Kebutuhan Fiskal Analisis Data dan Pembahasan

TPD selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami perubahan yang fluktuatif, BHPBP tahun 2004 sebesar Rp.25.146.164.117 atau 4,86, tahun 2005 naik menjadi 4,92 dan tahun 2006 turun menjadi 3,58. Proporsi sumbangan juga mengalami perubahan selama tiga tahun 2004- 2006. Untuk tahun 2004 sebesar Rp.499.712.277.827 atau 86,83 dan tahun 2005 sebesar Rp.477.280.921.848 atau 85,85, tahun 2006 sebesar 87,74 atau Rp.697.073.562.634. Hal ini menunjukkan kinerja Kabupaten Klaten selama tiga tahun 2004-2006 mengalami perkembangan yang semakin buruk dimana proporsi PAD yang semakin menurun, proporsi BHPBP dan sumbangan setiap tahun yang mengalami perubahan. Apabila rasio PAD dan BHPBP dibandingkan dengan subsidi dari pemerintah pusat, maka dapat dikatakan kinerja Kabupaten Klaten masih rendah, karena selama tiga tahun anggaran tersebut rasio PAD dan BHPBP memiliki proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan subsidi dari pemerintah pusat.

2. Kebutuhan Fiskal

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah pengeluaran atau kebutuhan fiskal daerah dan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan penduduk untuk memenuhinya. Kebutuhan Fiskal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Indek pelayanan publik perkapita pemerintah daerah kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta adalah : Indek Pelayanan Publik Perkapita IPPP = SKF Fiskal Kebutuhan Standar PPP publik jasa - jasa untuk perkapita n Pengeluara Rata-rata kebutuhan fiskal standar se-Jawa Tengah adalah : Standar Kebutuhan Fiskal SKF = kota kabupaten Jumlah penduduk Jumlah : daerah n pengeluara Jumlah Pembahasan mengenai kebutuhan fiskal, dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel IV.15 Kebutuhan Fiskal Kota Surakarta Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PPP Rp 2 SKF Rp 3 IPPP x 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 688.608,06 2.268,75 303,52 - 2005 667.202,88 2.549,30 261,72 -41,8 2006 917.454,80 3.553,32 258,19 -3,53 Rata-rata 757.755,25 2.790,46 274,48 -22,67 Sumber: Data APBD diolah, Lihat Lampiran 2 Berdasarkan tabel IV.15 terlihat bahwa indek pelayanan publik perkapita atau pelayanan publik perkapita Kota Surakarta selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami perkembangan yang fluktuatif, dari IPPPPPP yang semula di tahun 2004 sebesar Rp.688.608,06 atau 303,52 kali dari standar kebutuhan fiskalnya, kemudian di tahun 2005 turun menjadi Rp.667.202,88 atau 261,72 kali, akan tetapi pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar Rp.917.454,80 atau 258,19 kali. Demikian juga dengan jumlah standar kebutuhan fiskal se-Jawa Tengah juga mengalami kenaikan, pada tahun 2004 sebesar Rp.2.268,75, kemudian di tahun 2005 naik menjadi Rp.2.549,30, dan di tahun 2006 naik lagi menjadi Rp.3.553,32. Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan fiskal Kota Surakarta selama tiga tahun anggaran 2004-2006 untuk setiap tahunnya lebih besar dari standar kebutuhan fiskalnya, dan jika dilihat secara rata-rata kebutuhan fiskal sebesar Rp. 757.755,25 atau 274,48 kali lipat dari standar kebutuhan fiskal daerah Rp. 2.790,46. Hal ini berarti bahwa kebutuhan fiskal Kota Surakarta besar, baik untuk setiap tahunnya maupun secara rata-rata selama tiga tahun, sehingga dapat dikatakan Pemerintah Kota Surakarta dalam memenuhi kebutuhan fiskalnya dianggap mampu, karena kebutuhan fiskal daerahnya lebih besar dari standar kebutuhan fiskal se-Jawa Tengah atau mampu mencukupi kebutuhan fiskal daerahnya. Tabel IV.16 Kebutuhan Fiskal Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PPP