METODE PENELITIAN Dinamika Forgiveness Pada Orang Dewasa Yang Pernah Mengalami Child Abuse

37

BAB III METODE PENELITIAN

III.A. PENDEKATAN KUALITATIF Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat dinamika forgiveness pada orang dewasa yang pernah mengalami child abuse dilakukan oleh orang tua, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini mengingat topik penelitian seperti ini merupakan pengalaman pribadi yang melibatkan penghayatan subjektif yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu partisipan Poerwandari, 2001 III.B. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam sebagai metode utama dan observasi sebagai metode tambahan yang dilakukan pada saat wawancara. Yang dimaksud dengan wawancara mendalam merupakan satu bentuk wawancara yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap peristiwa yang dialami dan dirasakan oleh partisipan penelitian. Wawancara mendalam memberikan kesempatan yang maksimal untuk menggali latar belakang hidup seseorang sehingga peneliti mendapatkan gambaran dan dinamika yang hendak diteliti. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang Universitas Sumatera Utara 38 dipahami individu sesuai dengan topik penelitian Banister dkk dalam Poerwandari, 2001. Observasi dalam penelitian ini bukanlah sebagai metode utama melainkan sebagai metode tambahan yang dilakukan pada saat wawancara berlangsung untuk melihat reaksi partisipan, antara lain: penampilan fisik, reaksi partisipan terhadap peneliti dan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, keadaan partisipan pada saat wawancara serta hal-hal yang sering dilakukan partisipan selama proses wawancara. III.C. ALAT BANTU PENGUMPULAN DATA Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data adalah digital recorder, pedoman wawancara dan lembar observasi. III.C.1. Digital Recorder Alat Perekam Menurut Poerwandari 2001, sebaiknya wawancara direkam dan dicatat dalam bentuk verbatim kata demi kata. Penggunaan alat perekam akan mempermudah peneliti dalam mengulangi hasil wawancara dan tidak perlu sibuk mencatat jalannya wawancara. Selain itu, peneliti dapat lebih mudah melakukan observasi selama wawancara berlangsung. Penggunaan alat perekam dilakukan setelah ada persetujuan dari partisipan. III.C.2. Pedoman Wawancara Mendalam Pedoman wawancara berupa open ended question. Pada pelaksanaannya, pedoman wawancara ini tidak digunakan secara kaku. Tidak tertutup kemungkinan untuk menanyakan hal lain yang masih berhubungan dengan topik Universitas Sumatera Utara 39 penelitian agar wawancara tidak berjalan dengan kaku namun data yang didapatkan lebih lengkap dan akurat. III.C.3. Lembar Data Keluarga Lembar data keluarga digunakan untuk memperoleh gambaran lingkungan keluarga partisipan, kehidupan keluarga dan masa kecil partisipan penelitian. III.D. PARTISIPAN PENELITIAN III.D.1. Karakteristik Partisipan Penelitian a Wanita atau pria dewasa dengan usia 18 tahun ke atas. Penelitian ini menggunakan partisipan usia dewasa karena setelah dewasa individu diharapkan dapat mandiri dan bertanggung jawab akan dirinya sendiri sehingga orang tua tidak lagi menjadi caregiver utama yang memiliki kewajiban penuh terhadap kesejahteraan dan kehidupan anak Hurlock, 1999. b Pernah mengalami child abuse c Orang tua kandung, tiri, ataupun angkat sebagai abuser III.D.2. Teknik Sampling Prosedur pengambilan partisipan penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Partisipan diambil berdasarkan kriteria tertentu yaitu berdasarkan teori tentang orang yang menjadi partisipan penelitian Poerwandari, 2001. Partisipan dipilih berdasarkan adanya kriteria khusus yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar sampel bersifat representatif yang artinya dapat mewakili fenomena yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara 40 III.D.3. Jumlah Partisipan Penelitian Penelitian kualitatif tidak mementingkan jumlah partisipan penelitian, yang terpenting dalam pemelitian kualitatif adalah yang dapat memberikan sebanyak mungkin informasi yang ingin didapatkan. Waktu, biaya kemampuan partisipan, ketertarikan partisipan dan faktor lain yang mempengaruhi banyaknya sampel menjadi hal yang harus diperhatikan dalam mengambil sampel penelitian Gay dan Airasian, 2003. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 2 dua orang dengan pertimbangan masih sedikit orang yang mau terbuka akan kejadian sensitif dalam keluarga sehingga sulit untuk mendapatkan partisipan penelitian dalam jumlah besar. III.E. PROSEDUR PENELITIAN III.E.1 Tahap Pralapangan Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan dengan forgiveness pada orang dewasa yang pernah mengalami child abuse 2. Mencari partisipan penelitian 3. Menyusun pedoman wawancara 4. Persiapan untuk pengumpulan data 5. Membuat inform consent 6. Membangun rapport Universitas Sumatera Utara 41 III.E.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini diawali dengan perkenalan serta memberi penjelasan pada partisipan mengenai tujuan penelitian. Peneliti juga menjelaskan mengenai prosedur dan kerahasiaan data penelitian. Kemudian wawancara dilakukan di tempat yang disepakati oleh peneliti dan partisipan penelitian serta akan direkam dengan digital recorder mulai dari awal hingga akhir. Peneliti juga akan mencatat bahasa non verbal partisipan ketika wawancara berlangsung. III.E.3. Tahap Pencatatan Data Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada partisipan untuk merekam wawancara yang akan dilakukan. Setelah wawancara dilakukan peneliti membuat verbatim dari wawancara tersebut yaitu memindahkan hasil wawancara ke dalam bentuk tulisan atau ketikan. III.F. METODE ANALISIS DATA Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari 2001, yaitu: a. Koding Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting, meskipun peneliti yang Universitas Sumatera Utara 42 satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya penelitilah yang berhak dan bertanggungjawab memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2001. b. Organisasi Data Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2001 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk a memperoleh data yang baik, b mendokumentasikan analisis yang dilakukan, serta c menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan, dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandai dibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. c. Analisis Tematik Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan ‘pola’ yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena. Universitas Sumatera Utara 43 d. Tahapan Interpretasi analisis Kvale dalam Poerwandari, 2001 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan oleh Kvale dalam Poerwandari, 2001 yaitu: pertama, konteks interpretasi pemahaman diri ‘self understanding’ terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat condensed apa yang oleh partisipan penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti, melainkan dikembalikan pada pemahaman diri partisipan penelitian, dilihat dari sudut pandang dan pengertian partisipan penelitian tersebut. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis critical commonsense understanding terjadi bila peneliti beranjak lebih jauh dari pemahaman diri partisipan penelitiannya. Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman partisipan, bersifat kritis terhadap apa yang dikatakan partisipan, baik dengan memfokuskan pada ‘isi’ pernyataan maupun pada partisipan yang membuat pernyataan. Meski demikian semua itu tetap ditempatkan dalam konteks penalaran umum: peneliti mencoba mengambil posisi sebagai masyarakat umum dalam mana partisipan penelitian berada. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri partisipan ataupun penalaran umum. Universitas Sumatera Utara 44

e. Pengujian Terhadap Dugaan

Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan- kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya. Begitu tema-tema dan pola-pola muncul dari data, untuk meyakini temuannya, selain mencoba untuk terus menajamkan tema dan pola yang ditemukan, peneliti juga perlu mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari pola-pola yang muncul tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda mengenai data yang sama. Berbagai perspektif harus disesuaikan untuk memungkinkan keluasan analisis serta mengecek bias-bias yang tidak disadari oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara 45

BAB IV HASIL DAN ANALISIS HASIL