Administrasi Tes 1. Definisi Administrasi Tes

Pada penelitinnya Widiarso 2004 menyatakan bahwa faktor yang memberikan sumbangan terbesar adalah faktor agreeableness, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor agreeableness pada sampel Indonesia memiliki dominasi dalam menjelaskan kepribadian. Di sisi lain faktor agreeableness juga merupakan satu-satunya faktor yang memiliki error pengukuran yang paling kecil sehingga dapat dikatakan faktor agreeableness memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup memuaskan. Dominannya faktor agreeableness dapat dikaitkan dengan budaya ketimuran yang lebih mengembangkan sifat ramah, empatik, mudah mempercayai, tidak mudah curiga, mudah menerima orang lain, dan menyembunyikan kelebihan yang dimiliki. Faktor agreeableness juga terbukti memiliki error pengukuran yang minim sehingga dapat dikatakan bahwa reliabilitas faktor ini cukup kuat karena sekor murni true score yang didapatkan hampir memiliki kesamaan dengan sekor tampak empiric score.

C. Administrasi Tes 1. Definisi Administrasi Tes

Anastasi Urbina 2006 menyatakan bahwa hal mendasar dari suatu tes meliputi generalisasi dari perilaku yang muncul di dalam situasi tes terhadap situasi yang sebenarnya. Skor dari suatu tes seharusnya dapat membantu dalam memahami apa yang dirasakan oleh seseorang dan memprediksi bagaimana perilaku orang tersebut. Ada beberapa kondisi yang kemudian dapat mempengaruhi situasi tes yang kemudian dapat menyebabkan kesalahan dan berkurangnya validitas dari tes tes tersebut. Oleh karena itu penting bagi kita Universitas Sumatera Utara untuk mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi validitas dn reliabilitas tes sehingga nantinya dapat membatasi generalisasi dari tes tersebut. Hal penting yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap validitas tes adalah administrasi tes. Ada beberapa hal yang berkaitan yang harus diperhatikan berkaitan dengan administrasi tes, yaitu :

a. Persiapan Tester yang Matang

Hal terpenting yang menjadi persyaratan dalam suatu pelaksanaan tes yang baik adalah persiapan yang baik. Pada pelaksanaan tes, tidak boleh ada keadaan darurat. Usaha yang spesifik harus dilakukan dalam mencegah terjadinya kondisi yang tiba-tiba atau darurat. Mengingat instruksi lisan adalah hal yang sangat penting pada tes individual. Meskipun dalam tes klasikal, instruksi tes dapat dibaca oleh peserta, tester harus dapat memahami dan familiar dengan instruksi yang akan diberikan. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kesalahan dalam memahami tes ataupun kesalahan baca terhadap instruksi tes. Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah ketersediaan material pendukung tes. Material pendukung tes haruslah dekat dengan tester dan mudah untuk dijangkau tetapi jangan sampai menganggu peserta tes. Pada tes klasikal, seluruh material tes yang dibutuhkan seperti lembar soal, lembar jawaban, pensil khusus, dan material lain yang dibutuhkan haruslah dihitung, diperiksa kembali, dan disusun dengan teliti. Universitas Sumatera Utara Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, baik untuk tes individual maupun tes klasikal tester haruslah familiar terhadap instruksi atau prosedur dari suatu tes. Pada tes individual, pelatihan administrasi tes adalah hal yang penting. Pelatihan yang dilakukan haruslah meliputi demonstrasi dan pelatihan pemberian instruksi dan dilakukan lebih dari satu tahun. Pada tes klasikal, selain dilakukan pelatihan tester dan asistennya haruslah diberikan briefing terlebih dahulu sebelum pelaksanaan tes agar tester mengetahui apa yang diharapkan darinya dan performansi yang diharapkan. Secara umum, tester membacakan instruksi, memperhatikan dan teliti terhadap waktu sedangkan asisten tester memberikan dan mengumpulkan kembali material tes, memastikan peserta tes mengikuti instruksi yang diberikan, dan mencegah kecurangan.

