Metode Pengumpulan Data Prinsip keterbukaan akses, partisipasi, serta perlindungan dan kontrol

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis kriminaliasi korporasi lembaga penyiaran sebagai pelaku tindak pidana di bidang penyiaran berdasarkan asas-asas yang termuat di dalam hukum positif. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu dimaksudkan sebagai pendekatan terhadap masalah dengan melihat dari segi peraturan-peraturan yang berlaku oleh karena itu dilakukan penelitian kepustakaan.

2. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian hukum, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. 81 Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi penelitian kepustakaan library research untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahuluan yang 81 Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Peranan dan Penggunaan Perpustakaan Di dalam Penelitian Hukum, Jakarta: Pusat Dokumentasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1979, hal. 3 Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan objek yang diteliti dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah. Adapun data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tertier. a. Bahan Hukum Primer. Ketetapan MPR RI Nomor IVMPR1999, kemudian pemerintah pada akhir tahun 2000 memperbaharui Undang-Undang Nomor 24 tahun 1997 tentang Penyiaran dan menggantinya dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, KUH Pidana, KUHAP. b. Bahan Hukum Sekunder. Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya Rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian serta penelitian yang relevan dengan penelitian ini. c. Bahan Hukum Tertier. Bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berupa kamus umum, kamus hukum, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal hukum, laporan ilmiah. Universitas Sumatera Utara

3. Analisa Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 82 Berdasarkan pendapat Maria S.W. Sumardjono, bahwa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif tidak harus dipisahkan sama sekali apabila digunakan dengan tepat, sepanjang hal itu mungkin keduanya dapat saling menunjang. 83 Dengan analisis kualitatif itu juga dilakukan metode interprestasi 84 Berdasarkan metode interprestasi ini, diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum yang ada dalam tesis ini. Setelah diperoleh data sekunder yakni berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier, kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yakni pemaparan kembali dengan kalimat yang sistematis secara induktif dan atau deduktif untuk dapat memberikan gambaran secara jelas jawaban atas permasalahan yang ada, pada akhirnya dinyatakan dalam bentuk deskriptif. 82 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hal.103 83 Oloan Sitorus dan Darwinsyah Minin, Cara Penyelesaian Karya Ilmiah Di Bidang Hukum Panduan Dasar Menuntaskan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2003, hal. 47 84 Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo, mengatakan interprestasi merupakan metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada tetapi tidak jelas untuk dapat diterapkan pada peristiwanya, interprestasi itu, baik dilakukan dengan metode garmatikal, teleologis atau sosilogis, sistematis atau logis, historis, komparatif, futuristis atau antisipatif, argumentum per analogiam analogi, penyempitan hukum, argumentum a contrario, Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal, 14-26. Lihat juga Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1999, hal. 155-167 Universitas Sumatera Utara

BAB II PENENTUAN KRIMINALISASI TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN DI

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

A. Karakteristik dan Prinsip Penyiaran di Indonesia

Guna mencapai keberhasilan penyelenggaraan penyiaran yang sesuai dengan haluan dasar penyiaran, UU Penyiaran telah menetapkan 4 empat karakteristik dalam penyiaran yang diberlakukan di Indonesia, yakni: 85 Pertama, penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional. Kedua, dalam sistem penyiaran nasional tersebut, negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ketiga, dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. Adil dan terpadu yang dimaksud di sini dengan demikian adalah pencerminan adanya keseimbangan informasi antardaerah serta antara daerah 85 Asas penyiaran adalah, Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Tujuan penyiaran adalah, Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Sedangkan fungsi penyiaran yakni: Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Dalam menjalankan fungsi tersebut, penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Universitas Sumatera Utara dan pusat. Keempat, untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran. 86 Prinsip dasar penyelenggaraan penyiaran berkaitan dengan prinsip-prinsip penjaminan dari negara agar aktivitas penyiaran yang dilakukan oleh lembaga penyiaran berdampak positif bagi publik. Dalam hal ini, publik harus memiliki akses yang memadai untuk dapat terlibat, memanfaatkan, mendapatkan perlindungan, serta mendapatkan keuntungan dari kegiatan penyiaran. Guna mencapai keberhasilan dari prinsip ini, juga dibutuhkan prinsip lain, yang secara melekat embedded menyokongnya, yakni prinsip diversity of ownership keberagaman kepemilikan dan diversity of content keberagaman isi dari lembaga penyiaran. Dengan kedua prinsip diversity ini diharapkan, negara dapat melakukan penjaminan terhadap publik melalui penciptaan iklim kompetitif antar lembaga penyiaran agar bersaing secara sehat dalam menyediakan pelayanan informasi yang terbaik kepada publik. Adapun prinsip-prinsip dimaksud sebagai berikut:

