II.5.1 Kritik Teori Uses and Gratification
Pendekatan manfaat dan gratifikasi telah memicu sejumlah kritik, terutama karena tidak bersifat teoritis, karena masih kabur dalam mendefinisikan konsep-konsep utama
misalnya, ”kebutuhan”, dan karena pada dasarnya tak lebih dari sebuah strategi pengumpulan data. Salah satu kritik pendekatan manfaat dan gratifikasi adalah bahwa
pendekatan ini terlalu sempit fokusnya, yaitu pada individu Elliot, 1974. Pendekatan ini bersandar pada konsep-konsep psikologis seperti kebutuhan, dan mengabaikan struktur sosial
maupun tempat media itu berada dalam struktur tersebut. Salah satu jawaban atas kritik ini datang dari Robin dan Windahl 1986, yang telah mengusulkan suatu sintesis antara
pendekatan manfaat dan gratifikasi dengan teori ketergantungan Ball-Rokeach dan DeFleur, 1976. Model manfaat dan ketergantungan mereka Rubin dan Windahl menempatkan
individu di dalam sistem-sistem kemasyarakatan yang membantu membentuk kebutuhan- kebutuhan mereka.
Perspektif pendekatan manfaat dan gratifikasi juga dikritik oleh para penulis yang memiliki perhatian pada persoalan hegemoni media. Mereka mengatakan bahwa terlalu jauh
kiranya jika dikatakan bahwa orang bebas memilih agenda media maupun interpretasi- interpretasi sesuai kehendak mereka White, 1994. Menurut penulis itu, pesan-pesan media
massa cenderung memperkuat pandangan kebudayaan yang dominan dan audien merasa sukar untuk mengelak Severin, 2005:358.
II.5.2 Perkembangan Terkini dalam Penelitian Manfaat dan Gratifikasi
Kadang-kadang para pengguna media bersikap selektif dan rasional dalam memproses pesan-pesan media, namun pada saat yang lain mereka memanfaatkan media untuk bersantai
atau sebagai tempat pelarian. Perbedaan jenis maupun tingkat aktivitas audien mungkin juga merupakan akibat dari efek-efek media. Arah baru lainnya difokuskan pada manfaat media
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Misalkan saja, salah satu kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
manfaat media adalah untuk mengatasi rasa kesepian. Canary dan Spitzberg 1993 menemukan bukti yang mendukung manfaat ini, namun kaitannya tergantung pada kadar
kesepiannya. Mereka menemukan bahwa manfaat media yang paling besar dalam mengatasi kesepian adalah dalam kondisi sepi secara situasional, atau mereka yang kesepian untuk
sementara waktu. Mereka menemukan manfaat media yang tidak begitu besar untuk mengatasi kesepian pada kondisi sepi secara kronis, atau mereka yang merasa kesepian
dalam jangka waktu bertahun-tahun. Penjelasan atas temuan ini agaknya adalah bahwa mereka yang sepi secara kronis merekatkan sifat-sifat kesepian mereka pada faktor-faktor
internal dan dengan tidak meyakini bahwa komunikasi itu dengan sendirinya akan menjadi pelepasan Severin, 2005: 363.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah dan Perkembangan Universitas Sumatera Utara
Sejarah Universitas Sumatera utara dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur
Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang
diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut: Abdul Hakim Ketua, Dr. T. Mansoer Wakil ketua, Dr. Soemarsono SekretarisBendahara, Ir.
R.S. Danunagoro, Drg. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas. J.Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum Anggota.
Sebenarnya hasrat
untuk mendirikan Perguruan Tinggi di Medan telah mulai sejak
sebelum Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan
Dr. T. Mansoer membuat rancangan Perguruan Tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, Pemerintah mengangkat Dr. Moh. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia.
Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947 Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan
uang untuk pendirian sebuah Universitas di daerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr.Soemarsono,
yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan Sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain dewan pimpinan yayasan, organisasi Universitas Sumatera Utara pada awal
Universitas Sumatera Utara