Jenis Penelitian Obyek Penelitian Jenis Data dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, pada instansi pemerintah daerah tingkat kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta, yang digunakan untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah dari aspek keuangan.

B. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah instansi pemerintah daerah tingkat kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta yang meliputi tujuh kabupaten yaitu: kota Surakarta, kabupaten Sukoharjo, kabupaten Wonogiri, kabupaten Karanganyar, kabupaten Sragen, kabupaten Boyolali dan kabupaten Klaten.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data yang diperlukan antara lain : 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD tingkat kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta dan Provinsi Jawa Tengah tahun Anggaran 2004-2006. 2. Data Produk Domestik Regional Bruto PDRB kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta dan Provinsi Jawa Tengah tahun Anggaran 2004- 2006. 3. Data penduduk kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta dan Propinsi Jawa Tengah tahun 2004-2006. Data tersebut diperoleh dari buku-buku literature yang diterbitkan oleh BPS Semarang, daerah kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta dan Propinsi Jawa Tengah mulai tahun anggaran 2004-2006.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam memperoleh data adalah teknik dokumentasi, yaitu memperoleh data dari buku-buku literature yang diterbitkan oleh BPS Badan Pusat Statistik Semarang Propinsi Jawa Tengah mulai tahun anggaran 2004-2006.

E. Teknik Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif yaitu metode yang bermanfaat dalam membantu memecahkan permasalahan yang aktual dengan berusaha mengumpulkan, menyajikan, menganalisis, dan membandingkan data yang ada. Untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah tingkat kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta dalam menghadapi otonomi daerah, khususnya di bidang keuangan dapat digunakan analisis kinerja keuangan daerah. Menurut Sukanto Reksohadiprojo 2001:1550 untuk melihat kinerja keuangan daerah dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : 1 Derajad desentralisasi fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yaitu: c 100 x TPD Daerah Penerimaan Total PAD Daerah Asli Pendapatan d 100 x TPD Daerah Penerimaan Total BHPBP daerah untuk Pajak Bukan dan Pajak Hasil Bagi c 100 x TPD Daerah Penerimaan Total SB Daerah Sumbangan Dengan tujuan untuk mengetahui kemandirian suatu daerah otonom yaitu dengan membiayai pembangunan daerah, sebagian besar dananya dari PAD dan tidak menggantungkan subsidi dari pemerintah pusat yang lebih besar dengan kriteria kemandirian suatu daerah sebagai berikut : Apabila jumlah PAD dan BHPBP lebih besar dari jumlah subsidi dari pemerintah pusat berarti ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat semakin kecil dan sebaliknya. Apabila jumlah PAD dan BHPBP lebih kecil dari jumlah subsidi dari pemerintah pusat berarti ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat semakin besar. 2 Kebutuhan Fiskal Untuk mengetahui kebutuhan fiskal pemerintah daerah kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : Indek pelayanan publik perkapita pemerintah daerah kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta adalah : Indek Pelayanan Publik Perkapita IPPP = SKF Fiskal Kebutuhan Standar PPP publik jasa - jasa untuk perkapita n Pengeluara Keterangan : PPP = Jumlah pengeluaran rutin dan pembangunan per kapita masing- masing daerah. Rata-rata kebutuhan fiskal standar se-Jawa Tengah adalah : Standar Kebutuhan Fiskal SKF = kota kabupaten Jumlah penduduk Jumlah : daerah n pengeluara Jumlah Semakin tinggi indeknya, maka kebutuhan fiskal suatu daerah semakin besar. Dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah pengeluaran atau kebutuhan fiskal daerah dan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan penduduk untuk memenuhinya. Dengan kriteria penilaian adalah apabila jumlah pengeluaran perkapita suatu daerah lebih besar dibandingkan dengan standar kebutuhan fiskal, berarti kebutuhan fiskalnya besar. Dan apabila pemerintah daerah mampu mencukupi sebesar kebutuhan fiskal tersebut berarti pemerintah daerah sudah dianggap mampu. 3 Kapasitas Fiskal Fiscal Capacity Sama halnya dengan perhitungan kebutuhan fiskal diatas, untuk standar yang digunakan adalah PDRB perkapita se-Jawa Tengah atas dasar harga berlaku. Kapasitas fiskal pemerintah daerah kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta dapat dihitung sebagai berikut : Fiscal Capacity FC = standar fiskal Kapasitas penduduk Jumlah : PDRB Jumlah Kapasitas Fiskal Standar KFS = kota kabupaten Jumlah penduduk Jumlah : PDRB Jumlah Keterangan : PDRB = Produk Domestik Regional Bruto Semakin tinggi hasilnya maka kapasitas fiskal suatu daerah semakin tinggi. Dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan daerah dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah PAD yang kemudian diserahkan kepada pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Dengan penilaian, apabila jumlah PAD yang diserahkan kepada pemerintah daerah lebih besar dari jumlah kebutuhan fiskal daerah tersebut berarti potensi untuk mendapatkan PAD di daerah tersebut cukup bagus tanpa subsidi dari pemerintah pusat. Jadi apabila pendapatan kapasitas fiskal lebih besar dari pengeluaran atau kebutuhan fiskal sama dengan surplus, dapat dikatakan bahwa daerah tersebut sudah mampu membiayai kebutuhan fiskal daerahnya. Dan apabila pendapatan kapasitas fiskal lebih kecil dari pengeluaran kebutuhan fiskal sama dengan defisit, dapat dikatakan bahwa daerah tersebut belum mampu membiayai sendiri kebutuhan fiskalnya dan masih harus ditutup subsidi dari pemerintah pusat. 4 Upaya FiskalPosisi Fiskal Posisi fiskal dihitung dengan mencari koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB. Semakin elastis PAD, maka struktur PAD di daerah akan semakin baik. Upaya fiskal dapat dihitung sebagai berikut : Elastisitas PAD terhadap PDRB harga berlaku = Bruto Regional Domestik Produk Daerah Asli Pendapatan ∆ ∆ Keterangan : ∆ = Perubahan Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat PAD dengan laju pertumbuhan produk domestik regional bruto dengan kriteria penilaian yaitu apabila PDRB naik satu persen maka akan berpengaruh pada PAD. Untuk menganalisis kinerja keuangan di eks Karesidenan Surakarta dilakukan perbandingan derajat otonomi fiskal daerah antar pemerintah daerah selama periode tahun anggaran 2004 sampai dengan 2006 di eks Karesidenan Surakarta yang meliputi : 1. Derajat desentralisasi fiskal 2. Kebutuhan fiskal 3. Kapasitas fiskal 4. Upaya fiskalposisi fiskal 38

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Menghadapi Otonomi Daerah Ditinjau Aspek Keuangan (Studi Empiris pada Wilayah Kabupaten Sukoharjo).

0 1 8

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Wilayah karesidenan Surakarta).

0 0 9

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU ASPEK KEUANGAN" (Studi Empiris pada Wilayah Eks Karesidenan Surakarta).

0 0 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK DESENTRALISASI FISKAL ( Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten / Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ).

0 0 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus pada PEMDA Grobogan periode 2006-2008).

0 3 8

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 13

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 7

Lampiran 1 ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 27

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo).

0 2 13

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo).

0 1 8