dengan perusahaan penyedia jasa penagihan kartu kredit, penerbit APMK wajib memperhatikan dan memenuhi ketentuan:
a. Penagihan kartu kredit dapat dilakukan oleh penerbit kartu kredit dengan menggunakan tenaga penagihan sendiri atau tenaga penagihan dari
perusahaan penyedia jasa penagihan. b. Dalam melakukan penagihan kartu kredit baik menggunakan tenaga
penagihan sendiri atau tenaga penagihan dari perusahaan penyedia jasa penagihan, penerbit kartu kredit memastikan bahwa:
Universita Sumatera Utara
127
1 Tenaga penagihan telah memperoleh pelatihan yang memadai terkait dengan tugas penagihan dan etika penagihan sesuai ketentuan yang
berlaku; 2 Identitas setiap tenaga penagihan ditatausahakan dengan baik oleh
penerbit kartu kredit; 3 Tenaga penagihan dalam melaksanakan penagihan mematuhi pokok-
pokok penagihan sebagai berikut: a Menggunakan kartu identitas resmi yang dikeluarkan penerbit kartu
kredit, yang dilengkapi dengan foto diri yang bersangkutan; b Penagihan
dilarang dilakukan
dengan menggunakan
cara ancaman,kekerasan danatau tindakan yang bersifat mempermalukan
pemegang kartu kredit; c Penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan tekanan secara
fisik maupun verbal; d Penagihan dilarang dilakukan kepada pihak selain pemegang kartu
kredit; e Penagihan menggunakan sarana komunikasi dilarang dilakukan
secara terus-menerus yang bersifat mengganggu; f Penagihan hanya dapat dilakukan ditempat alamat penagihan atau
domisili pemegang kartu kredit; g Penagihan hanya dapat dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan
pukul 20.00 wilayah waktu alamat pemegang kartu kredit; dan h Penagihan di luar tempat danatau waktu sebagaimana dimaksud
pada huruf f dan g hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan danatau perjanjian dengan pemegang kartu kredit terlebih dahulu.
Selain memenuhi
pokok-pokok etika
penagihan sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf h. penerbit kartu kredit juga harus memastikan bahwa pihak lain yang menyediakan jasa
penagihan yang bekerjasama dengan penerbit kartu kredit juga mematuhi etika penagihan yang ditetapkan asosiasi penyelenggara
APMK.
c. Dalam hal penagihan kartu kredit dilakukan menggunakan tenaga penagihan dari perusahaan penyedia jasa penagihan,maka selain berlaku
ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf b, juga berlaku ketentuan sebagai berikut:
1 Penagihan kartu kredit menggunakan tenaga penagihan dan perusahaan
penyedia jasa penagihan hanya dapat dilakukan jika kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah termasuk dalam kualitas macet berdasarkan
criteria kolektibilitas sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas kredit;
2 Kerjasama antara penerbitkartu kredit dengan perusahaan penyedia jasa penagihan wajib dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai prinsip kehati-hatian bagi bank umum yang
Universita Sumatera Utara
128
melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
3 Penerbit kartu kredit wajib menjamin kualitas pelaksanaan penagihan kartu kredit oleh perusahaan penyedia jasa penagihan sama dengan jika
dilakukan sendiri oleh penerbit kartu kredit. Berdasarkan ketentuan terbaru mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu APMK tersebut diatas, oleh pihak bank dan perusahaa pembiayaan dijadikan dasar dalam penggunaan jasa penagih
hutang debt collector dalam menyelesaikan tunggakan kreditpembiayaan maupun pembiayaan konsumen. Hal ini dibenarkan oleh Rinaldy Tanjung bahwa berdasarkan
ketentuan yang ada setidaknya ada 3 tiga pedoman yang disampaikan dalam Surat Edaran tersebut, dimana
penerbit bank menggunakan jasa pihak lain dalam melakukan penagihan transaksi kartu kredit apabila termasuk dalam kategori
diragukan, pihak bank harus menjamin penagihan oleh pihak lain dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum dan dalam perjanjian kerjasama antara
penerbit dan pihak lain untuk melakukan penagihan transaksi kartu kredit tersebut, harus memuat klausula tentang tanggungjawab bank terhadap segala akibat hukum
yang timbul akibat dari kerjasama dengan pihak lain tersebut. Jadi dalam hal ini penggunaan jasa penagih hutang debt collector selain didasarkan pada ketentuan
PBI juga didasarkan atas kesepakatan pihak bank atau perusahaan dalam suatu bentuk perjanjian kerja sama penagihan, di mana pihak bank harus memuat klausula tentang
Universita Sumatera Utara
129
tanggungjawab penerbit terhadap segala akibat hukum yang timbul akibat dari kerjasama dengan jasa penagih hutang debt collector.
126
Adanya pembaharuan PBI dan upaya pencantuman klausula klausula tentang tanggung jawab bank terhadap segala akibat hukum yang timbul akibat dari
kerjasama dengan jasa penagih hutang debt collector dimaksudkan meminimalisir bank langsung menggunakan jasa debt collector, bagi konsumen yang beritikad baik,
sesungguhnya ada tindakan preventif yang dapat dilakukan. Bagi para debitur yang ingin menyelesaikan hutang-hutangnya, namun memiliki keterbatasan sumber
pendanaan atau memiliki perbedaan pendapat dengan Bank mengenai persoalan besaran hutang kartu kredit, konsumen pemegang kartu kredit dapat menempuh jalur
mediasi perbankan.
126
Rinaldi Tanjung, Staf Pelayanan dan Legal Officer Bank BII Medan, Wawancara,
Mei 2012
Universita Sumatera Utara
130
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan