Hubungan Dimensi Kepribadian Big Five Dengan Perilaku Minor Cyberloafing Pada Pegawai Kantor Pajak

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

TRESYAGATI

101301120

, `

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2014/2015


(2)

(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Dimensi Kepribadian Big Five Dengan Perilaku Minor Cyberloafing Pada Pegawai Kantor Pajak

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penelitian ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 7 Oktober 2014

Tresyagati NIM. 101301120


(4)

Hubungan Model kepribadian Big Five dengan Perilaku Minor Cyberloafing Tresyagati dan Siti Zahreni

ABSTRAK

Perilaku minor cyberloafing merupakan perilaku karyawan dalam menggunakan internet dan email untuk tujuan personal di saat jam kerja dengan menggunakan fasilitas milik perusahaan atau milik pribadi (komputer, laptop,

smartphone, dll). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kepribadian dapat

memprediksi perilaku dan juga performansi seseorang dalam konteks pekerjaan, salah satunya adalah kepribadian Big Five. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian Big Five dan perilaku minor cyberloafing. Subjek penelitian ini adalah 169 pegawai kantor pajak yang diperoleh dengan menggunakan convenience sampling. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah Big Five Inventory (BFI) versi bahasa indonesia dan skala minor

cyberloafing berdasarkan teori Blanchard dan Henle (2008). Hasil analisis

korelasi spearman menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian Big Five dengan perilaku minor cyberloafing (ro= -0.281, rc= -0.672, re= 0.888, ra= -0.474,

rn= 0.813). Hasil penelitian ini dapat memperkaya literatur mengenai hubungan

kepribadian Big Five dengan perilaku minor cyberloafing serta dapat menjadi acuan bagi instansi untuk lebih memperhatikan pelaksanaan kebijakan organisasi terkait dengan penggunaan internet pada karyawan.


(5)

ABSTRACT

Minor cyberloafing is the behavior of employees in using the internet and email for personal puposes in the current working hours by using company’s facilities or private properties (computers, laptops, smartphone, etc). The previous researches had shown that personality can predict a person’s behavior and performance at work, one of them is Big Five personality. This study aimed to see the relationship between Big Five personality trait and minor cyberloafing. Subjects in this study were 169 tax officers which obtained by using convenience sampling as the sampling technic. The data collection method used Big Five Inventory (BFI) indonesian language adaptation version and minor cyberloafing scale based on Blanchard and Henle Theory (2008). Spearman correlation analysis results showed that there were relationships between Big Five personality trait and minor cyberloafing(ro= -0.281, rc= -0.672, re= 0.888, ra= -0.474, rn= 0.813). The results

of this study add to the increasing literature on the relationship of the Big Five personality with minor cyberloafing and can be a reference for agencies to pay more attention to the implementation of organizational policies related to the use of internet to employees.


(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu bapak Suaripin, S.Sos dan ibu Henny Yuspita atas dukungan serta doanya yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Siti Zahreni, S.Psi., M,P.si yang telah sangat membantu dan

membimbing saya dalam merampungkan penelitian ini hingga selesai. 3. Ibu Dra, Elvi Andriani Yusuf, M.Si., psi selaku dosen pembimbing

akademik yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing saya.

4. Ibu Vivi Gusrini R pohan, MA, M.Sc, Psikolog dan ibu Etti rahmawati, M.Si selaku dewan penguji skripsi saya.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi USU atas segala ilmu dan bantuannya selama perkuliahan dan seluruh staf pegawai Fakultas


(7)

Psikologi USU yang telah membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.

6. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal pajak Sumatera Utara I yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.

7. Terimakasih sebanyak-banyaknya buat saudara seibu-bapak yaitu Mbak Silvy Puspita, abang Arief Hidayat dan adek fachrina Zahra yang telah menjadi pendukung terbesar dan terus menguatkan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman segeng yaitu terutama Indah Kartika Dewi Siregar S.Psi dan Cassia Divina Lierzha Malsya S.Psi untuk dukungan moril dan materi yang selalu ada disaat peneliti merasa frustrasi, Lydia Agustina Siregar S.Psi yang selalu bisa menjawab pertanyaan untuk membantu penelitian ini selesai dan juga Anisah Gayatri S.Psi serta Ade Yunika Adha.

9. Teman-teman kos terutama teman yang sudah menemani susah senang penulis selama 7 tahun Nesya Octaviana Manurung, teman berantem Sri Novianti Yusuf, S.Km dan juga teman yang suka berbagi anime untuk obat penghilang suntuk Melyana, S.Km. Thanks Ladies.

10.Teman-teman angkatan 2010 yang telah bersedia bertukar pikiran dalam memberikan informasi seputar penelitian.

11.Dan kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iii

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT akan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Minor cyberloafing... 12

1. Pengertian Minor Cyberloafing ... 13

2. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Cyberloafing. ... 13

B. Dimensi Kepribadian Big Five... 17

1. Pengertian Dimensi Kepribadian Big Five ... 17

2. Dimensi-dimensi Kepribadian Big Five ... 18


(10)

v

C. Dinamika antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan ... 21

Perilaku Minor Cyberloafing D. Hipotesa Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

B. Definisi Operasional ... 28

C. Subjek Penelitian... 31

Sampel D. Metode Pengumpulan Data ... 32

E. Uji Coba Alat Ukur... 35

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 37

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 38

H. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 40

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 40

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 41

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 41

B. Hasil Penelitian ... 42

1. Hasil Analisis Data ... 42

2. Kategorisasi data Penelitian ... 45


(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

1. Saran Metodologis ... 58

2. Saran Praktis ... 59

DAFTAR PUSTAKA... 61


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Subfaktor dari Dimensi Big Five... 20

Tabel 2 Blueprint Skala Minor Cyberloafing... 33

Tabel 3 Blueprint SkalaBig Five Inventory (BFI) ... 35

Tabel 4 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 41

Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 41

Tabel 6 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan... 42

Tingkat Pendidikan Tabel 7 Hasil Uji Korelasi Spearman...... 43

Tabel 8 Norma Kategorisasi Minor Cyberloafing... 45

Tabel 9 Kategorisasi Skor Minor Cyberloafing...... 45

Tabel 10 Norma Kategorisasi Dimensi Big Five... 46

Tabel 11 Kategorisasi Skor Openness... 47

Tabel 12 Kategorisasi Skor Conscientiousness... 47

Tabel 13 Kategorisasi Skor Extraversion... 48


(13)

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Skala Minor Cyber Loafing dan BFI... 67

Lampiran B Reliabilitas Skala Minor Cyberloafing dan BFI... 70

Lampiran C Hasil Uji Korelasi Spearman... 73

Lampiran D Data Mentah Minor Cyberloafing dan... 75 Kepribadian Big Five


(15)

ABSTRAK

Perilaku minor cyberloafing merupakan perilaku karyawan dalam menggunakan internet dan email untuk tujuan personal di saat jam kerja dengan menggunakan fasilitas milik perusahaan atau milik pribadi (komputer, laptop,

smartphone, dll). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kepribadian dapat

memprediksi perilaku dan juga performansi seseorang dalam konteks pekerjaan, salah satunya adalah kepribadian Big Five. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian Big Five dan perilaku minor cyberloafing. Subjek penelitian ini adalah 169 pegawai kantor pajak yang diperoleh dengan menggunakan convenience sampling. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah Big Five Inventory (BFI) versi bahasa indonesia dan skala minor

cyberloafing berdasarkan teori Blanchard dan Henle (2008). Hasil analisis

korelasi spearman menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian Big Five dengan perilaku minor cyberloafing (ro= -0.281, rc= -0.672, re= 0.888, ra= -0.474,

rn= 0.813). Hasil penelitian ini dapat memperkaya literatur mengenai hubungan

kepribadian Big Five dengan perilaku minor cyberloafing serta dapat menjadi acuan bagi instansi untuk lebih memperhatikan pelaksanaan kebijakan organisasi terkait dengan penggunaan internet pada karyawan.


(16)

Big Five Personality Trait and Minor Cyberloafing

Tresyagati and Siti zahreni

ABSTRACT

Minor cyberloafing is the behavior of employees in using the internet and email for personal puposes in the current working hours by using company’s facilities or private properties (computers, laptops, smartphone, etc). The previous researches had shown that personality can predict a person’s behavior and performance at work, one of them is Big Five personality. This study aimed to see the relationship between Big Five personality trait and minor cyberloafing. Subjects in this study were 169 tax officers which obtained by using convenience sampling as the sampling technic. The data collection method used Big Five Inventory (BFI) indonesian language adaptation version and minor cyberloafing scale based on Blanchard and Henle Theory (2008). Spearman correlation analysis results showed that there were relationships between Big Five personality trait and minor cyberloafing(ro= -0.281, rc= -0.672, re= 0.888, ra= -0.474, rn= 0.813). The results

of this study add to the increasing literature on the relationship of the Big Five personality with minor cyberloafing and can be a reference for agencies to pay more attention to the implementation of organizational policies related to the use of internet to employees.


(17)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, menyusun, mengubah, mengkomunikasikan, menyimpan, dan juga menyebarkan informasi (Munir, 2012). Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi sudah semakin maju. Pemanfaatan teknologi informasi telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari manusia, salah satunya adalah internet. Internet (interconnection-networking) adalah sebuah sistem global jaringan komputer yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain di seluruh penjuru dunia. Internet merupakan teknologi canggih yang dapat diakses dengan mudah, cepat dan luas. Melalui internet, berbagai macam informasi yang disediakan dapat kita ketahui hanya dalam hitungan menit saja (Bhakti, 2013).

Perkembangan internet memberikan dampak yang cukup signifikan pada beberapa aspek kehidupan masyarakat baik dalam hal pendidikan, sosial, pemerintahan, maupun bisnis. Misalnya dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan secara online tanpa harus bertatap muka. Kegiatan seperti ini telah dilaksanakan di beberapa perguruan tinggi di Kanada (Munir, 2010). Adanya akses internet ini juga sangat membantu dalam bidang perdagangan di mana pada saat ini sudah banyak perdagangan yang menggunakan sistem transaksi secara online. Bisnis online tersebut mempermudah transaksi


(18)

2

apabila penjual dan pembeli berada di wilayah yang berbeda, menghemat waktu ataupun biaya transportasi, serta juga dapat digunakan untuk memasarkan produk secara luas ke berbagai wilayah yang akan dituju. Berdasarkan fakta tersebut, maka kegunaan internet akan semakin berkembang pesat dalam memenuhi tuntutan para penggunanya (Bhakti, 2013).

Pengguna internet berasal dari berbagai kalangan yaitu pria, wanita, pelajar, mahasiswa, dan pekerja. Di Indonesia sendiri, penggunaan internet pada masyarakat semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2013 diperkirakan naik sekitar 30% menjadi 82 juta pengguna, sehingga selisih kenaikan pengguna internet adalah sebesar 5,77% pada tahun 2012-2013. Menurut hasil survei yang juga dilakukan oleh MarkPlus Insight (2012) diperoleh hasil bahwa 40% pengguna internet di Indonesia mengakses internet lebih dari 3 jam setiap harinya.

Hadson (2000) mengemukakan bahwa pertumbuhan penggunaan internet berkembang semakin pesat, hal ini dikarenakan banyaknya hasil penelitian yang menemukan bahwa internet sangat efektif dalam menghubungkanan satu orang dengan orang lain, sehingga para peneliti terus melakukan pengembangan akan kegunaan internet tersebut.

Internet juga dapat digunakan sebagai alat penyebar informasi secara global dan memudahkan interaksi antar individu tanpa terhalang batas geografis. Hal ini


(19)

yang pada akhirnya memunculkan suatu sistem dalam dunia bisnis yang disebut

e-bussiness. Menurut Ramon (2004) e-bussiness merupakan suatu teknologi yang

terintegrasi di mana dapat mempermudah hubungan sebuah bisnis dengan proses bisnis itu sendiri (seperti pembayaran dan penerimaan tagihan, sumber daya manusia, marketing, dan lain-lain), dan komunikasi dengan pelanggan serta rekan bisnis.

Sistem e-bussiness ini membuat semakin banyak perusahaan menggunakan akses internet di perusahaanya. Berdasarkan analisis East-West Centre (2001), penggunaan internet pada perusahaan diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada perusahaan mereka, hal ini dikarenakan internet dapat digunakan sebagai sarana pendukung dalam menyelesaikan tugas, mengurangi waktu pembuatan produk, pelayanan yang mudah dan efisien, serta para karyawan dapat mengetahui perkembangan informasi berkaitan dengan tujuan perusahaan. Hasil survei yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika di Indonesia pada tahun 2011, menunjukkan bahwa 92% perusahaan telah menggunakan komputer untuk mendukung kegiatan bisnisnya dan sebagian besar perusahaan (86%) telah menggunakan internet untuk mendukung kegiatan bisnis mereka.

Selain memperoleh keuntungan, bagi perusahaan penggunaan akses internet di perusahaan juga dapat memberikan kerugian. Salah satunya adalah penyalahgunaan fasilitas internet yang dilakukan oleh karyawan. Semakin umumnya akses internet bagi karyawan maka semakin cenderung membuat mereka menggunakan internet untuk tujuan hiburan dan juga hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan (Blanchard & Henle, 2008).


(20)

4

Menurut Lim (2002) penyalahgunaan akses internet perusahaan yang dilakukan oleh karyawan pada saat jam kerja untuk kepentingan personal dan tidak berkaitan dengan pekerjaan disebut cyberloafing. Menurut Henle dan Kendharnath (2012) perilaku cyberloafing memberikan kerugian dari segi produktivitas kerja, di mana karyawan telah melanggar norma-norma organisasi mengenai tingkat minimal kualitas dan kuantitas produksi. Selain kerugian yang diakibatkan oleh penurunan produktivitas kerja, perilaku seperti ini juga dapat memberikan resiko pada sistem keamanan perusahaan, potensi tersebarnya virus pada komputer apabila membuka situs ilegal, dan kemungkinan terjadinya hacking data atau sistem akibat kelalaian karyawan. Hal ini dapat diartikan juga bahwa cyberloafing merupakan suatu bentuk dari penyimpangan di mana perilaku menyimpang tersebut terfokus pada perusahaan atau organisasi (Lim, 2002).

Berikut ini adalah beberapa bukti yang menunjukkan bahwa perilaku ini mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Di Amerika perilaku cyberloafing tersebut dapat merugikan pihak perusahaan sebesar $54juta setiap tahunnya (Conlin, 2000). Survei yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa sebanyak 1000 pekerja, ada 64% yang menggunakan akses internet untuk kebutuhan personal selama jam kerja (The Straits Times, 2000). Artikel yang ditebitkan oleh

The Epoch Times (2013) juga menyatakan bahwa karyawan di Amerika

menghabiskan waktu untuk melakukan cyberloafing sebanyak 80% dari waktu kerja mereka. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian

Consumer Profile (2009), kantor merupakan tempat mengakses internet paling


(21)

42,4% setiap hari. Sementara waktu yang paling sering digunakan untuk mengakses internet adalah sekitar 33,9% yang dilakukan secara mayoritas pada pukul 10.00-12.00 setiap harinya (Zumar, 2010).

Blanchard dan Henle (2008) mengemukakan dua tipe cyberloafing yaitu,

minor cyberloafing dan serious cyberloafing. Minor cyberloafing merupakan

penggunaan internet secara umum yang dilakukan oleh karyawan untuk tujuan personal atau yang tidak berkaitan dengan pekerjaan seperti mengirim email pribadi, membuka situs-situs berita umum, dan lain-lain, sedangkan serious

cyberloafing merupakan penggunaan internet yang dianggap lebih beresiko atau

memiliki potensi ilegal yang dilakukan oleh karyawan seperti bermain game

online, membuka Youtube, dan lain-lain. Bagi karyawan yang melakukan serious

cyberloafing, mereka beranggapan bahwa perilaku tersebut merupakan suatu

perilaku yang sangat tidak pantas dilakukan dan akan memberikan hasil yang tidak baik bagi perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lim (2002) menunjukkan bahwa lebih banyak karyawan yang melakukan aktivitas internet seperti browsing situs-situs umum dan juga menggunakan email untuk tujuan personal (minor cyberloafing) daripada aktivitas internet seperti membuka situs porno atau bermain game online

(serious cyberloafing). Hal ini dikarenakan karyawan yang melakukan minor

cyberloafing memiliki persepsi bahwa karyawan lain yang ada di perusahaan juga

menggunakan internet dan email untuk tujuan personal dan menganggap bahwa hal tersebut bukanlah perilaku yang tidak sesuai untuk dilakukan di tempat kerja.


(22)

6

Beberapa studi yang menunjukkan bahwa karyawan dapat menghabiskan waktu selama 1 jam untuk melakukan browsing Kaskus ataupun Facebook yang tujuannya tidak berkaitan dengan pekerjaan (minor cyberloafing). Sehingga dalam waktu satu bulan karyawan dapat melakukan minor cyberloafing selama 20 jam lebih atau sama dengan 2,5 hari kerja penuh (Antariksa, 2012).

Walaupun minor cyberloafing merupakan perilaku penggunaan internet secara umum pada saat jam kerja namun perilaku tersebut juga dapat memberikan kerugian seperti penurunan produktivitas kerja (Blanchard dan Henle, 2008). Hal ini membuat peneliti ingin berfokus pada salah satu tipe cyberloafing, yaitu minor

cyberloafing. Sebagai tambahanBlanchard dan Henle (2008) juga menyatakan

bahwa mengidentifikasi atau menjelaskan tipe cyberloafing secara terpisah merupakan hal yang penting karena dapat memberikan pemahaman kepada organisasi tentang tipe cyberloafing tersebut dan frekuensinya setelah diukur.

Ozler dan Polat (2012) mengemukakan bahwa personality trait (kepribadian) merupakan salah satu penyebab karyawan melakukan cyberloafing.

Personality trait memiliki peran yang penting dalam menjelaskan sikap dan

perilaku individu dalam konteks tempat kerja (John & Srivastava, 1999). Schultz dan Schultz (1994) menjelaskan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik, relatif menetap dalam aspek internal dan eksternal pada karakter seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda. Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) mengartikan bahwa kepribadian berasal dan berkembang melalui interaksi fungsional dari tiga bagian utama yaitu konatif (karakter), afektif (tempramen), dan somatis (konstitusi). Hasil dari beberapa studi


(23)

yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kepribadian dapat memprediksi perilaku dan juga performansi seseorang dalam konteks pekerjaan. Salah satunya adalah dimensi kepribadian Big Five (McShane & Von Glinov, 2003).

Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui lima dimensi trait (McShane & Von Glinov, 2003). Adapun ke lima dimensi dalam dimensi kepribadian Big Five, yaitu : Openness, Conscientiousness, Extraversion,

Agreableness, dan Neuroticism. Openness merupakan dimensi kepribadian yang

memiliki karakteristik rasa ingin tahu yang luas, bersedia melakukan penyesuaian akan hal-hal baru, kreatif, serta imajinatif. Extraversion merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik suka bergaul, butuh akan stimulasi, dan menyukai hal-hal yang menyenangkan. Agreeableness merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik orientasi pada interpersonal, kepercayaan, dan perasaan. Neuroticism merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik penyesuaian kestabilan emosi, ide-ide, dan kecemasan.

Conscientiousness merupakan dimensi kepribadian yang memiliki karakteristik

teratur, disiplin, dan motivasi dalam mencapai tujuan (Pervin, 2005).

Beberapa studi telah menemukan bahwa dimensi kepribadian Big Five memiliki pengaruh terhadap performansi kerja dan perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Prasad dkk (2010) menemukan bahwa seseorang dengan kepribadian conscientiousnes akan lebih dapat meregulasi dirinya dan akan lebih sedikit melakukan cyberloafing, yang artinya individu tersebut mampu menyeimbangkan ketertarikan mereka antara rencana


(24)

8

jangka panjang dan jangka pendek serta impuls-impuls yang ada. Sehingga orang-orang dengan tipe Conscientiousness ini akan dapat menahan dirinya untuk melakukan cyberloafing hingga tugas-tugas mereka sudah diselesaikan.

Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki Conscientiousness yang tinggi akan memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan perilaku malas (Colbert, Mount, Harto, Witt & Barrick, 2004), di mana cyberloafing juga merupakan cara seseorang untuk bermalas-malasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan perusahaan kepadanya (Lim, 2002).

Salah satu instansi yang menggunakan jasa internet dalam menunjang kinerjanya adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I. Adapun internet digunakan karena sistem pelayanan pajak sudah mengalami modernisasi, contohnya seperti pada sistem SPT yang berubah menjadi e-SPT dan dapat diakses secara online oleh seluruh masyarakat. Kantor Wilayah DJP SUMUT I ini merupakan salah satu instansi yang berfungsi untuk mengatur perpajakan di SUMUT dan juga merupakan kantor yang bertugas dalam melayani masyarakat. Oleh sebab itu kinerja dari setiap pegawai cukup menjadi sorotan publik dan cukup penting untuk diperhatikan (Sinaga, 2009).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian di Kanwil DJP SUMUT I ditemukan adanya pegawai yang membuka situs online shop pada komputer kerjanya, melihat-lihat smartphone mereka pada saat jam kerja dan ada juga yang tetap fokus untuk bekerja. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kepribadian dapat memprediksi perilaku


(25)

seseorang dalam konteks pekerjaan dan variabel-variabel kepribadian tersebut juga akan sangat menentukan serta mempunyai hubungan penting dalam perilaku

minor cyberloafing, salah satunya adalah dimensi kepribadian Big Five (McShane

& Von Glinov, 2003; Prasad, Lim, & Chen, 2010).

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan, maka peneliti ingin mengetahui hubungan dimensi kepribadian Big Five dengan minor cyberloafing pada pegawai kantor pajak.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti ingin melihat hubungan dimensi kepribadian Big Five dengan perilaku minor

cyberloafing pada pegawai kantor pajak.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan dimensi kepribadian Big Five dengan perilaku minor cyberloafing pada pegawai kantor pajak.

D. MANFAAT PENELITIAN


(26)

10

1. Manfaat Teoritis :

a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang PIO (Psikologi Industri-Organisasi) khususnya mengenai minor cyberloafing.

2. Manfaat praktis :

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kantor pajak mengenai fenomena minor cyberloafing dalam dunia kerja. Selain itu, dari penelitian ini akan diperoleh data mengenai perilaku

minor cyberloafing yang dilakukan oleh pegawai kantor pajak dan juga

data mengenai kepribadian pegawai ditinjau dari dimensi kepribadian Big Five.

b) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian yang berkaitan dengan dimensi kepribadian Big Five dan minor cyberloafing.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penelitian ini sistematika penulisan dibagi menjadi 5 bab yang dijabarkan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Penelitian ini diawali dengan penjelasan latar belakang yang menjadi pemicu munculnya permasalahan. Dengan latar belakang tersebut ditentukan rumusan masalah yang lebih terperinci sebagai acuan untuk


(27)

menentukan hipotesis. Selain itu dalam bab ini juga menjelaskan mengenai tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan yang akan digunakan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab II ini akan dijelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam membuktikan dan mencari solusi yang tepat untuk hipotesis yang akan diajukan. Bab ini juga akan disampaikan mengenai penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan hipotesis yang akan diajukan. Dalam bab ini pula akan disampaikan tentang kerangka pemikiran dan hipotesis dari permasalahan yang ada pada Bab I.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai variabel dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini. Dijelaskan pula tentang karakteristik sampel yang digunakan, jenis dan sumber data yang didapatkan, serta metode pengumpulan data dari responden. Selanjutnya akan dibahas metode analisis yang digunakan untuk mengolah data yang sudah dikumpulkan dari objek penelitian (sampel).

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisa data dan pembahasan berisi uraian data hasil penelitian, uji hipotesa, interpretasi data dan pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan juga saran-saran yang berupa saran metodologis dan saran praktis.


(28)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MINOR CYBERLOAFING

1. Pengertian Minor Cyberloafing

Menurut Blanchard & Henle (2008) cyberloafing merupakan penggunaan email dan internet yang dilakukan oleh karyawan untuk tujuan pribadi sewaktu kerja. Cyberloafing juga merupakan perilaku karyawan dalam menggunakan teknologi internet di mana teknologi yang dimaksud dapat bersumber dari perusahaan ataupun milik pribadi yang dibawa oleh karyawan ke kantor seperti

smartphone atau iPad (Henle & Kedharnath, 2012).

Berdasarkan tipologi yang dikemukakan oleh Robinson & Bennett (1995) tentang perilaku menyimpang di tempat kerja, Blanchard & Henle (2008) membagi cyberloafing menjadi dua tipe, yaitu minor cyberloafing dan serious

cyberloafing. Fokus pada penelitian ini adalah minor cyberloafing.

Menurut Blanchard & Henle (2008) minor cyberloafing adalah penggunaan internet secara umum yang dilakukan oleh karyawan saat sedang bekerja untuk tujuan personal atau yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Penggunaan internet secara umum yang dimaksud adalah penggunaan email dan browsing situs-situs hiburan, misalnya, seperti mengecek, mengirim, dan menerima pesan melalui email pribadi, melakukan browsing situs berita pada umum, olahraga, keuangan, berbelanja online, serta melakukan update pada jejaring sosial.


(29)

Perilaku minor cyberloafing ini dapat dikatakan mirip dengan perilaku menyimpang lainnya yang dapat ditoleransi namun tidak sepenuhnya sesuai untuk dilakukan di tempat kerja, seperti mengangkat telepon pribadi atau membicarakan hal-hal pribadi yang tidak ada berkaitan dengan pekerjaan pada saat jam kerja (Blanchard & Henle, 2008).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku minor

cyberloafing merupakan perilaku penggunaan teknologi internet baik milik

perusahaan ataupun pribadi dengan tujuan personal atau tidak berkaitan dengan pekerjaan pada saat jam kerja, di mana perilaku yang dilakukan adalah penggunaan email dan internet secara umum.

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi MinorCyberloafing

Menurut Ozler & Polat (2012) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

cyberloafing, baik minor cyberloafing ataupun serious cyberloafing, yaitu :

1) Faktor Organisasi

Ada beberapa faktor organisasi yang dapat mempengaruhi perilaku perilaku

cyberloafing pada karyawan, antara lain :

a) Batasan penggunaan internet : dengan membatasi penggunaan komputer pada karyawan baik melalui kebijakan peraturan ataupun pembatasan teknologi, dapat mengurangi pemanfaatan internet untuk tujuan personal dan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.

b) Antisipasi Outcome : penelitian menemukan bahwa karyawan cenderung tidak melakukan cyberloafing apabila mereka mendapatkan konsekuensi negatif dari organisasi sebagai akibat dari perilaku tersebut.


(30)

14

c) Dukungan Manajerial : adanya dukungan manajerial yang tanpa spesifikasi khusus dalam menggunakan internet dapat meningkatkan penggunaan dalam bentuk pribadi maupun bisnis, hal ini dapat disalah artikan sebagai bentuk dukungan dari semua jenis penggunaan internet termasuk cyberloafing.

d) Sikap Kerja Karyawan : frustrasi yang dialami oleh karyawan dalam pekerjaannya, dapat menimbulkan perilaku menyimpang di tempat kerja, salah satunya seperti cyberloafing.

e) Komitmen Kerja : Semakin tinggi komitmen yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaannya maka akan semakin rendah kecenderungan karyawan untuk melakukan cyberloafing.

f) Kepuasan Kerja : kepuasan kerja merupakan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi karyawan dalam melakukan penyalahgunaan internet.

g) Karakteristik Pekerjaan : karakteristik pekerjaan yang menuntut kreativitas akan lebeh sedikit mengalami kecenderungan dalam melakukan cyberloafing.

2) Faktor Situasi

Biasanya perilaku cyberloafing dilakukan oleh karyawan karena adanya stimulus dalam konteks situasi yang memicu hal tersebut seperti setiap individu mempunyai akses internet (Weatherbee, 2010). Penelitian juga menunjukkan adanya kehadiran pengawas atau atasan secara fisik, sanksi, kebijakan, akan mengurangi perilaku cyberloafing tersebut .


(31)

3) Faktor Individual

Beberapa studi mencoba untuk terus mengidentifikasikan karyawan mana yang lebih cenderung untuk melakukan cyberloafing. Adapun persepsi dan sikap, trait kepribadian, kebiasaan dan kecanduan internet, faktor demografis adalah merupakan anteseden dari perilaku cyberloafing.

a) Persepsi dan sikap : individu yang memiliki sikap positif terhadap kegunaan komputer biasanya akan cenderung untuk menggunakan komputer kantor untuk alasan pribadi. Orang-orang yang memiliki keyakinan akan kegunaan dari internet untuk performansi kerjanya akan cenderung berperilaku cyberloafing daripada orang-orang yang tidak memiliki keyakinan.

b) Kepribadian : perilaku dalam menggunakan akses internet merefleksikan adanya variasi motif-motif psikologis.Beberapa trait kepribadian seperti rasa malu, kesepian, kontrol diri, harga diri, locus of control dapat mempengaruhi bentuk-bentuk dari penggunaan internet. Penelitian mengindikasikan kontrol diri memiliki hubungan langsung yang positif terhadap intensi seseorang untuk melakukan beberapa perilaku yang terlarang, seperti cyberloafing. Penelitian lain juga mengatakan bahwa individu yang memiliki kepribadian Conscientiousness dominan maka akan cenderung untuk lebih sedikit melakukan perilaku loafing (Colbert dkk, 2004). Dimensi Conscientiousness merupakan salah satu dari ke lima dimensi kepribadian Big Five.


(32)

16

c) Kebiasaan dan kecanduan internet : kebiasaan yang mengacu pada urutan situasi-perilaku yang sedang atau telah berubah menjadi otomatis dan terjadi tanpa self-instruction, kognisi dan musyawarah dalam menanggapi isyarat tertentu dalam lingkungan. Hubungan antara kebiasaan menggunakan media dan cyberloafing memainkan peran penting dalam memprediksi perilaku ini. Derajat yang tinggi pada kecanduan internet memiliki kecenderungan dalam melakukan perilaku menyimpang.

d) Faktor demografis : Status pekerjaan, otonomi dalam pekerjaan, tingkat pendapatan, jenis kelamin, dan pendidikan merupakan prediktor yang signifikan dalam melakukan perilaku cyberloafing. Penggunaan internet dengan tujuan pribadi lebih banyak frekuensinya dilakukan oleh pria yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik, dan status pekerjaan yang tinggi. Usia juga memainkan peran, di mana individu dengan usia yang lebih muda cenderung lebih menerima akan kegunaan teknologi dan menggunakannya lebih sering yang memicu frekuensi yang lebih dalam penggunaan dan penyimpangan penggunaan internet tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada faktor individual di mana trait kepribadian sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku minor

cyberloafing, dan trait yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah


(33)

B. DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE

Schultz & Scuhltz (1994) mengemukakan bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang unik pada diri setiap individu, yang cenderung menetap pada aspek internal maupun eksternal yang akan mempengaruhi perilaku dalam situasi yang berbeda. Kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pemikiran, perasaan, dan perilaku yang konsisten (Pervin, Cervone, & John 2005). Untuk memahami kepribadian dibutuhkan suatu dimensi deskriptif mengenai kepribadian itu sendiri yang bertujuan untuk menyederhanakan definisi yang saling tumpang tindih. Salah satu pendekatan deskriptif mengenai kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu dimensi kepribadian Big Five.

1. Pengertian Dimensi Kepribadian Big Five

Dimensi kepribadian Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg (Pervin dkk, 2005). Big Five disusun untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language)

Hypothesis, di mana perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan

hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa.

Lebih lanjut Costa dan McCrae (1997) melakukan pengembangan untuk memperoleh validitas dan reliabeilitas dan untuk membuktikan dimensi-dimensi kepribadian bersifat stabil pada individu dewasa. Menurut Costa dan McCrae (dalam Pervin, 2005) kepribadian Big Five adalah sebuah kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor dasar kepribadian manusia


(34)

18

yang terdiri dari Neuroticism, Extraversion, Openness, Agreeableness dan

Conscientiousness. Diantara kelima faktor tersebut, individu cenderung memiliki

salah satu faktor kepribadian sebagai faktor yang dominan.

Berdasarkan penjabaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dimensi kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan psikologi yang digunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang dengan mengacu pada lima dimensi kepribadian yaitu Neuroticism, Extraversion, Openness, Agreeableness dan

Conscientiousness di mana seorang individu hanya akan memiliki satu faktor

kepribadian yang dominan.

2. Dimensi - Dimensi Kepribadian Big Five

Dimensi kepribadian Big Five terdiri dari lima dimensi bipolar sebagai kategori dasar kepribadian manusia. Terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelima dimensi tersebut. Berikut adalah lima istilah yang dikemukakan oleh McCrae dan Costa (dalam Pervin, 2005) :

1) Openness : dimensi kepribadian Big Five yang memiliki karakteristik rasa

ingin tahu yang luas, menyukai hal-hal yang baru, bersedia melakukan penyesuaian akan hal-hal baru, kreatif, imajinatif, memiliki sensitivitas, dan fleksibel. Dimensi bipolar dari Openness adalah Closedness.

2) Extraversion : dimensi kepribadian Big Five yang memiliki karakteristik

suka bergaul, suka berbicara, butuh akan stimulasi, menyukai hal-hal yang menyenangkan. Dimensi bipolar dari Extraversion adalah Introversion.


(35)

3) Agreeableness : dimensi kepribadian Big Five yang memiliki karakteristik berorientasi pada interpersonal, memiliki keperdulian, kepercayaan, dan perasaan. Dimensi bipolar dari Agreeableness adalah Antagonism.

4) Neuroticism : dimensi kepribadian Big Five yang memiliki karakteristik

penyesuaian kestabilan emosi, kecenderungan terhadap distress, ide-ide yang tidak realistis, kecemasan, dan memiliki mood yang cenderung berubah-ubah. Dimensi bipolar dari Neuroticism adalah Emotional Stability.

5) Conscientiousness : dimensi kepribadian Big Five yang memiliki

karakteristik teratur, disiplin, tidak ketergantungan, berlawanan dengan kecenderungan untuk menjadi malas dan lemah, memiliki kedisiplinan diri, ketahanan dan motivasi dalam mencapai suatu tujuan. Dimensi bipolar dari Conscientiousness adalah Lack of Direction.

Costa & McRae (dalam Pervin, 2005) mengemukakan bahwa setiap dimensi dari Big Five terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut akan dijelaskan dalam tabel berikut :


(36)

20

Tabel 1. Subfaktor Dimensi Big Five

Dimensi Kepribadian

Big Five Subfaktor

Openness

Fantasy (khayalan)

Aesthetics (keindahan).

Feelings (perasaan) Ideas (ide).

Actions (tindakan) Values (nilai-nilai).

Extraversion

Gregariousness (suka berkumpul)

Activity level (level aktivitas) Assertiveness (asertif)

Excitement Seeking (mencari kesenangan)

Positive Emotions (emosi yang positif)

Warmth (kehangatan)

Agreeableness

Straightforwardness (berterus terang)

Trust (kepercayaan).

Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain)

Modesty (rendah hati)

Tendermindedness (berhati lembut).

Compliance (kerelaan)

Neuroticism

Anxiety (kecemasan)

Self-consciousness (kesadaran diri).

Depression (depresi)

Vulnerability (mudah tersinggung).

Impulsiveness (menuruti kata hati)

Angry hostility (amarah).

Conscientiousness

Self-discipline (disiplin)

Dutifulness (patuh).

Competence (kompetensi)

Order (teratur).

Deliberation (pertimbangan)

Achievement striving (pencapaian prestasi)

Subfaktor di atas yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan instrumen pengukuran kepribadian Big Five seperti kuesioner, tes proyektif ataupun wawancara klinis. Instrumen pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner.


(37)

3.Big Five Inventory (BFI)

BFI dibuat pada tahun 1991 oleh John, Donahue dan Kentle yang terdiri dari 44 aitem dalam BFI. Aitem-aitem dari BFI tersebut merupakan pengembangan dari kelima faktor kepribadian Big Five. BFI berguna sebagai inventori yang ringkas, fleksibel, dan efisien dalam melakukan penilaian terhadap 5 dimensi kepribadian Big Five. Tes ini menggunakan frase atau kalimat yang singkat sebagai representasi kata sifat dan trait dari dimensi kepribadian Big Five.

