Derajad Desentralisasi Fiskal Analisis Data dan Pembahasan

B. Analisis Data dan Pembahasan

Kemampuan keuangan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan di daerah. Gambaran mengenai keuangan daerah dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, dalam anggaran tersebut tercantum pos-pos penerimaan dan pengeluaran daerah. Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah daerah kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta dapat dilakukan analisis desentralisasi fiskal. Menurut Reksohadiprojo 2001 : 155, untuk melihat kinerja keuangan daerah dapat dilakukan perhitungan terhadap: derajad desentralisasi fiskal, kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, dan upaya fiskalposisi fiskal. Perhitungan keempat rasio dari tujuh kabupatenkota di eks Karesidenan Surakarta adalah sebagai berikut :

1. Derajad Desentralisasi Fiskal

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kemandirian suatu daerah otonom yaitu dengan membiayai pembangunan daerah, sebagian besar dananya dari PAD dan tidak menggantungkan subsidi dari pemerintah pusat yang lebih besar. Derajad Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 1. 100 x TPD Daerah Penerimaan Total PAD Daerah Asli Pendapatan 2. 100 x TPD Daerah Penerimaan Total BHPBP daerah untuk Pajak Bukan dan Pajak Hasil Bagi 3. 100 x TPD Daerah Penerimaan Total SB Daerah Sumbangan Pembahasan mengenai derajad desentralisasi fiskal, dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel IV.8 Derajad Desentralisasi Fiskal Kota Surakarta Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PAD 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 53.637.938.000 350.006.477.000 15,32 - 2005 62.602.084.457 366.098.584.546 17,09 1,77 2006 78.637.865.549 510.880.033.618 15,39 -1,7 Rata-rata 64.959.296.002 408.995.031.721,33 15,93 0,035 Tahun 1 BHPBP 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 29.650.000.000 350.006.477.000 8,47 - 2005 34.487.387.089 366.098.584.546 9,42 0,95 2006 38.242.498.936 510.880.033.618 7,49 -1,93 Rata-rata 34.126.628.675 408.995.031.721,33 8,46 -0,49 Tahun 1 Sumbangan 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 266.718.539.000 350.006.477.000 76,20 - 2005 269.009.095.000 366.098.584.546 73,36 -2,84 2006 393.999.669.133 510.880.033.618 77,12 3,76 Rata-rata 309.909.101.044,33 408.995.031.721,33 75,56 0,46 Sumber : Data APBD diolah, Lihat Lampiran 1 Berdasarkan tabel IV.8 terlihat bahwa jumlah Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Surakarta selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami peningkatan, dari PAD yang semula di tahun 2004 sebesar Rp.53.637.938.000 kemudian naik pada tahun 2005 menjadi Rp.62.602.084.457 dan naik lagi Rp. 78.637.865.549 di tahun 2006. Tetapi jika dilihat dari proporsi PAD terhadap TPD selama tiga tahun anggaran mengalami perkembangan yang fluktuatif, dari proporsi PAD yang semula di tahun 2004 sebesar 15,32 meningkat menjadi 17,09 di tahun 2005, dan di tahun 2006 turun menjadi 15,39. Perbedaan antara perkembangan proporsi PAD dan jumlah PAD tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah PAD untuk setiap tahunnya tidak seimbang dengan peningkatan jumlah total penerimaan daerahnya. Begitu juga dengan jumlah Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP selama tiga tahun anggaran, juga mengalami peningkatan dari semula di tahun 2004 sebesar Rp. 29.650.000.000, pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 34.487.387.089, dan meningkat lagi