Rp 2 SKF Rp 3 IPPP x 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 403.275,68 2.268,75 177,75 - 2005 393.813,90 2.549,30 154,48 -23,27 2006 598.256,92 3.553,32 168,37 13,89 Rata-rata 465.155,5 2.790,46 166,87 -4,69 Sumber: Data APBD diolah, Lihat Lampiran 2 Berdasarkan tabel IV.16, terlihat bahwa kebutuhan fiskal Kabupaten Sukoharjo besar. Hal ini disebabkan jumlah kebutuhan fiskal tahun anggaran 2004-2006 lebih besar dari standar kebutuhan fiskal daerahnya. Ini berarti Kabupaten Sukoharjo sudah dianggap mampu memenuhi kebutuhan fiskalnya, karena pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo mampu mencukupi sebesar kebutuhan fiskal daerahnya. Tabel IV.17 Kebutuhan Fiskal Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PPP Rp 2 SKF Rp 3 IPPP x 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 435.381,94 2.268,75 191,90 - 2005 436.298,06 2.549,30 171,14 -20,76 2006 604.226,77 3.553,32 170,05 -1,09 Rata-rata 491.968,92 2.790,46 177,69 -10,93 Sumber: Data APBD diolah, Lihat Lampiran 2 Berdasarkan tabel IV.17, perkembangan kebutuhan fiskal Kabupaten Wonogiri selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami penurunan. Tahun 2004 indeks pelayanan publik per kapita sebesar 191,90 kali dari SKF-nya Rp.2.268,75 atau sebesar Rp.435.381,94. Tahun 2005 turun menjadi 171,40 kali dari SKF-nya Rp.2.549,30 yaitu Rp.436.298,06 dan di tahun 2006 turun lagi menjadi 170,05 kali dari SKF- nya Rp.3.553,32 yaitu Rp.604.226,77. Atas dasar analisis tersebut dapat dikatakan bahwa Kabupaten Wonogiri selama tiga tahun anggaran 2004- 2006 besar, karena jumlah kebutuhan fiskalnya lebih besar dari standar kebutuhan fiskal daerahnya. Sehingga pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri dianggap mampu untuk memenuhi kebutuhan fiskal daerahnya. Tabel IV.18 Kebutuhan Fiskal Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PPP Rp 2 SKF Rp 3 IPPP x 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 428.053,61 2.268,75 188,67 - 2005 465.964,19 2.549,30 182,78 -5,89 2006 616.868,31 3.553,32 173,60 -9,18 Rata-rata 503.628,70 2.790,46 181,68 -7,54 Sumber: Data APBD diolah, Lihat Lampiran 2 Kebutuhan fiskal Kabupaten Karanganyar selama tiga tahun anggaran, terbesar pada tahun 2004 sebesar 188,67 kali dan terkecil berada pada tahun 2006 sebesar 173,60 kali lihat tabel IV.18. Jika dilihat secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kebutuhan fiskal Kabupaten Karanganyar selama tiga tahun anggaran 2004-2006 besar karena kebutuhan fiskalnya lebih besar dari standar kebutuhan fiskal daerahnya. Sehingga pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar dianggap mampu untuk memenuhi kebutuhan fiskal daerahnya. Tabel IV.19 Kebutuhan Fiskal Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PPP Rp 2 SKF Rp 3 IPPP x 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 440.690,20 2.268,75 194,24 - 2005 475.360,75 2.549,30 186,47 -7,77 2006 691.824,36 3.553,32 194,69 8,22 Rata-rata 535.958,44 2.790,46 191,80 0,23 Sumber: Data APBD diolah, Lihat Lampiran 2 Berdasarkan tabel IV.19, terlihat bahwa rasio kebutuhan fiskal Kabupaten Sragen selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami perubahan yang fluktuatif. Semula indek pelayanan publik per kapita tahun 2004 sebesar 194,24 kali lipat dari standar kebutuhan fiskal Rp.2.268,75 atau sebesar Rp.440.690,20, pada tahun 2005 turun menjadi 186,47 kali lipat dari Rp.2.549,30 atau sebesar Rp.475.360,75 dan pada tahun 2006 naik menjadi 194,69 kali lipat dari Rp.3.553,32 atau sebesar Rp.691.824,36. Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat bahwa selama tiga tahun anggaran 2004-2006 kebutuhan fiskal Kabupaten Sragen lebih besar dari standar kebutuhan fiskal daerahnya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan fiskal Kabupaten Sragen besar dan mampu untuk memenuhi kebutuhan fiskal daerahnya. Tabel IV.20 Kebutuhan Fiskal Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PPP Rp 2 SKF Rp 3 IPPP x 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 424.585,59 2.268,75 187,15 - 2005 453.926,74 2.549,30 178,06 -9,09 2006 571.099,72 3.553,32 160,72 -17,34 Rata-rata 483.204,02 2.790,46 175,31 -13,22 Sumber: Data APBD diolah, Lihat Lampiran 2 Proporsi kebutuhan fiskal Kabupaten Boyolali selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami penurunan, tetapi standar kebutuhan fiskalnya meningkat lihat tabel IV.20. Kebutuhan fiskal tahun 2004 sebesar Rp.424.585,59 atau 187,15 kali lipat standar kebutuhan fiskal daerah Rp.2.268,75, tahun 2005 turun menjadi 178,06 kali lipat standar kebutuhan fiskal daerahnya Rp.2.549,30 atau Rp.453.926,74 dan tahun 2006 turun lagi menjadi 160,72 kali lipat standar kebutuhan fiskal Rp.3.553,22 atau Rp.571.099,72. Hal ini menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun semakin kecil. Jika kebutuhan fiskal dibandingkan standar kebutuhan fiskal daerah, maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan fiskal Kabupaten Boyolali besar, karena kebutuhan fiskalnya lebih besar dari standar kebutuhan fiskal daerahnya. sehingga dapat dikatakan pemerintah daerah Kabupaten Boyolali dalam memenuhi kebutuhan fiskalnya dianggap mampu mencukupi kebutuhan fiskal daerahnya. Tabel IV.21 Kebutuhan Fiskal Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PPP Rp 2 SKF Rp 3 IPPP x 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 439.022,24 2.268,75 193,51 - 2005 457.387,42 2.549,30 179,42 -14,09 2006 991.781,24 3.553,32 279,11 99,69 Rata-rata 629.396,97 2.790,46 217,35 42,8 Sumber: Data APBD diolah, Lihat Lampiran 2 Kebutuhan fiskal Kabupaten Klaten selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami perubahan yang fluktuatif lihat tabel IV.21. Kebutuhan fiskal tahun 2004 sebesar Rp.439.022,24 atau 193,51 kali lipat standar kebutuhan fiskalnya Rp.2.268,75, tahun 2005 sebesar Rp.457.387,42 atau 179,42 kali lipat dari Rp.2.549,30 dan tahun 2006 sebesar Rp.991.781,24 atau 279,11 kali lipat dari Rp.3.553,32. Jika kita amati selama tiga tahun anggaran 2004-2006, kebutuhan fiskal setiap tahunnya lebih besar dari standar kebutuhan fiskal daerahnya, maka dapat dikatakan kebutuhan fiskal daerah Kabupaten Klaten besar dan sudah dianggap mempu untuk memenuhi kebutuhan fiskal daerahnya.

3. Kapasitas Fiskal

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Menghadapi Otonomi Daerah Ditinjau Aspek Keuangan (Studi Empiris pada Wilayah Kabupaten Sukoharjo).

0 1 8

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Wilayah karesidenan Surakarta).

0 0 9

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU ASPEK KEUANGAN" (Studi Empiris pada Wilayah Eks Karesidenan Surakarta).

0 0 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK DESENTRALISASI FISKAL ( Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten / Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ).

0 0 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus pada PEMDA Grobogan periode 2006-2008).

0 3 8

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 13

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 7

Lampiran 1 ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 27

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo).

0 2 13

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo).

0 1 8