4. Prinsip keterbukaan akses, partisipasi, serta perlindungan dan kontrol

publik Prinsip ini membuka peluang akses bagi setiap warga negara untuk menggunakan dan mengembangkan penyelenggaraan penyiaran nasional. Undang- undang memberi hak, kewajiban dan tanggungjawab serta partisipasi masyarakat untuk mengembangkan penyiaran, seperti mengembangkan pribadi dan lingkungan 86 Lihat Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Lembaga Penyiaran. Universitas Sumatera Utara sosialnya, mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi di lembaga penyiaran serta mengembangkan kegiatan literasi danatau pemantauan untuk mengawasi dan melindungi publik dari isi siaran yang merugikan mereka. Berikut ini adalah ketentuan yang tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2002 terkait dengan prinsip keterbukaan akses, partisipasi, serta perlindungan dan kontrol publik yakni Pasal 1 ayat 8, yang berbunyi: Spektrum frekuensi adalah gelombang elektromagnetik yang dipergunakan untuk penyiaran dan merambat di udara serta ruang angkasa tanpa sarana penghantar buatan, merupakan ranah publik dan sumber daya alam terbatas. Sedangkan Ayat 11 berbunyi tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang adalah kondisi informasi yang tertib, teratur, dan harmonis terutama mengenai arus informasi atau pesan dalam penyiaran antara pusat dan daerah, antarwilayah di Indonesia, serta antara Indonesia dan dunia internasional. Selanjutnya dalam rangka perlindungan dan kontrol publik penyiaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran khususnya terhadap lembaga penyiaran diatur pada Pasal 21 ayat 1 yang berbunyi bahwa lembaga Penyiaran Komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Di samping itu lembaga penyiaran berlangganan memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus Universitas Sumatera Utara kepada pelanggan melalui radio, televisi, multimedia, atau media informasi lainnya. Lembaga Penyiaran Berlangganan terdiri atas: 87 b. Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui satelit; 88 c. Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui kabel; dan lembaga Penyiaran Berlangganan melalui terestrial. 89

2. Prinsip Diversity of ownership keberagaman kepemilikan

Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

5 74 74

Perspektif hukum Islam tentang ekspose berita kriminal di media massa dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

0 19 273

LEMBAGA PENYIARAN SWASTA YANG MELAKUKAN KAMPANYE TERSELUBUNG GUNA KEPENTINGAN PRIBADI PEMILIK LEMBAGA PENYIARAN DALAM SALAH SATU PROGRAM SIARANNYA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TE.

0 0 1

PERANAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN KONTEN YANG BERMUATAN HIPNOTIS DALAM SIARAN YANG DITAYANGKAN OLEH LEMBAGA PENYIARAN SWASTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2002 TENTANG P.

0 0 2

ANALISIS PUTUSAN NOMOR : 618/PID.SUS/2013/PN.PBR MENGENAI TINDAK PIDANA PENYIARAN TANPA IZIN LEMBAGA PENYIARAN OLEH PT MEKAR VISION DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DA.

0 0 1

PERAN DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TVRI DAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DALAM MENJAGA NETRALITAS ISI PROGRAM SIARAN TVRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN.

0 0 1

IMPLEMENTASI KEWENANGAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI TENGAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN | KARATE | Legal Opinion 6671 22196 1 PB

0 0 18

PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

0 0 41

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG – UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN A. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perizinan Bagi Lembaga Penyiaran - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lok

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

0 0 14