Salah satu kelebihan dari BFI adalah frase kata sifat yang digunakan dapat mencegah ambiguitas atau multiple meanings. Ketika BFI versi asli, yang menggunakan Bahasa Inggris, diuji dengan sampel di Amerika dan Kanada, diperoleh reliabilitas alpha yang tinggi yaitu rata-rata setiap faktornya memiliki reliabilitas di atas 0.80 dan nilai mean untuk reliabilitas tes retesnya dalam tiga bulan sebesar 0.85 (John dan Srivastava, 1999).

C. DINAMIKA ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN

MINOR CYBERLOAFING

Cyberloafing adalah suatu perilaku menyimpang terhadap penggunaan

waktu kerja untuk mengakses internet yang bertujuan untuk kepentingan pribadi dan tidak berkaitan dengan pekerjaan (Lim, 2002). Blanchard & Henle (2008) mengemukakan dua tipe cyberloafing, yaitu minor cyberloafing dan serious

cyberloafing, di mana yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah minor

cyberloafing. Fenomena ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi


(38)

22

mana karyawan telah melanggar norma-norma organisasi mengenai tingkat minimal kualitas dan kuantitas produksi (Henle & Kedharnath, 2012). Faktor individu ( personality trait) merupakan salah satu faktor yang mendasari perilaku

cyberloafing berdasarkan pada beberapa literatur (dalam Van, 2011 ; Ozler &

Polat, 2012), di mana kepribadian memiliki hubungan yang cukup penting dalam memprediksi perilaku minor cyberloafing.

Salah satu kepribadian yang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku

minor cyberloafing adalah dimensi kepribadian Big Five. Kepribadian Big Five

adalah dimensi kepribadian yang menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari (Pervin dkk, 2005). Dimensi kepribadian Big Five ada lima yaitu : Openness,

Conscientiousness, Extraversion, Agreableness, dan Neuroticism.

Dimensi yang pertama adalah Openness, dimensi ini memiliki karakteristik akan rasa ingin tahu yang luas, menyukai hal-hal baru, kreatif, dan imajinatif. Pada penelitian McShane d& Von (2010) individu dengan skor Openness to

experience yang tinggi cenderung menunjukkan perilaku yang bertujuan untuk

mencapai tujuan kerja, memiliki usaha mengatur lingkungan sekitarnya dengan baik dan kemauan untuk memperbaiki diri di dalam tim dan sebaliknya apabila skor Openness rendah maka individu akan cenderung tradisional, konvensional, berpikiran sempit dan tidak menyukai perubahan. Dalam hal ini, minor

cyberloafing adalah bentuk penurunan produktivitas kerja dengan menggunakan

fasilitas internet dari perusahaan, dan internet itu sendiri merupakan suatu teknologi informasi yang canggih. Jika seseorang dengan skor Openness tinggi,


(39)

maka ia akan cenderung menggunakan internet dengan tujuan pencapaian tujuan kerja dan tidak akan melakukan minor cyberloafing.

Dimensi yang kedua adalah Conscientiousness, dimensi ini memiliki karakteristik teratur, disiplin, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Seseorang dengan conscientiousnes akan lebih dapat meregulasi dirinya dan akan lebih sedikit dalam melakukan minor cyberloafing, yang artinya individu tersebut akan mampu menyeimbangkan ketertarikan mereka antara rencana jangka panjang dan jangka pendek serta impuls-impuls yang ada. Sehingga orang-orang dengan tipe Conscientiousness ini akan dapat menahan dirinya untuk melakukan

minor cyberloafing sampai tugas-tugas mereka sudah mereka selesaikan (Prasad

dkk, 2010). Dikuatkan juga oleh penelitian Colbert dkk (2004) dalam (Malhotra, 2013) yang menyatakan bahwa seseorang dengan Conscientiousnes yang tinggi akan cenderung lebih sedikit dalam melakukan perilaku malas (loafing). Sehingga individu dengan kepribadian ini akan cenderung untuk tidak melakukan minor cyberloafing.

Dimensi yang ketiga adalah Extraversion, dimensi ini memiliki karakteristik suka bergaul, butuh akan stimulasi, suka dengan hal-hal yang menyenangkan. Amiel & Sargent dalam (Bucker, 2012) menemukan bahwa individu dengan tipe kepribadian Extraversion tidak terlalu suka komunikasi secara online, dan lebih suka secara langsung. Mereka mungkin merasa bahwa internet tidak begitu membuatnya menonjol dan lebih cenderung suka bertemu seseorang dengan bertatap muka. Penelitian Landers & Lounsbury (2006) dalam (Bucker, 2012) juga menemukan bahwasannya individu dengan karakteristik


(40)

24

extraversion adalah tipe individu yang tidak sering melakukan kegiatan melalui internet seperti online. Hal ini memungkinkan bahwa seseorang dengan tipe

Extraversion akan cenderung lebih sedikit dalam melakukan minor cyberloafing.

Dimensi yang keempat adalah Agreeableness, dimensi ini memiliki karakteristik berorientasi pada interpersonal, kepercayaan, dan perasaan. Individu dengan tipe Agreeableness dalam konteks pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dengan OCB (Organization Citizenship Behavior), di mana hal ini menunjukkan bahwa adanya keterlibatan yang baik membuat kinerja seseorang semakin efektif (Debora & Ali, 2004). Beberapa penelitian menyatakan tipe kepribadian Agreeableness memiliki hubungan yang negatif dengan waktu yang dihabiskan dalam menggunakan internet (landers & Lounsbury,2006). Sehingga individu dengan kepribadian ini akan cenderung untuk tidak melakukan minor cyberloafing.

Dimensi yang kelima adalah Neuroticism, dimensi ini memiliki karakteristik penyesuaian kestabilan emosi, ide-ide, kecemasan. Hasil penelitian menemukan bahwa pada individu yang memiliki skor tinggi pada Neuroticism cenderung kurang efektif dalam keberfungsian dirinya dan juga kurang berhasil untuk tujuan penyelesaian tugas (Barrick & Mount, 1991). Hal tersebut menunjukkan bahwa performansi kerja seseorang yang Neuroticism cenderung rendah, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rothmann dan Coetzer (2003). Rendahnya performansi dapat dijelaskan karena individu dengan tipe ini kurang bisa mengontrol impuls-impuls yang dapat menurunkan performansi kerja ataupun penyelesaian tugasnya. Individu dengan dimensi Neuroticism yang dominan juga


(41)

memiliki hubungan yang positif dengan perilaku penyimpangan kerja (Coltbert, Mount, Harter, Witt & Barrick, 2004). Salah satunya adalah cyberloafing, yang merupakan perilaku penyimpangan kerja (Lim, 2002). Sehingga individu dengan dimensi kepribadian Neuroticism akan cenderung melakukan perilaku minor cyberloafing.

D. HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan uraian dalam kerangka berpikir di atas, maka hipotesa penelitian ini adalah:

1. Hipotesa Mayor : Ada hubungan antara dimensi kepribadian Big Five dengan perilaku minor cyberloafing.

2. Hipotesa Minor :

a) Dimensi Openness memiliki hubungan negatif dengan perilaku

minor cyberloafing. Hal ini berarti di mana seseorang dengan

kepribadian Openness yang lebih dominan akan cenderung hampir tidak pernah melakukan perilaku minor cyberloafing.

b) Dimensi Conscientiousness memiliki hubungan negatif dengan perilaku minor cyberloafing. Hal ini berarti di mana seseorang dengan kepribadian Conscientiousness yang lebih dominan akan cenderung hampir tidak pernah melakukan perilaku minor cyberloafing.

c) Dimensi Extraversion memiliki hubungan negatif dengan perilaku


(42)

26

kepribadian Extraversion yang lebih dominan akan cenderung hampir tidak pernah melakukan perilaku minor cyberloafing.

d) Dimensi Agreeableness memiliki hubungan negatif dengan perilaku

minor cyberloafing. Hal ini berarti di mana seseorang dengan

kepribadian Agreeableness yang lebih dominan akan cenderung hampir tidak pernah melakukan perilaku minor cyberloafing.

e) Dimensi Neuroticism memiliki hubungan positif dengan perilaku

minor cyberloafing. Hal ini berarti di mana seseorang dengan

kepribadian Neuroticism yang lebih dominan akan cenderung untuk sering melakukan perilaku Conscientiousness.


(43)

Metode penelitian adalah uraian tentang metode atau cara yang akan digunakan dalam suatu penelitian (Azwar, 2003). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai efek suatu variabel terhadap variabel yang lain (Azwar, 2010).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Identifikasi variabel adalah langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsi dari masing-masing variabel. Adapun dalam penelitian ini antara lain :

a. Variabel tergantung : MinorCyberloafing.

b. Variabel bebas : Dimensi-dimensi kepribadian Big Five

1) Openness

2) Conscientiousness

3) Extraversion

4) Agreeableness


(44)

28

B. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik yang dapat diamati dari variabel tersebut (Azwar, 2009). Definisi operasional dari setiap variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Minor Cyberloafing

Minor Cyberloafing adalah perilaku karyawan yang menggunakan

waktu kerjanya untuk mengecek, mengirim, dan menerima pesan melalui email pribadi, mengunjungi situs-situs umum seperti berita olahraga, keuangan, travel, dan selebritis, melakukan update pada jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, dan Instagram, serta melakukan belanja

online untuk tujuan pribadi dan tidak berkaitan dengan pekerjaan dengan

sumber daya yang berasal dari perusahaan (seperti jaringan internet, komputer atau laptop) ataupun milik pribadi (seperti smartphone, tablet, laptop, atau iPad yang sudah terkoneksi dengan internet).