menjadi Rp. 38.242.498.936. Proporsi BHPBP mengalami perkembangan yang fluktuatif, dari tahun 2004 sebesar 8,47, di tahun 2005 naik menjadi 9,42 dan turun menjadi 7,49 di tahun 2006. Perbedaan tersebut juga disebabkan oleh faktor yang sama. Dan jika dilihat dari rasio sumbangan atau bantuan dari pemerintah pusat terhadap total penerimaan daerah juga mengalami kondisi yang serupa dengan PAD dan BHPBP. Jumlah sumbangan dari pemerintah pusat juga mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2004 sebesar Rp.266.718.539.000 naik menjadi Rp.269.009.095.000 di tahun 2005 dan pada tahun 2006 juga naik sebesar Rp. 393.999.669.133. Tetapi jika dilihat dari proporsi sumbangan atau subsidi pemerintah pusat mengalami perkembangan yang fluktuatif, dari tahun 2004 sebesar 76,20, tahun 2005 turun 73,36 dan di tahun 2006 mengalami kenaikan 77,12. Jika dilihat dari perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa PAD dan BHPBP selama tiga tahun anggaran, untuk setiap tahunnya memiliki proporsi atau jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan proporsi atau jumlah sumbangan dari pemerintah pusat dan jika dilihat secara rata-rata selama tiga tahun anggaran proporsi PAD sebesar 15,93 dan BHPBP sebesar 8,46, sedangkan sumbangan dari pemerintah pusat mempunyai proporsi yang lebih besar yaitu 75,56. Hal tersebut berarti bahwa kinerja pemerintah Kota Surakarta dapat dikatakan masih rendah, karena proporsi sumbangan lebih besar jika dibandingkan dengan proporsi PAD dan BHPBP. Tabel IV.9 Derajad Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PAD 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 20.282.743.000 338.326.841.000 6,00 - 2005 30.384.474.927 380.338.167.080 7,98 1,98 2006 44.008.080.723 549.271.165.763 8,01 0,03 Rata-rata 31.558.432.883,33 422.645.391.281 7,33 1,01 Tahun 1 BHPBP 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 15.693.000.000 338.326.841.000 4,64 - 2005 27.701.010.302 380.338.167.080 7,28 2,64 2006 31.537.109.068 549.271.165.763 5,74 -1,54 Rata-rata 24.977.039.790 422.645.391.281 5,89 0,55 Tahun 1 Sumbangan 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 302.351.098.000 338.326.841.000 89,37 - 2005 322.121.493.030 380.338.167.080 84,69 -4,68 2006 473.559.722.544 549.271.165.763 86,21 1,52 Rata-rata 366.010.771.191,33 422.645.391.281 87,76 -1,58 Sumber : Data APBD diolah, Lihat Lampiran 1 Berdasarkan tabel IV.9, terlihat proporsi atau jumlah PAD dan BHPBP terhadap TPD Kabupaten Sukoharjo selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami peningkatan. Dari PAD yang semula di tahun 2004 sebesar Rp.20.282.743.000 atau 6,00 di tahun 2005 naik menjadi Rp.30.384.474.927 atau 7,98 dan naik lagi menjadi Rp.44.008.080.723 atau 8,01 di tahun 2006. Begitu juga dengan proporsi BHPBP juga mengalami perubahan. Dari BHPBP semula di tahun 2004 sebesar Rp.15.693.000.000 atau 4,64 naik menjadi Rp.27.701.010.302 atau 7,28 di tahun 2005. Kemudian di tahun 2006 naik lagi menjadi Rp.31.537.109.068 atau 5,74 dari total penerimaan daerah. Jumlah sumbangan atau subsidi juga mengalami kenaikan, yang semula di tahun 2004 sebesar Rp.302.351.098.000 dengan proporsi 89,37, dan di tahun 2005 sebesar Rp.322.121.493.030 atau 84,69, naik lagi menjadi Rp.473.559.722.544 dengan 86,21 di tahun 2006. Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Sukoharjo selama tiga tahun anggaran 2004-2006 masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya proporsi PAD dan BHPBP jika dibandingkan dengan sumbangan atau subsidi dari pemerintah pusat yang memiliki proporsi yang lebih besar. Tabel IV.10 Derajad Desentralisasi Fiskal Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PAD 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 31.261.000.000 416.668.000.000 7,50 - 2005 33.379.000.000 449.382.000.000 7,43 -0,07 2006 47.864.000.000 656.394.000.000 7,29 -0,14 Rata-rata 37.501.333.333,33 507.481.333.333,33 7,41 0,11 Tahun 1 BHPBP 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 13.512.000.000 416.668.000.000 3,24 - 2005 21.560.000.000 449.382.000.000 4,79 1,55 2006 27.413.000.000 656.394.000.000 4,18 -0,61 Rata-rata 20.828.333.333,33 507.481.333.333,33 4,07 0,94 Tahun 1 Sumbangan 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 371.895.000.000 416.668.000.000 89,25 - 2005 399.444.000.000 449.382.000.000 87,77 -1,48 2006 581.117.000.000 656.394.000.000 88,53 0,76 Rata-rata 450.818.666.666,67 507.481.333.333,33 88,52 -0,36 Sumber : Data APBD diolah, Lihat Lampiran 1 Berdasarkan tabel IV.10, dapat dikatakan selama tiga tahun anggaran 2004-2006 pemerintah Kabupaten Wonogiri kinerjanya masih rendah. Hal ini disebabkan PAD dan BHPBP tahun anggaran 2004-2006 memiliki proporsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumbangan atau subsidi dari pemerintah pusat. Hal ini berarti dalam memenuhi pembiayaan kebutuhan daerahnya masih memerlukan bantuan dari pemerintah pusat atau ketergantungan Kabupaten Wonogiri kepada pemerintah pusat semakin besar. Tabel IV.11 Derajad Desentralisasi Fiskal Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PAD 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 29.485.262.726 373.132.453.105 7,90 - 2005 34.302.565.951 391.630.897.627 8,76 0,86 2006 46.052.120.123 547.727.747.917 8,41 -0,35 Rata-rata 36.613.316.266,67 437.497.032.883 8,36 0,26 Tahun 1 BHPBP 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 21.608.765.467 373.132.453.105 5,79 - 2005 25.391.746.174 391.630.897.627 6,48 0,69 2006 26.383.270.154 547.727.747.917 4,82 -1,66 Rata-rata 24.461.260.598,33 437.497.032.883 5,69 -0,49 Tahun 1 Sumbangan 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 322.038.424.912 373.132.453.105 86,31 - 2005 331.936.585.502 391.630.897.627 84,76 -1,55 2006 475.292.357.640 547.727.747.917 86,78 2,02 Rata-rata 376.422.456.018 437.497.032.883 85,95 0,24 Sumber : Data APBD diolah, Lihat Lampiran 1 Berdasarkan tabel IV.11 dapat dikatakan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Karanganyar selama tiga tahun anggaran 2004-2006, yang terbaik adalah tahun 2005, proporsi PAD menjadi 8,76. Begitu juga dengan proporsi BHPBP naik menjadi 6,48. Proporsi sumbangan atau subsidi turun menjadi 84,76. Sebaliknya tahun 2006 kinerjanya menurun, dimana proporsi PAD, BHPBP terhadap TPD turun sedangkan proporsi sumbangan meningkat. Jika dilihat secara keseluruhan, kinerja pemerintah Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan masih rendah dibandingkan dengan proporsi sumbangan dari pemerintah pusat. Tabel IV.12 Derajad Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PAD 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 43.547.105.781 395.271.903.830 11,02 - 2005 42.848.549.000 411.992.262.000 10,40 -0,62 2006 52.019.759.755 617.931.704.145 8,42 -1,98 Rata-rata 46.138.471.512 475.065.289.991,67 9,95 -1,30 Tahun 1 BHPBP 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 39.536.844.533 395.271.903.830 10 - 2005 20.979.572.000 411.992.262.000 5,09 -4,91 2006 25.452.932.488 617.931.704.145 4,11 -0,98 Rata-rata 28.656.449.673,67 475.065.289.991,67 6,40 -2,95 Tahun 1 Sumbangan 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 312.187.953.516 395.271.903.830 78,98 - 2005 348.164.141.000 411.992.262.000 84,51 5,53 2006 540.459.011.902 617.931.704.145 87,46 2,95 Rata-rata 400.270.368.806 475.065.289.991,67 83,65 4,24 Sumber : Data APBD diolah, Lihat Lampiran 1 Berdasarkan tabel IV.12, terlihat bahwa proporsi atau jumlah PAD dan BHPBP terhadap TPD Kabupaten Sragen selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami perubahan. PAD tahun 2004 sebesar Rp.43.547.105.781 atau 11,02 kemudian tahun 2005 turun menjadi Rp.42.848.549.000 atau 10,40 dan pada tahun 2006 naik menjadi Rp.52.019.759.755 atau 8,24. Rasio BHPBP pada tahun 2004 Rp.39.536.844.533 kemudian tahun 2005 turun menjadi Rp.20.979.572.000 atau 5,09. Pada tahun 2006 naik menjadi Rp.25.452.932.488 dan proporsi BHPBP turun menjadi 4,11. Sebaliknya proporsi pada sumbangan atau subsidi dari pemerintah pusat mengalami kenaikan. Dari semula tahun 2004 sebesar 78,98 Rp.312.187.953.516, pada tahun 2005 naik menjadi 84,51 Rp.384.164.141.000 dan pada tahun 2006 naik lagi menjadi 87,46 Rp.540.459.011.902. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan selama tiga tahun anggaran, kinerja Kabupaten Sragen dari tahun ke tahun semakin menurun. Jika proporsi PAD dan BHPBP tersebut dibandingkan dengan proporsi sumbangan, maka terdapat selisih yang sangat jauh atau PAD dan BHPBP memiliki proporsi yang lebih sedikit dibandingakan dengan subsidi pemerintah pusat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja Kabupaten Sragen masih rendah, karena masih memerlukan bantuan pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Tabel IV.13 Derajad Desentralisasi Fiskal Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PAD 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 36.970.682.463 403.049.052.311 9,17 - 2005 49.816.906.083 439.245.327.765 11,34 2,17 2006 59.307.283.906 630.290.112.803 9,41 -1,93 Rata-rata 48.698.290.817,33 490.861.497.626,33 9,97 0,12 Tahun 1 BHPBP 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 19.384.907.368 403.049.052.311 4,81 - 2005 23.131.628.141 439.245.327.765 5,27 0,46 2006 27.101.496.732 630.290.112.803 4,29 -0,98 Rata-rata 23.206.010.747 490.861.497.626,33 4,79 -0,26 Tahun 1 Sumbangan 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 346.693.462.480 403.049.052.311 86,02 - 2005 366.296.793.541 439.245.327.765 83,39 -2,63 2006 543.881.332.165 630.290.112.803 86,29 2,90 Rata-rata 418.957.196.062 490.861.497.626,33 85,23 0,14 Sumber : Data APBD diolah, Lihat Lampiran 1 Berdasarkan tabel IV.13 terlihat proporsi PAD Kabupaten Boyolali selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami perubahan. Dari tahun 2004 sebesar Rp.36.970.682.463 atau 9,17, tahun 2005 sebesar Rp.49.816.906.083 atau 11,34 dan tahun 2006 sebesar Rp.59.307.283.906 atau 9,41. Rasio BHPBP mengalami perkembangan yang fluktuatif yaitu tahun 2004 sebesar Rp.19.384.907.368 atau 4,81, tahun 2005 Rp.23.131.628.141 atau 5,27 dan tahun 2007 Rp.27.101.496.732 atau 4,29. Proporsi sumbangan atau subsidi dari pemerintah pusat mengalami penurunan dan kenaikan yaitu pada tahun 2004 sebesar Rp.346.693.462.480 atau 86,02, tahun 2005 turun menjadi Rp.83,39 atau Rp.366.296.793.541 dan naik di tahun 2006 sebesar 86,29 atau Rp.543.881.332.165. Jika dilihat dari proporsi PAD dan BHPBP terhadap TPD dengan rasio sumbangan atau subsidi dari pemerintah pusat maka terdapat