b. Kondisi Tes

Anastasi dan Urbina 2006 menyatakan prosedur tes yang standar tidak hanya mengenai instuksi, waktu, material, dan aspek dari tes itu sendiri namun juga mengenai kondisi tes. Kita harus memperhatikan pemilihan tempat pelaksanaan tes. Tempat pelaksanaan tes harus bebas dari keributan dan mampu menyediakan pencahayaan yang baik, ventilasi, tempat duduk, dan ruang yang cukup bagi peserta tes untuk bekerja. Langkah khusus harus dilakukan untuk mencegah gangguan di tengah pelaksanaan tes. Membuat tanda di pintu yang memberikan tanda tes sedang berlangsung adalah hal yang cukup efektif. Pada pelaksanaan tes yang melibatkan banyak peserta, mengunci pintu dan menyiapkan seseorang untuk menjaga pintu dapat dilakukan untuk mencegah gangguan yang mungkin timbul, termasuk dari peserta yang datang terlambat. Universitas Sumatera Utara Menyadari bahwa kondisi tes dapat berpengaruh terhadap skor tes adalah hal yang sangat penting. Bahkan aspek yang sangat kecil pun dapat berpengaruh, seperti penelitian yang dilakukan terhadap pelajar SMA yang dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama mengerjakan tes dengan menggunakan meja, dan kelompok lainnya menggunakan kursi, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan kelompok yang mengerjakan te dengan meja mendapatkan skor yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan kursi T.L. Kelley, 1943; Traxler dan Hilkert, 1942. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa penggunaan lembar jawaban yang tidak memenuhi standar juga dapat mempengaruhi skor tes F.O. Bell, Hoff and Hoyt, 1964. Penelitian selanjutnya menemukan bahwa pada anak dibawah kelas lima sekolah dasar ketika pada saat pelaksanaan tes lembar jawaban yang diberikan terpisah dengan lembar soal, maka kondisi tersebut dapat menyebabkan skor tes menjadi rendah. Oleh karena itu pada pelaksanaan tes yang dikenakan kepada anak di bawah kelas lima sekolah dasar, lembar jawaban lebih baik tidak dipisah dari soal melainkan disatukan dalam bentuk booklet. Lebih lanjut, banyak hal lain yang dapat berpengaruh terhadap performansi seseorang di dalam tes, terutama pada pelaksanaan tes kepribadian. Ketika tester yang memberikan tes adalah seorang yang familiar dengan peserta tes maka hal ini akan sangan berpengaruh secara signifikan terhadap skor tes. Sacks, 1952;Tsudzuki, Hata, Kuze, 1957. Pada penelitian lain, perilaku tester seperti tersenyum dan memberikan komentar seperti “bagus” atau “baik” menunjukkan pengaruh terhadap hasil tes Wickes, 1956. Pada tes proyektif, dimana peserta tes Universitas Sumatera Utara diminta untuk menuliskan cerita dengan tujuan untuk melihat gambaran kepribadian, kehadiran tester di ruangan pelaksanaan tes dapat menghambat reaksi dan respon emosional dari peserta yang dituliskan lewat cerita tersebut Bernstein, 1956. Pada administrasi tes atau pengujian kecepatan mengetik, pelamar kerja yang melaksanakan tes sendirian mengetik lebih cepat secara signifikan dibandingkan ketika pelaksanaan tes dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Kirchner, 1966. Pada pelaksanaan administrasi tes, ada tiga hal lain yang juga harus diperhatikan. Pertama, ikuti prosedur standar secara mendalam dan mendetail. Adalah tanggung jawab dari psikolog dan tester untuk menjelaskan prosedur secara lengkap dan jelas pada setiap pelaksanaan tes. Kedua, catatlah setiap kondisi yang tidak biasa atau kondisi yang dapat berpengaruh terhadap peserta tes sekecil apapun. Ketiga, jadikan jadikan catatan mengenai kondisi tes sebagai pertimbangan pada saat menginterpretasi hasil tes.