Total skor yang dihasilkan pada skala minor cyberloafing menunjukkan frekuensi perilaku minor cyberloafing seseorang. Semakin tinggi skor yang dihasilkan maka semakin sering seorang pegawai melakukan minor cyberloafing. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dihasilkan maka semakin jarang seorang pegawai melakukan minor cyberloafing.

2) Dimensi Kepribadian Big Five

Kepribadian Big Five adalah dimensi kepribadian yang terdiri dari lima dimensi bipolar sebagai kategori dasar kepribadian manusia yang


(45)

disebut dengan istilah-istilah yaitu, Openness, Conscientiousness,

Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Berikut ini adalah

penjabaran dari setiap dimensi kepribadian Big Five :

a) Openness : dimensi ini ditunjukkan dengan perilaku penasaran,

senang mengetahui hal-hal yang baru, menyesuaikan diri dengan hal-hal baru, kreatif, imajinatif, dan juga fleksibel. Dimensi kepribadian Openness pada individu diukur dengan skala Openness yang disajikan pada BFI. Total skor pada skala ini menunjukkan tingkat openness individu. Semakin tinggi skor menunjukkan dimensi kepribadian openness dominan pada diri individu dan sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan bahwa dimensi kepribadian closedness semakin dominan.

b) Extraversion : dimensi ini ditunjukkan dengan perilaku suka

bergaul, banyak bicara, butuh akan stimulasi, melakukan hal-hal yang menyenangkan. Dimensi kepribadian Extraversion pada individu diukur dengan skala Extraversion yang disajikan pada BFI. Total skor pada skala ini menunjukkan tingkat extraversion individu. Semakin tinggi skor menunjukkan dimensi kepribadian

extraversion dominan pada diri individu dan sebaliknya semakin

rendah skor menunjukkan bahwa dimensi kepribadian introversion semakin dominan.


(46)

30

c) Agreeableness : dimensi ini diunjukkan dengan perilaku

berorientasi pada interpersonal, mudah percaya, dan berempati, peduli dan terus terang. Dimensi kepribadian Agreeableness pada individu diukur dengan skala Agreeableness yang disajikan pada BFI. Total skor pada skala ini menunjukkan tingkat agreeableness individu. Semakin tinggi skor menunjukkan dimensi kepribadian

agreeableness dominan pada diri individu dan sebaliknya semakin

rendah skor menunjukkan bahwa dimensi kepribadian antagonism semakin dominan.

d) Neuroticism : dimensi ini ditunjukkan dengan perilaku yang tidak

dapat menyesuaikan emosi, mudah stress, tidak realistis, mudah cemas, dan khawatir. Dimensi kepribadian Neuroticism pada individu diukur dengan skala Neuroticism yang disajikan pada BFI. Total skor pada skala ini menunjukkan tingkat neuroticism individu. Semakin tinggi skor menunjukkan dimensi kepribadian

neuroticism dominan pada diri individu dan sebaliknya semakin

rendah skor menunjukkan bahwa dimensi kepribadian emotional

stability semakin dominan.

e) Conscientiousness : dimensi ini ditunjukkan dengan perilaku yang

teratur, disiplin, tidak ketergantungan, berhati-hati, melakukan perencanaan, bertanggung jawab, tepat waktu, bekerja keras dan tekun. Dimensi kepribadian Conscientiousness pada individu diukur dengan skala Conscientiousness yang disajikan pada BFI.


(47)

Total skor pada skala ini menunjukkan tingkat conscientiousness individu. Semakin tinggi skor menunjukkan dimensi kepribadian

conscientiousness dominan pada diri individu dan sebaliknya

semakin rendah skor menunjukkan bahwa dimensi kepribadian

lack of direction semakin dominan.

Kepribadian Big Five ini dapat diukur dengan menggunakan skala BFI (Big Five Inventory) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Mariyanti dan Rahmawati (2011). Skor yang dihasilkan akan dijumlahkan sesuai dengan masing-masing dimensi.

C. SUBJEK PENELITIAN

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (dapat berupa manusia, binatang percobaan, data laboratorium, dan lain-lain) yang memenuhi karakteristik yang ditentukan (Sastroasmoro, 1995). Melalui populasi ini, akan digali pelbagai keterangan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian (Azwar, 2003). Menurut Sugiyono (2010) sampel dapat digunakan dalam suatu penelitian karena adanya pertimbangan efisiensi sumber daya. Sampel itu sendiri merupakan sebagian dari suatu populasi.

Populasi yang digunakan dalam peenelitian ini adalah keseluruhan karyawan Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I yang berjumlah sekitar 300 karyawan. Berdasarkan tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael jumlah sampel yang dapat digunakan adalah 161 dengan taraf kesalahan 5% (Sugiyono,


(48)

32

2010). Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 169 karyawan dengan karakteristik populasi sebagai berikut:

a) Karyawan yang bekerja dengan menggunakan komputer atau laptop dan terkoneksi dengan internet perusahaan.

b) Karyawan yang membawa laptop, iPad, tab, atau smartphone milik pribadi yang terkoneksi dengan internet.

Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

convenience sampling. Convenience sampling adalah pengumpulan data atau

informasi dari anggota populasi yang tersedia dan bersedia memberikannya (Sekaran, 2006).

D.METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2010). Metode pengumpulan data dalam penelitian bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang akan diteliti (Azwar, 2010). Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan Skala Minor Cyberloafing dan BFI (Big

Five Inventory) yang sudah diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia (Mariyanti

& Rahmawati, 2011).

1) Skala Minor Cyberloafing

Skala minor cyberloafing yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Blanchard & Henle (2008) dan Henle & Kedharnath (2012).


(49)

Tabel 2. Blueprint Skala Minor Cyberloafing

Variabel Indikator perilaku No item Jumlah

Minor Cyberloafing

- Melakukan pengecekkan, pengiriman, penerimaan email pribadi

1, 7, 12,

15 4

- Melakukan belanja online 4, 6, 9,

14 4

- Mengunjungi situs berita-berita pada umumnya (bola, selebritis, info travel, finansial, lowongan pekerjaan)

3, 5, 8,

10 4

- Update jejaring sosial (Facebook, Twitter, Path, instagram atau kaskus)

2, 11,

13, 16 4

Jumlah 16

Skala ini terdiri dari aktivitas-aktivitas yang mengacu pada perilaku minor

cyberloafing individu di tempat kerja. Pemberian skor untuk setiap respon

adalah nilai 5 untuk jawaban Hampir Selalu, nilai 4 untuk jawaban Sering, nilai 3 untuk jawaban Kadang-Kadang, nilai 2 untuk jawaban Jarang, dan nilai 1 untuk jawaban Hampir Tidak Pernah. Skor pada skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi frekuensi

minor cyberloafing yang dilakukan oleh pegawai. Sebaliknya semakin rendah

skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendahnya frekuensi minor

cyberloafing yang dilakukan oleh pegawai.

2) Skala BFI (Big Five Inventory)

Skala BFI dalam penelitian ini adalah skala yang sudah diadaptasikan oleh Mariyanti (2011). Skala BFI versi bahasa Indonesia telah diuji coba dengan menggunakan sampel sebanyak 713 yang terdiri dari 4 etnis yang ada di kota Medan, yaitu etnis Batak, jawa, India, dan Tionghoa.

BFI ini terdiri dari 44 favourable dan unfavourable aitem yang berbentuk frase atau kalimat singkat dan kemudian akan dirating dengan cara meminta


(50)

34

subjek untuk memilih “STS” (sangat tidak setuju), “TS” (tidak setuju), “N” (netral), “S” (setuju), atau “SS” (sangat setuju). Setiap aitem favourable akan diberikan skor 1 = “STS” hingga 5 = “SS”. Sedangkan untuk aitem

unfavourable akan diskor terbalik yaitu, 1 = “SS”, hingga 5 = “STS”.

Skor kemudian akan dijumlahkan sesuai dengan dimensinya masing-masing. Jika semakin tinggi skor yang diperoleh pada satu dimensi maka menunjukkan bahwa profil kepribadian subjek pada dimensi itu semakin menuju kutub kanan dari dimensi bipolar dimensi tersebut, dan sebaliknya jika semakin rendah skor yang diperoleh pada satu dimensi menunjukkan bahwa profil kepribadian subjek pada faktor itu semakin menuju kutub kiri dari dimensi bipolar faktor tersebut.

