Teori Dissonansi Kognitif .1 Pengertian dan Proses Dissonansi Kognitif

54 Pengukuran fungsi paru tenaga kerja dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : a. Persiapan Diberi penjelasan cara bekerjanya alat ini, perintah yang harus dilaksanakan, menegaskan bahwa pemeriksaan ini tidak menyakitkan, pemeriksaan dilakukan dengan berdiri, terutama pada subjek orang yang gemuk. b. Demonstrasi kepada subjek agar pemeriksaan dapat dikerjakan dengan baik dan benar. c. Dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. d. Pemeriksaan fungsi paru. Pertama kali responden diminta untuk bernapas biasa melalui mulut untuk membiasakan bernapas dengan spirometer. Setelah terbiasa, responden diminta untuk menarik napas dalam-dalam, ditahan sebentar, kemudian dihembuskan dengan kuat hingga udara habis. Responden kemudian diminta kembali untuk menarik napas dalam-dalam, kemudian ditahan sebentar serta dihembuskan sekuat dan secepat mungkin dalam 1 detik. Data hasil pemeriksan dicetak dan disimpan untuk pengolahan data selanjutnya. 2.3 Teori Dissonansi Kognitif 2.3.1 Pengertian dan Proses Dissonansi Kognitif Istilah dissonansi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger Effendy, 1993 : 262 adalah ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap Universitas Sumatera Utara 55 dan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami dissonansi akan berupaya mencari dalih untuk mengurangi dissonansinya itu. Dapat dijelaskan lagi bahwa istilah dissonansi kognitif cognitive dissonance, merupakan suatu situasi apabila terjadi ketidaksesuaian antara komponen kognitif dan komponen dan komponen perilaku dan sikap. Setiap bentuk yang tidak konsisten adalah tidak menyenangkan, karenanya individu akan berusaha mengurangi dissonansi. Dissonansi karenanya dipandang sebagai suatu keadaan di dalam diri seseorang, yang apabila keadaan itu muncul, orang tersebut akan berusaha keras mengembalikan keadaan keseimbangan atau dengan kata lain pengertian dari dissonansi kognitif adalah suatu keadaan dimana orang mengalami ketidaksesuian di antara komponen-komponen sikap tertentu. Orang tersebut akan bangkit memperbaiki ketidaksesuian itu. Sebagai contoh, kasus seorang pejabat eksekutif kepala dari sebuah perusahaan rokok. Ia mungkin akan mengalami suatu dissonansi kognitif jika ia berkeyakinan bahwa ia jujur dan bekerja keras, tetapi ia tahu bahwa rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru. Ia mungkin berkata dalam hatinya, ”Saya ini orang baik-baik, tetapi saya bertugas dalam suatu perusahaan yang memproduksi barang yang memungkinkan terjadinya kanker.” Pemikiran seperti ini akan menciptakan ketidakkonsistenan. Daripada ia mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggalkan kariernya yang sukses tersebut, nampaknya ia akan lebih suka mengubah cara berpikirnya atau dengan kata lain kognisinya. Ia dapat menyatakan, ”Perusahaan kami memproduksi rokok yang aman dan bebas dari kemungkinan bahaya kanker”. Atau ia mungkin Universitas Sumatera Utara 56 berpikir bahwa merokok sebenarnya meningkatkan kemampuan mental perokok, yaitu membantu mengurangi atau menanggulangi stress. Contoh di atas menunjukkan, bahwa jika terjadi ketidaksesuaian dalam sikap seseorang, ia akan berupaya menyelesaikan masalah tersebut secara kognitif atau secara perilaku. Pejabat kepala eksekutif tersebut menggunakan proses kognitif untuk mengurangi dissonansinya. Dissonansi kognitif mempunyai pengaruh penting dalam publik, yakni dapat membantu menjelaskan pilihan yang diambil oleh seseorang apabila komponen-komponen itu tidak konsisten. Misalnya, jika unsur-unsur yang mendasari dissonansi itu tidak seberapa penting, maka orang itu tidak akan merasa tertekan untuk mengurangi dissonansi. Teori dissonansi kognitif dapat juga membantu meramalkan kecenderungan propensity orang mengubah sikapnya. 2.4 Teori S-O-R 2.4.1 Pengertian dan Proses S-O-R