46
IV. A. PARTISIPAN I IV. A. 1. IDENTITAS
Nama :
Asti Jenis
kelamin :
Perempuan Usia
: 33
tahun Suku
bangsa :
Jawa Agama
: Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga PRT
Urutan dalam keluarga : Anak ke 2 dari 5 bersaudara
Status :
Janda Jumlah anak
: 3 orang Usia awal terjadi child abuse : 8 tahun
Jenis child abuse : Physical abuse, emotional abuse, neglect
Pelaku child abuse : Ibu tiri dan ayah kandung
Data Orang Tua Abuser AYAH
IBU
Status Kandung Tiri Nama Amir Nana
Usia 58 tahun
60 tahun Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa
Jawa Pendidikan terakhir
SMA SMP
Pekerjaan Pensiunan PU
Ibu rumah tangga Abuse terhadap
Asti Emotional abuse dan neglect
Physical abuse, emotional abuse, neglect
Bukan nama sesungguhnya Partisipan penelitian
Universitas Sumatera Utara
47
SILSILAH KELUARGA ASTI
Yuni 26
RIP
2000
Iqbal 11
Boy 14
Iwan 15
Adi Lena
50
RIP 1982
Nana 60
Ella 38
Siti 30
RIP 1991
RIP 1992
RIP
Keterangan:
: berpisah divorce, separate, death
: anak angkat : hubungan dekat
: neglect : physical abuse
: emotional abuse Seluruh nama disamarkan
Heri 31
Amir 58
Asti 33
Universitas Sumatera Utara
48
IV. A. 2. DESKRIPSI UMUM ASTI
Semasa kecil, Asti hidup bahagia bersama ayah, ibu serta seorang adik laki-lakinya di rumah mereka di daerah Mandala. Ayah Asti bekerja sebagai
Pegawai Negeri di bagian Pekerjaan Umum PU yang juga pemegang warisan keluarga, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Akan tetapi, kehidupannya
berubah semenjak ibu kandungnya meninggal dunia karena melahirkan adik bungsu dan ketika itu Asti belum genap 8 tahun. Asti dan adik-adiknya kemudian
diasuh oleh nenek-kakeknya orang tua ibu kandung, sedangkan ayah tetap tinggal di rumah mereka.
Sekitar tiga bulan setelah ibunya tiada, ayahnya menikah lagi tanpa sepengetahuan Asti dan keluarga tempat ia tinggal
. Kemudian ayah datang
menjemput Asti dan adik-adiknya kembali ke Mandala. Nenek tidak mengabulkan permintaan ayah karena berita yang tiba-tiba tersebut. Namun, nenek
menyerahkan keputusan pada Asti sebagai anak sulung apakah mau ikut ayah atau tetap di rumah nenek. Ternyata, Asti lebih memilih ikut ayah setelah ayah
meyakinkannya bahwa akan ada ibu baru yang akan menggantikan ibu kandungnya yang telah tiada. Asti dan adik laki-lakinya pun ikut ayah kembali ke
rumah sedangkan adik bungsu yang masih bayi tetap di rumah nenek karena telah diangkat menjadi anak oleh Lena, adik ibu kandung.
Sejak Asti dan adik laki-lakinya kembali ke rumah, sepulang bekerja sebagai PNS, ayah bekerja sampingan sebagai tukang becak. Hal ini dikarenakan
ibu tiri merasa penghasilan ayah kurang mencukupi dengan bertambahnya jumlah keluarga.
Universitas Sumatera Utara
49 Asti merasa bahagia memiliki pengganti ibu kandungnya yang telah tiada.
Akan tetapi, kebahagiaan tidak berlangsung lama. Ibu tiri mulai sering marah- marah tanpa sebab dan menyuruh Asti mengerjakan semua pekerjaan rumah
tangga saat ayah tidak ada di rumah. Ibu tiri bahkan juga melakukan physical abuse, seperti tidak memberikan makanan yang layak, memukul, menyiram
dengan air panas atau membenturkan kepala Asti hingga berdarah. Asti mulai tidak tahan dan mengadu pada ayah. Ternyata ayah tidak
menghiraukan keluhannya bahkan terus membela ibu tiri. Kemudian Asti mengadu pada neneknya. Ia bahkan pernah melarikan diri ke sana untuk mencari
perlindungan tetapi ia malah disuruh bersabar dan kembali ke rumah. Asti pun pulang dengan perasaan tidak berdaya.
Ia kemudian mengadu pada para tetangga. Sama seperti keluarga di rumah nenek, tetangganya hanya dapat menasehati Asti agar bersabar karena tidak dapat
mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Akan tetapi, mereka tetap prihatin dengan keadaan Asti dan bersedia membantu semampunya seperti bersedia
mendengarkan saat Asti ingin bercerita serta memberi Asti dan adiknya makanan. Ternyata, ibu tiri tidak menyukai kedekatan Asti dengan para tetangga.
Asti kemudian dilarang keluar rumah bahkan untuk sekolah sekalipun sehingga frekuensi perilaku abusive ibu tiri meningkat. Akibatnya, kondisi kesehatan Asti
pun memburuk karena kurang gizi dan terserang gejala bronchitis. Salah seorang tetangga prihatin dengan kondisi Asti dan kemudian
memberikan Asti uang untuk melarikan diri ke rumah nenek bersama adiknya. Sesampai di rumah nenek, Asti langsung dibawa ke rumah sakit dan diopname
Universitas Sumatera Utara
50 beberapa hari. Kedua orangtuanya tidak pernah menjenguknya di rumah sakit dan
juga tidak pernah datang ke rumah nenek untuk menjemputnya. Nenek dan tantenya sempat datang ke rumah ayah untuk meminta pertanggung-jawaban,
namun ayah dan ibu tiri telah melepaskan tanggung jawab mereka sebagai orangtua. Sejak saat itu, Asti dan adik laki-lakinya diasuh oleh neneknya.
Usia 17 tahun ia menikah namun pernikahan tersebut sering diwarnai pertengkaran dan suaminya sering mengancam akan menikah lagi ketika sedang
bertengkar. Tahun 2004 Asti dan Adi bercerai. Asti mengambil alih pengasuhan ketiga anak mereka sedangkan Adi sampai sekarang tidak pernah lagi
mengunjungi mereka ataupun memberikan biaya hidup bagi ketiga anak mereka. Sampai sekarang, Asti tetap tidak dapat melupakan dan tidak mau
memaafkan orangtuanya atas child abuse yang dialaminya. Ia hidup dengan membawa amarah dan keinginan membalas dendam terhadap ibu tiri. Selain itu, ia
juga tetap menyimpan rasa kesal dan kecewa terhadap ayah yang tidak mempedulikannya ketika child abuse terjadi. Beberapa waktu lalu, ayahnya
datang dan meminta maaf padanya. Melihat keadaan ayah yang sudah tua dan sakit-sakitan, timbul perasaan kasihan dalam dirinya. Ia juga kembali teringat
saat-saat bahagia bersama ayahnya ketika ibu kandung masih ada. Namun, ternyata emosi-emosi positif tersebut tetap tidak membuatnya memaafkan
ayahnya. Baginya, ayahnya tetap bersalah dan walaupun ayah telah menyesal, penyesalan itu sudah tidak berguna lagi.
Universitas Sumatera Utara
51
IV. A. 3. OBSERVASI DAN WAWANCARA