Berikut adalah dimensi bipolar 5 faktor kepribadian dalam Big Five : Emotional Stability……….…Neuroticism

Introversion……….…… Extroversion Closedness………...Openness Antagonism………..Agreeableness


(51)

Tabel 3. Blueprint Skala Big Five Inventory (BFI)

No Faktor

Kepribadian

No Aitem Jumlah

aitem Favorable Unfavorable

1

Openness

5, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 20, 25, 26,

33, 38, 40

- 13

2

Neuroticism 4, 14,19, 29, 31,

37, 39, 43 9, 24, 34 11

3 Conscientiousness 3, 28, 35 2, 8, 18, 23 7

4 Extraversion 1, 36, 42 6, 21, 27 6

5

Agreeableness 7, 17, 22, 30, 32,

44 41 7

Jumlah 44

Validitas yang digunakan dalam pada skala BFI ini adalah estimasi validitas pada penelitian Mariyanti dan Rahmawati (2011) yang menggunakan analisa faktor eksploratori dengan bantuan software SPSS. Seluruh aitem yang ada pada skala BFI versi Bahasa Indonesia ini memiliki nilai loading rata-rata di atas 0.30 dan varian sebesar 41.45% yang dapat diartikan bahwa validitas konstrak skala BFI ini sudah memuaskan. Sedangkan skor koefisien reliabilitas yang diperoleh ialah sebesar 0.70 yang dapat diartikan juga bahwa sebesar 30% merupakan variasi skor tampak yang disebabkan oleh eror dan dengan reliabilitas sebesar 0.70 maka BFI versi Indonesia ini sudah memiliki reliabilitas yang baik.

E. UJI COBA ALAT UKUR

Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala BFI yang diadaptasi ke bahasa indonesia oleh Mariyanti dan Rahmawati (2011) dan skala minor


(52)

36

1. Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur adalah sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur data secara akurat sesuai dengan tujuan alat ukur tersebut (Suryabrata, 2010). Sehingga pengujian validitas alat ukur diperlukan untuk mengetahui apakah alat ukur mampu menghasilkan sata yang akurat dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2010).

Validitas yang digunakan untuk skala minor cyberloafing adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes dapat mencakup keseluruhan kawasan isi yang akan diukur oleh tes tersebut (Azwar, 2003). Teknik yang digunakan untuk menilai validitas isi alat ukur dalam penelitian ini adalah professional

judgement. Penilaian profesional ini didapatkan melalui konsultasi dengan

dosen pembimbing.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan untuk BFI (Big Five Inventory) adalah validititas konstrak dengan menggunakan metode analisis faktor ekploratori dengan bantuan program SPSS yang telah dilakukan oleh Mariyanti dan Rahmawati (2011).

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau seberapa konsisten alat ukur apabila dilakukan dua kali atau lebih pengukuran terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama (Azwar, 2003).


(53)

Uji reliabilitas yang digunakan untuk skala minor cyberloafing

dan Big Five Inventory (BFI) adalah Cronbach’s alpha yang dilakukan

dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows. Reliabilitas ini dinyatakan dalam koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00, maka semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut. Sebaliknya, semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 0, maka semakin rendah reliabilitas alat ukurnya.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu alat ukur sudah dapat mengungkap secara tepat apa yang ingin diukur dan sudah dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya (Azwar,2002). Pada penelitian ini uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 21 Juli 2014 dan dilakukan kepada 51 orang karyawan kantor Pajak di kota Tebing Tinggi.

Kemudian data yang terkumpul akan di uji reliabilitasnya dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows. Hasil analisis skala

minor cyberloafing menunjukkan nilai koefisien alpha yaitu sebesar 0,942 dan

nilai koefisien korelasi aitem totalnya berkisar dari 0,473 hingga 0,840. Kemudian untuk Big Five Inventory (BFI) diperoleh reliabilitas skor komposit sebesar 0,6.


(54)

38

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya yang terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan. Adapun ketiga tahap tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan dimulai dari mengurus surat izin untuk melakukan penelitian, mengirimkan surat ke tepat penelitian, membuat dua alat ukur yaitu skala minor cyberloafing dan skala

Big Five, serta melakukan uji coba alat ukur tersebut. Skala minor

cyberloafing dirancang sendiri oleh peneliti dengan total aitem sebanyak 16

aitem dan untuk alat ukur Big Five diambil dari skala Big Five Inventory versi adaptasi bahasa Indonesia dari penelitian Mariyanti dan Rahmawati (2011). Skala ini terdiri dari 44 aitem.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah memperbanyak skala maka dilaksanakan penelitian. Sebelum menyebarkan skala, peneliti mencari subyek penelitian yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Tahap Pengolahan

Setelah diperoleh data dari masing-masing subyek penelitian, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan program SPSS for windows 17.0 version.


(55)

H. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data adalah metode dalam melakukan pengolahan data baik secara manual maupun menggunakan bantuan komputer. Metode analisis data bertujuan untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis, dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian (Notoadmojo,2010). Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin melihat hubungan cyberloafing dengan dimensi kepribadian Big Five, maka analisis yang akan digunakan adalah analisis kuantitatif korelasi Spearman dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0

for Windows. Analisa data menggunakan korelasi spearman disebabkan karena

data variabel penelitian tidak terdistribusi mendekati normal.

Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel dihubungkan maka akan menghasilkan koefisen korelasi dengan simbol (rs). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 sampai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009).


(56)

40

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai uraian tentang hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan data yang telah didapatkan sebelumnya. Adapun uraian tersebut mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil analisis data, serta pembahasan tentang tercapai atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

A.GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang berkerja di Kantor Wilayah DJP Sumut I. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 169 orang. Berikut ini adalah uraian dari gambaran umum 169 orang subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Subjek penelitian ini dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usianya, yaitu dewasa dini dan dewasa madya. Menurut Hurlock (1999) rentang usia untuk dewasa dini berkisar dari 18-40 tahun dan dewasa madya berkisar dari 41-60 tahun. Distribusi gambaran subjek berdasarkan usia yang telah diperoleh dari 169 responden dapat dilihat pada tabel 4 :


(57)

Tabel 4. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia No Rentang Usia (Tahun) Jumlah Persentase(%)

1 18-40 153 90,6%

2 40-60 16 9,4%

Jumlah 169 100%

Berdasarkan dari tabel 4, maka dapat dilihat bahwa responden yang berusia antara18-40 tahun sebanyak 155 orang (90,6%) dan yang berusia antara 40-60 tahun sebanyak 16 orang (9,4%). Hasil data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 20-40 tahun (90,6%).

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin yang telah diperoleh dari 169 responden dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Wanita 58 34,3%

2 Pria 111 65,7%

Jumlah 169 100%

Berdasarkan pada tabel 5, maka dapat dilihat bahwa responden dengan jenis kelamin wanita sebanyak 58 orang (34,3%) dan yang berjenis kelamin pria sebanyak 111 orang (65,7%). Hasil data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah berjenis kelamin pria (65,7%).

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi Gambaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh dari 169 responden dapat dilihat pada tabel 6.


(58)

42

Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 D1 23 13,6%

2 D3 53 31,3%

3 S1 83 49,2%

4 S2 10 5,9%

Jumlah 169 100%

Berdasarkan pada tabel 6, dapat dilihat bahwa untuk tingkat pendidikan D1 (Diploma 1) sebanyak 23 orang (13,6%), D3 (Diploma 3) sebanyak 53 orang (31,3%), S1 (Strata 1) sebanyak 83 orang (49,2%), dan S2 (Strata 2) sebanyak 10 orang (5,9%). Hasil data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan S1.

B.HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang akan dijabarkan adalah mengenai hasil analisis korelasi dengan metode korelasi spearman yang diperoleh dengan bantuan program komputer SPSS 17.0 version for windows.

1. Hasil Analisis Data

Penelitian ini melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dimensi-dimensi kepribadian Big Five (Openness, Conscientiousness, Extraversion,

Agreeableness, dan Neuroticism) dengan perilaku minor cyberloafing. Hasil


(59)

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Spearman

Variabel Rs P Keterangan

O -.281** .000 Berhubungan negatif C -.672** .000 Berhubungan negatif E .888** .000 Berhubungan positif A -.474** .000 Berhubungan negatif N .813** .000 Berhubungan positif

Berdasarkan pada tabel 7, maka dapat dilihat bahwa dimensi-dimensi Big Five secara keseluruhan memiliki hubungan dengan perilaku minor

cyberloafing. Adapun hasil korelasi tiap-tiap dimensi akan dijabarkan sebagai

berikut :

a) Nilai korelasi (rhitung) antara dimensi Openness dengan perilaku minor

cyberloafing adalah sebesar -0,281. Kemudian nilai signifikansi yang

diperoleh adalah sebesar 0,000. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya hubungan antara dimensi openness dengan perilaku minor cyberloafing. Sedangkan arah hubungannya adalah negatif karena nilai r negatif, berarti semakin seseorang memiliki kepribadian openness yang lebih dominan maka akan cenderung jarang ia melakukan perilaku minor cyberloafing. b) Nilai koefisien korelasi (rhitung) adalah sebesar -0,672 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya hubungan antara dimensi conscientiousness dengan perilaku minor cyberloafing. Sedangkan arah hubungannya adalah negatif karena nilai r negatif, berarti semakin seseorang memiliki kepribadian conscientiousness yang lebih


(1)

(2)

Lampiran D


(3)