perbedaan yang sangat jauh, dimana PAD dan BHPBP memiliki proporsi yang lebih kecil dibandingkan proporsi subsidi dari pemerintah pusat, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Boyolali masih rendah. Tabel IV.14 Derajad Desentralisasi Fiskal Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2004-2006 Tahun 1 PAD 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 27.117.367.787 517.922.150.974 5,25 - 2005 28.625.101.743 555.932.964.158 5,15 -0,10 2006 37.870.002.754 794.468.957.642 4,77 -0,38 Rata-rata 31.224.157.428 622.774.690.924,67 5,06 -0,24 Tahun 1 BHPBP 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 25.146.164.117 517.922.150.974 4,86 - 2005 27.372.173.149 555.932.964.158 4,92 0,06 2006 28.458.235.631 794.468.957.642 3,58 -1,34 Rata-rata 26.992.190.965,67 622.774.690.924,67 4,45 -0,64 Tahun 1 Sumbangan 2 TPD 3 4=23 Kenaikan Penurunan 2004 449.712.277.827 517.922.150.974 86,83 - 2005 477.280.921.848 555.932.964.158 85,85 -0,98 2006 697.073.562.634 794.468.957.642 87,74 1,89 Rata-rata 541.355.587.436,33 622.774.690.924,67 86,81 0,46 Sumber : Data APBD diolah, Lihat Lampiran 1 Proporsi PAD terhadap total penerimaan daerah Kabupaten Klaten selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami penurunan lihat tabel IV.14. PAD tahun 2004 sebesar Rp.27.177.367.787 atau 5,25, tahun 2005 sebesar Rp.28.625.101.743 atau turun menjadi 5,15, dan tahun 2006 sebesar Rp.37.870.002.754 atau 4,77. Proporsi BHPBP terhadap TPD selama tiga tahun anggaran 2004-2006 mengalami perubahan yang fluktuatif, BHPBP tahun 2004 sebesar Rp.25.146.164.117 atau 4,86, tahun 2005 naik menjadi 4,92 dan tahun 2006 turun menjadi 3,58. Proporsi sumbangan juga mengalami perubahan selama tiga tahun 2004- 2006. Untuk tahun 2004 sebesar Rp.499.712.277.827 atau 86,83 dan tahun 2005 sebesar Rp.477.280.921.848 atau 85,85, tahun 2006 sebesar 87,74 atau Rp.697.073.562.634. Hal ini menunjukkan kinerja Kabupaten Klaten selama tiga tahun 2004-2006 mengalami perkembangan yang semakin buruk dimana proporsi PAD yang semakin menurun, proporsi BHPBP dan sumbangan setiap tahun yang mengalami perubahan. Apabila rasio PAD dan BHPBP dibandingkan dengan subsidi dari pemerintah pusat, maka dapat dikatakan kinerja Kabupaten Klaten masih rendah, karena selama tiga tahun anggaran tersebut rasio PAD dan BHPBP memiliki proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan subsidi dari pemerintah pusat.

2. Kebutuhan Fiskal

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Menghadapi Otonomi Daerah Ditinjau Aspek Keuangan (Studi Empiris pada Wilayah Kabupaten Sukoharjo).

0 1 8

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Wilayah karesidenan Surakarta).

0 0 9

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU ASPEK KEUANGAN" (Studi Empiris pada Wilayah Eks Karesidenan Surakarta).

0 0 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK DESENTRALISASI FISKAL ( Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten / Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ).

0 0 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus pada PEMDA Grobogan periode 2006-2008).

0 3 8

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 13

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 7

Lampiran 1 ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ( Studi Empiris Pada Wilayah Karisidenan Surakarta ).

0 0 27

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo).

0 2 13

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo).

0 1 8