c. Pengenalan Tes : Membangun Rapport dan Pengenalan Tes pada Peserta Tes

Pada administrasi tes, istilah “rapport” adalah usaha tester untuk meningkatkan ketertarikan peserta tes terhadap tes, meningkatkan kerja sama, dan mendorong mereka untuk dapat merespon tes sesuai dengan tujuan dari tes tersebut. Teknik yang digunakan dalam membangun rapport pada pelaksanaan tes sangat berhubungan dengan administrasi tes. Pada saat membangun rapport, penyamaan kondisi terhadap semua peserta tes sangat penting agar hasil tes dapat Universitas Sumatera Utara dibandingkan. Contohnya ketika tes dilaksanakan pada seorang anak, dimana ketika anak dapat memecahkan masalah dengan baik akan mendapatkan hadiah, maka hasil tes tersebut tidak dapat dibandingkan dengan hasil performansi anak yang tidak mengalami kondisi yang sama yang hanya termotivasi lewat kata-kata atau pujian. Kondisi seperti di atas haruslah menjadi catatan pada saat melakukan interpretasi hasil tes. Meskipun rapport dapat lebih maksimal dilakukan pada tes individual, rapport juga dapat dilakukan pada tes klasikal untuk memotivasi peserta tes dan mengurangi kecemasan. Teknik yang spesifik dalam membangun rapport juga harus disesuaikan dengan tes, usia dari peserta, dan karakteristik lain dari peserta tes. Pelaksanaan tes pada anak pra sekolah misalnya, harul mempertimbangkan faktor-faktor seperti rasa malu anak dan sikap negatif yang dapat timbul pada orang asing. Sikap bersahabat, ceria, dan santai oleh tester dapat membantu mengurangi kecemasan anak pada saat melaksanakan tes. Anak yang malu, membutuhkan waktu yang lebih untuk dapat beradaptasi dengan kondisi tes. Pada saat melaksanakan tes pada anak usia sekolah ataupun pada orang dewasa, kita harus menyadari bahwa tes yang dilakukan akan berefek pada prestise atau harga diri setiap individu. Oleh karena itu akan sangat bermanfaat apabila peserta tes diberikan penjelasan bahwa peserta tes tidak harus mengerjakan tes hingga akhir ataupun harus memastikan seluruh jawaban dijawab dengan benar. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya perasaan gagal yang mungkin timbul pada saat peserta tes tidak mampu menyelesaikan tes hingga akhir sesuai dengan waktu yang ditentukan, ataupun kesulitan dalam menjawab Universitas Sumatera Utara soal. Mencegah terjadinya hal yang tiba-tiba pada pelaksanaan tes juga penting untuk dilakukan. Oleh karena itu penting untuk memastikan seluruh material kebutuhan tes telah tersedia, dan bahkan lebih baik ketika ada materi pendukung yang dapat menjelaskan mengenai tujuan dari pelaksanaan tes, petunjuk dan saram mengenai bagaimana seharusnya tes dikerjakan, dan berisi beberapa contoh. Materi pendukung tersebut dapat berupa buku penjelasan yang biasa tersedia untuk peserta tes pada pelaksanaan tes dengan jumlah peserta yang besar. Pelaksanaan tes yang dilakukan pada orang dewasa memunculkan masalah yang sering kali timbul. Tidak seperti anak usia sekolah, orang dewasa sering kali tidak mengerjakan tes dengan maksimal ketika ia mengikuti tes tersebut sebagai suatu keharusan. Pada kondisi seperti ini penting untuk dapat “menjual” tujuan dari tes tersebut kepada peserta tes. Maksudnya adalah kita harus dapat meyakinkan peserta bahwa hasil tes yang akan mereka peroleh nantinya bergantung kepada ketertatrikan dan usaha mereka dalam mengerjakan tes tersebut, sehingga nantinya skor yang didapat dapat mengindikasikan kemampuan mereka yang sesungguhnya. Kebanyakan orang akan mengerti ketika dijelaskan bahwa pengambilan keputusan yang salah pada saat pengerjaan tes, akan berpengaruh pada validitas skor tes dan kemudian berpengaruh terhadap hilangnya waktu dan kegagalan yang akan mereka alami. Pendekatan ini tidak hanya dapat memotivasi peserta tes untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes namun juga dapat mengurangi faking, karena tentu saja setiap peserta tes tidak ingin gagal di dalam tes.

D. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Skor Tes