B. PARTISIPAN 2 B. 1. IDENTITAS B. 2. DESKRIPSI UMUM SITA

80 IV. B. PARTISIPAN 2 IV. B. 1. IDENTITAS Nama : Sita Jenis kelamin : Perempuan Usia : 18 tahun Suku bangsa : Jawa-Sunda Agama : Islam Pendidikan terakhir : kelas 2 SMP Pekerjaan : Tidak bekerja Urutan dalam keluarga : Anak ke 4 dari 7 bersaudara Status : Belum menikah Usia awal terjadi child abuse : Sejak lahir ditinggalkan ayah kandung Jenis child abuse : Neglect, physical abuse, emotional abuse, sexual abuse Pelaku child abuse : Ibu kandung, ayah kandung, dan ayah tiri Data Orangtua abuser IBU AYAH AYAH Status Kandung Kandung Tiri Nama Mai Man Yan Usia 38 tahun 45 tahun 40 tahun Agama Islam Islam Islam Suku bangsa Sunda Jawa Sunda Pendidikan SD SD tidak diketahui Pekerjaan PRT Tidak diketahui Pengangguran Abuse terhadap Sita Neglect, physical emotional abuse Neglect, emotional abuse Sexual emotional abuse, neglect Keterangan Menikah 4 kali Suami II Mai. Berpisah ketika Sita dalam kandungan Suami IV Mai, bercerai tahun 2007 Bukan nama sesungguhnya Partisipan penelitian Universitas Sumatera Utara 81 SILSILAH KELUARGA SITA Hadi 12 Tika 3 Lia 16 Rina 33 RIP RIP RIP RIP 2002 Rio 20 Yan 40 Mai 38 RIP 2003 Tina 22 Keterangan: : berpisah divorce, : partisipan penelitian separate, death : hubungan dekat RIP : meninggal dunia : neglect : physical abuse : emotional abuse : sexual abuse Seluruh nama disamarkan Man 45 Sita 18 Universitas Sumatera Utara 82