Cyberloafing

1

42.0 39.0 22.0 29.0 25.0 29.0

2

45.0 37.0 21.0 28.0 24.0 30.0

3

45.0 38.0 20.0 30.0 23.0 28.0

4

30.0 30.0 25.0 24.0 21.0 18.0

5

25.0 30.0 26.0 19.0 22.0 29.0

6

18.0 34.0 28.0 17.0 29.0 30.0

7

28.0 40.0 26.0 18.0 22.0 28.0

8

35.0 31.0 21.0 23.0 21.0 25.0

9

18.0 38.0 27.0 16.0 30.0 20.0

10

17.0 38.0 25.0 13.0 31.0 21.0

11

18.0 30.0 25.0 14.0 32.0 24.0

12

28.0 35.0 18.0 25.0 24.0 29.0

13

39.0 38.0 19.0 24.0 21.0 29.0

14

35.0 35.0 28.0 23.0 22.0 28.0

15

22.0 38.0 27.0 17.0 26.0 25.0

16

40.0 35.0 18.0 29.0 18.0 30.0

17

24.0 37.0 22.0 18.0 27.0 29.0

18

29.0 38.0 27.0 22.0 23.0 27.0

19

23.0 37.0 26.0 20.0 26.0 27.0

20

47.0 37.0 18.0 28.0 19.0 28.0

21

19.0 30.0 30.0 17.0 31.0 18.0

22

25.0 39.0 19.0 21.0 29.0 23.0

23

34.0 30.0 28.0 26.0 21.0 29.0

24

26.0 30.0 24.0 20.0 20.0 25.0

25

16.0 31.0 27.0 13.0 29.0 20.0

26

28.0 40.0 26.0 23.0 20.0 24.0

27

31.0 42.0 22.0 24.0 19.0 27.0

28

27.0 42.0 26.0 21.0 24.0 23.0

29

40.0 39.0 17.0 30.0 20.0 30.0

30

34.0 44.0 18.0 27.0 23.0 26.0

31

36.0 32.0 22.0 29.0 21.0 28.0

32

40.0 39.0 19.0 30.0 18.0 29.0

33

25.0 43.0 24.0 20.0 27.0 28.0

34

24.0 44.0 26.0 18.0 29.0 23.0


(4)

40

20.0 39.0 27.0 16.0 29.0 19.0

41

23.0 37.0 24.0 19.0 27.0 21.0

42

26.0 42.0 24.0 20.0 18.0 27.0

43

41.0 38.0 17.0 28.0 18.0 28.0

44

22.0 38.0 25.0 17.0 30.0 19.0

45

27.0 40.0 21.0 22.0 28.0 25.0

46

19.0 41.0 30.0 13.0 29.0 18.0

47

25.0 41.0 22.0 24.0 23.0 23.0

48

35.0 42.0 21.0 27.0 21.0 25.0

49

36.0 43.0 22.0 25.0 22.0 28.0

50

29.0 44.0 22.0 18.0 20.0 25.0

51

22.0 39.0 26.0 17.0 26.0 20.0

52

37.0 30.0 24.0 25.0 21.0 28.0

53

39.0 39.0 21.0 24.0 20.0 29.0

54

42.0 38.0 22.0 30.0 18.0 29.0

55

30.0 41.0 22.0 24.0 21.0 26.0

56

28.0 44.0 21.0 17.0 24.0 25.0

57

18.0 45.0 33.0 16.0 29.0 19.0

58

28.0 44.0 25.0 24.0 26.0 25.0

59

35.0 38.0 22.0 26.0 24.0 30.0

60

18.0 46.0 28.0 17.0 29.0 20.0

61

17.0 44.0 30.0 18.0 30.0 18.0

62

18.0 46.0 29.0 19.0 31.0 21.0

63

28.0 39.0 22.0 20.0 20.0 26.0

64

40.0 29.0 19.0 30.0 19.0 29.0

65

35.0 40.0 21.0 26.0 22.0 24.0

66

22.0 41.0 25.0 18.0 28.0 23.0

67

38.0 40.0 18.0 24.0 25.0 28.0

68

24.0 39.0 31.0 15.0 20.0 25.0

69

29.0 39.0 28.0 18.0 25.0 27.0

70

23.0 41.0 23.0 17.0 28.0 20.0

71

40.0 42.0 17.0 30.0 21.0 32.0

72

19.0 45.0 32.0 14.0 33.0 18.0

73

25.0 44.0 27.0 22.0 18.0 22.0

74

34.0 41.0 28.0 22.0 19.0 25.0

75

26.0 44.0 29.0 20.0 29.0 21.0

76

16.0 44.0 28.0 15.0 34.0 18.0

77

28.0 44.0 28.0 18.0 18.0 27.0

78

31.0 39.0 27.0 19.0 19.0 29.0

79

27.0 39.0 28.0 18.0 20.0 24.0

80

42.0 38.0 23.0 30.0 21.0 30.0

81

35.0 42.0 24.0 21.0 19.0 26.0

82

38.0 44.0 22.0 25.0 26.0 27.0


(5)

89

39.0 28.0 22.0 22.0 18.0 26.0

90

23.0 42.0 29.0 17.0 26.0 24.0

91

18.0 45.0 32.0 18.0 29.0 20.0

92

23.0 44.0 26.0 22.0 25.0 20.0

93

26.0 44.0 27.0 19.0 16.0 22.0

94

42.0 37.0 19.0 27.0 19.0 30.0

95

22.0 39.0 29.0 19.0 26.0 21.0

96

27.0 38.0 31.0 17.0 29.0 23.0

97

19.0 41.0 32.0 13.0 17.0 18.0

98

25.0 42.0 29.0 18.0 24.0 21.0

99

39.0 45.0 21.0 27.0 25.0 25.0

100

37.0 44.0 22.0 26.0 24.0 29.0

101

29.0 44.0 17.0 20.0 18.0 24.0

102

22.0 43.0 22.0 17.0 21.0 19.0

103

42.0 37.0 21.0 29.0 20.0 27.0

104

42.0 33.0 18.0 28.0 19.0 30.0

105

38.0 37.0 20.0 25.0 18.0 29.0

106

30.0 42.0 17.0 23.0 21.0 24.0

107

28.0 44.0 22.0 22.0 21.0 27.0

108

18.0 44.0 29.0 17.0 34.0 20.0

109

28.0 44.0 26.0 15.0 25.0 26.0

110

38.0 37.0 18.0 26.0 20.0 29.0

111

18.0 44.0 27.0 13.0 24.0 19.0

112

17.0 47.0 28.0 19.0 23.0 20.0

113

18.0 43.0 26.0 17.0 27.0 20.0

114

28.0 38.0 26.0 21.0 26.0 27.0

115

35.0 28.0 22.0 26.0 29.0 29.0

116

35.0 41.0 23.0 25.0 25.0 28.0

117

22.0 39.0 27.0 18.0 16.0 19.0

118

40.0 39.0 18.0 28.0 30.0 30.0

119

24.0 38.0 27.0 18.0 26.0 21.0

120

29.0 42.0 24.0 18.0 29.0 26.0

121

23.0 42.0 25.0 18.0 17.0 22.0

122

43.0 38.0 22.0 29.0 24.0 27.0

123

19.0 45.0 27.0 16.0 25.0 18.0


(6)

128

28.0 44.0 21.0 25.0 19.0 24.0

129

31.0 45.0 28.0 22.0 20.0 27.0

130

27.0 43.0 26.0 15.0 18.0 20.0

131

42.0 28.0 23.0 29.0 19.0 30.0

132

38.0 33.0 22.0 27.0 18.0 29.0

133

38.0 45.0 22.0 26.0 18.0 28.0

134

42.0 44.0 18.0 30.0 21.0 31.0

135

25.0 43.0 27.0 20.0 18.0 22.0

136

24.0 44.0 28.0 17.0 19.0 21.0

137

39.0 38.0 22.0 26.0 21.0 26.0

138

40.0 44.0 18.0 27.0 22.0 30.0

139

26.0 42.0 28.0 19.0 19.0 21.0

140

42.0 38.0 19.0 30.0 21.0 32.0

141

23.0 45.0 26.0 18.0 22.0 20.0

142

18.0 44.0 29.0 14.0 25.0 20.0

143

23.0 44.0 28.0 18.0 22.0 21.0

144

26.0 45.0 31.0 22.0 24.0 23.0

145

39.0 38.0 22.0 24.0 27.0 27.0

146

22.0 43.0 27.0 17.0 19.0 19.0

147

27.0 44.0 29.0 18.0 24.0 18.0

148

19.0 43.0 29.0 15.0 30.0 20.0

149

25.0 43.0 23.0 20.0 27.0 21.0

150

39.0 43.0 23.0 25.0 25.0 27.0

151

37.0 41.0 22.0 24.0 23.0 27.0

152

29.0 44.0 29.0 28.0 25.0 23.0

153

22.0 43.0 29.0 18.0 25.0 21.0

154

38.0 50.0 23.0 29.0 24.0 26.0

155

39.0 55.0 26.0 25.0 27.0 26.0

156

25.0 45.0 30.0 22.0 31.0 22.0

157

24.0 49.0 25.0 18.0 30.0 21.0

158

29.0 45.0 23.0 24.0 21.0 21.0

159

27.0 48.0 25.0 22.0 26.0 24.0

160

36.0 45.0 27.0 25.0 31.0 31.0

161

25.0 45.0 26.0 20.0 23.0 21.0

162

28.0 51.0 28.0 19.0 27.0 24.0

163

26.0 49.0 29.0 23.0 25.0 22.0

164

33.0 50.0 23.0 26.0 21.0 27.0

165

38.0 48.0 26.0 24.0 26.0 25.0

166

23.0 34.0 19.0 14.0 21.0 20.0

167

27.0 44.0 28.0 21.0 24.0 21.0

168

30.0 40.0 18.0 23.0 23.0 26.0