IV. B. 2. DESKRIPSI UMUM SITA

Sita lahir di sebuah desa terpencil, dikelilingi hutan sawit, beberapa kilometer dari laut di propinsi Lampung. Jenis pekerjaan yang tersedia di desa tersebut hanya bertani, nelayan, menjadi tukang ojek atau pembantu rumah tangga sehingga kebanyakan penduduknya lebih memilih merantau untuk mendapat penghasilan yang lebih baik. Ibu kandung Sita telah menikah 4 kali dan ayah kandungnya adalah suami kedua ibunya. Sebelum menikah dengan ayah, ibu telah bercerai dengan seorang duda yang telah memiliki seorang putri bernama Sarah. Dari pernikahan tersebut, ibu melahirkan seorang putri yang diberi nama Tina. Setelah bercerai, Sarah dibawa ayahnya sedangkan Tina bersama ibu. Mereka tinggal bersama nenek Sita dan adik ibu bernama Rina. Tidak sampai 2 tahun setelah bercerai dengan suami pertama, ibu menikah dengan ayah kandung Sita dan mereka tetap tinggal di rumah nenek. Akan tetapi, pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Ayah dan ibu memutuskan berpisah setelah ayah ketahuan memiliki isteri baru dan saat itu Sita masih berada dalam kandungan. Ayah pergi membawa Rio, abang kandung Sita, sedangkan Sita dan Tina tetap bersama ibu di rumah nenek. Sejak saat itu, ayah tidak pernah datang mengunjungi Sita. Saat berusia 3 tahun, Sita harus berpisah dengan ibunya setelah ibu mendapat pekerjaan sebagai PRT di Ibu Kota. Ibu hanya sesekali pulang ke rumah nenek sehingga Sita tidak banyak mengingat bagaimana ibunya saat ia masih kecil. Ia juga baru menyadari konsep orang tua setelah melihat anak-anak di Universitas Sumatera Utara 83 kampungnya yang tinggal dengan orang tua. Sejak itu, masa kecilnya dihabiskan dengan menyendiri di kamar atau memanjat pohon di halaman rumah nenek sambil menghayalkan sebuah keluarga utuh dan bahagia. Sita kembali tinggal bersama ibunya saat berusia 7 tahun. Saat itu ibu sudah menikah lagi dengan suami ketiga dan melahirkan adik laki-laki bernama Hadi, yang saat itu telah berusia 1 tahun. Kemudian, Sita dan kakak tirinya diajak tinggal bersama ibu dan ayah barunya di rumah kontrakan di Kota K dan ia pun harus pindah sekolah. Ternyata, pernikahan ibu yang ketiga ini juga tidak harmonis. Sita sering menyaksikan ibu dan ayah tirinya bertengkar di rumah namun ia tidak mengetahui penyebab pertengkaran tersebut. Ibu juga sering marah dan jarang berada di rumah. Ibu dan suami ketiganya bercerai saat Sita berusia 9 tahun. Sita beserta kakak dan ibunya kembali ke rumah nenek, sedangkan Hadi dibawa ayahnya. Hingga sekarang Sita tidak pernah bertemu lagi dengan mantan suami ibunya tersebut dan Hadi. Saat Sita berusia 13 tahun, nenek meninggal dunia. Kemudian Rina, adik ibu yang ketika itu telah menikah dan mempunyai seorang anak, memutuskan pindah rumah, karena tidak cocok dengan ibu Sita. Setahun kemudian, Sita putus sekolah karena ibunya merasa tidak sanggup lagi membiayai sekolah mereka. Di tahun yang sama, kakaknya yang juga putus sekolah memutuskan menikah dengan pacarnya dan pindah ke rumah suaminya di desa tetangga. Sita tinggal berdua dengan ibunya dan bertugas mengurus rumah sementara ibunya bekerja sebagai PRT. Kemudian, Sita mengenal Adon, laki-laki berusia 23 tahun yang Universitas Sumatera Utara 84 kemudian menjadi pacarnya. Hubungan mereka ditentang orang tua Adon dikarenakan perbedaan usia dan karena warga di desa tersebut sudah memandang negatif ibu Sita yang telah menikah tiga kali. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk berpisah setelah Adon kembali ke pulau Jawa untuk bekerja. Tak lama kemudian, ibu berencana menikah lagi. Sita sebenarnya tidak menyetujui rencana pernikahan ibu dengan laki-laki berpenampilan berantakan, pengangguran dan pemabuk tersebut. Akan tetapi ibu tetap menikah juga. Setelah menikah, ayah tiri makan dan tidur gratis di rumah mereka sementara ibu terpaksa harus mencari penghasilan tambahan untuk biaya hidup dan kebiasaan ayah tiri berjudi dan mabuk-mabukan. Ayah tiri juga sering memukul ibu di depan Sita saat mabuk atau saat uang yang ibu berikan kurang. Ibu juga jadi semakin jarang di rumah karena bekerja dan kalaupun di rumah, ibu sering marah-marah dan memukul Sita terutama saat Sita menyinggung dan menjelek-jelekan ayah tiri. Hanya berselang tujuh bulan setelah menikah, ibu melahirkan adik tiri Sita yang diberi nama Tika. Selang beberapa waktu kemudian, ayah tiri mengajaknya pergi dan memperkosanya di tengah hutan. Perkosaan terjadi kembali di rumah ketika ibu tidak ada di rumah dan saat itu ayah sedang mabuk. Sita pernah mencoba mengatakan pada ibunya bahwa ayah tirinya bukan laki-laki yang baik namun, ibunya tidak percaya. Ayah tiri kembali mencoba memperkosanya untuk ketiga kalinya namun gagal karena Sita melawan dan mengancam. Setelah itu, ayah tidak pernah lagi melakukan percobaan perkosaan dan Sita pun semakin menghindari ayah tirinya dan ia tidak pernah mengadukan masalah ini ke siapapun. Universitas Sumatera Utara 85 Tahun 2006 ada tawaran bekerja sebagai PRT di Jakarta. Sita diantar ibunya ke Pelabuhan dan sebelum ia berangkat ibunya memeluk dan menciumnya serta memberi beberapa nasehat padanya sehingga ia selalu mengingat ibunya saat ia sudah sampai di Jakarta. Kemudian, Sita menawarkan diri untuk dipindahkan ke Yayasan di Medan. Sita tidak memberitahu keberangkatannya pada ibunya. Ia hanya mengatakan lewat telepon bahwa kontraknya di Jakarta diperpanjang sampai satu tahun dan ibunya setuju saja. Sejak berada di Medan, Sita putus kontak dengan keluarga di kampungnya. Sampai saat ini ia masih bingung dengan ketidak-kosistenan sikap ibunya dan alasan ayahnya meninggalkannya. Ia belum bisa mengatasi konflik antara trauma dan harapan di dalam dirinya. Sementara ayah tirinya yang sejak awal tidak disukainya dan tidak dianggapnya sebagai orang tua, tidak lagi mau dipikirkannya. Karena alasan-alasan tersebut, sejak pergi dari kampungnya, Sita sudah bertekad untuk meninggalkan dan melupakan masa lalunya serta mencari kebahagiaannya sendiri di tempat yang baru yang jauh dari kampung halamannya.

IV. B. 3. OBSERVASI DAN WAWANCARA