Pengaruh terhadap pembentukan opini

kawasan Asia Pasifik nilainya masih di bawah Cina US 3,9 miliar, Korea Selatan US 1,29 miliar, Australia US 899 juta, dan Filipina US 403 juta. 95 Jumlah belanja iklan di Indonesia tahun 2005 diperkirakan sekitar Rp 25 triliun. Jumlah ini meningkat kira-kira 20 persen atau Rp 4 triliun dibandingkan dengan belanja iklan tahun 2004 yang berjumlah Rp 21 triliun. 96 Begitu fantastisnya jumlah belanja iklan televisi di Indonesia disebabkan oleh jumlah televisi saat ini tersedia dilebih dari 30 juta rumah tangga, yang mewakili lebih dari dari 131 juta penduduk dan penetrasi televisi kurang lebih 61, 97 sehingga Indonesia tetap merupakan pangsa terbesar ketiga dalam dalam hal rumah tangga bertelevisi khususnya layanan siaran berlangganan sesudah Cina dan India. 98 . Begitu besarnya potensi bisnis penyiaran di Indonesia telah mengundang minat investor asing untuk melakukan investasi pada perusahaan penyiaran berlangganan baik yang hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan maupun yang bertujuan untuk memperluas imperium bisnis penyiarannya.

2. Pengaruh terhadap pembentukan opini

Siaran merupakan salah satu bentuk media massa diantara lima jenis media masa yang dikenal sebagai The big five of mass media yaitu televisi, film, radio, majalah dan koran dengan fungsi komunikasi yang saling melengkapi yaitu Social 95 Ucok Ritonga, Belanja Iklan Indonesia Tumbuh 34 Persen, Tempo Interaktif.com, 27 November 2002, diakses tanggal 23 Desember 2009 96 Jumlah Belanja Iklan Sekitar Rp 25 Triliun,Kompas Cyber Media,17 Januari 2005, diakses tanggal 22 Desember 2009 97 PT. Surya Citra Media, Prospektus Penawaran Umum, 2002, hlm. 67 98 Ibid Universitas Sumatera Utara Function dan Individual Function. 99 Kekuatan siaran dalam mempengaruhi publik cukup besar karena selain dapat menyampaikan pesan yang sama kepada banyak orang dalam waktu yang bersamaan, 100 kekuatan penyiaran tersebut berasal dari lima fungsi media yang menurut Thomas R Dye adalah: newsmaking, agenda setting, interpreting, socializing, and persuading . Uraian mengenai lima fungsi media siaran tersebut adalah sebagai berikut: 101 1 Newsmaking. Dalam membuat berita, siaran menentukan apa yang akan diberitakan, hal ini menyangkut kepentingan lembaga penyiaran terhadap suatu kejadian atau mengenai orang tertentu. Seorang jurnalis investigasi dapat merupakan ancaman bagi para politisi serta birokrat, terutama dalam investigasi untuk mengungkap adanya skandal atau terjadinya suatu ketidakefektifan dalam pelaksanaan kebijakan publik tertentu. Siaran juga menyediakan kesempatan kepada aktor-aktor politik “to gain the limelight through staging media events and providing sound bytes ”. 2 Agenda Setting. Hal ini merupakan kekuatan yang sebenarnya dari siaran. Dalam melaporkan suatu berita atau informasi, siaran tidak hanya bersikap pasif. Siaran dapat memilih obyek yang akan diliput, sehingga dapat merancang suatu agenda politik tertentu. Dengan kata lain, ketidakpedulian lembaga penyiaran terhadap suatu pelaksanaan kebijakan pemerintah yang 99 Herry Kuswita, Dampak Isi Pesan Media Massa, Jurnal Teknodik, Edisi No.7IVTeknodikOktober1999, diakses tanggal 23 Desember 2009 100 Lee Edwards, Media Politics: How the Mass Have Transformed Politics, Washington: Catholic University of America Press, Wanshington, 2001, hal. 34 101 Thomas R Dye, Politics in America, 5 th Edition, Prentice Hall Inc, 1995, hal. 155 Universitas Sumatera Utara tidak efektif dapat membuat pemerintah meneruskan kebijaksanaan yang tidak efektif tersebut atau bahkan dapat terjadi hal-hal yang jauh lebih buruk. Dengan kekuatannya tersebut penyiaran dapat membuat isu-isu laten menjadi suatu hal yang krisis yang dapat membuat pemerintah terpaksa harus melakukan kompromi. 3 Interpreting. Siaran menterjemahkan berita eringkali dalam bentuk cerita- cerita. Cerita-cerita tersebut seringkali mengenai sesuatu yang baik melawan kejahatan, atau pihak yang lemah melawan pihak yang kuat, hal-hal yang kontradiktif seperti perbedaan antara yang tampak dengan realita yang sebenarnya, serta kadang-kadang memperlihatkan suatu “hypocrisy” pemerintah. 4 Socializing. Yaitu pembelajaran mengenai nilai-nilai politis, hal ini dikomunikasikan tidak hanya dalam bentuk berita, namun bisa juga dalam bentuk hiburan, olah raga dan program-program iklan. Program-program tersebut meliputi pembelajaran mengenai bagaimana demoktrasi dapat berjalan, serta bagaimana kemenangan yang sah dapat dicapai dalam suatu proses pemungutan suara. 5 Persuading. Penyiaran kadangkala mencoba untuk mempengaruhi opini publik secara langsung. Hal ini berupa fitur-fitur editorial, propaganda politis Universitas Sumatera Utara dan bentuk lainnya sebagai contoh, kadang-kadang dalam bentuk laporan dari hasil investigasi. 102 Disisi lain Steven H. Chaffee, menyatakan bahwa siaran juga mempunyai pengaruh terhadap kegiatan fisik yaitu: 103 1 Pengaruh ekonomis : Kehadiran lembaga penyiaran menggerakkan usaha dalam berbagai sektor seperti produksi, distribusi dan konsumsi jasa siaran. 2 Pengaruh sosial: Status pemilik lembaga penyiaran berlangganan secara tidak langsung meningkat dengan kepemilikan lembaga penyiaran. 3 Pengaruh pada penjadwalan kegiatan: Kegiatan sehari-hari khalayak dapat berubah dengan hadirnya lembaga penyiaran, misalnya jadwal tidur seseorang menjadi larut, karena ia selalu menonton tayangan televisi berlangganan. 4 Sebagai penyaluran perasaan tertentu: Tanpa mempersoalkan pesan yang disampaikan media massa, kita menonton televisi atau memutar gelombang radio, hanya untuk menghilangkan rasa kecewa, sedih, bosan atau perasaan lain. Menurut Skomis, dibandingkan dengan lembaga yang memanfaatkan frekuwensi tertentu, televisi sebagai sarana lembaga penyiaran berlangganan tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar hidup geraklive yang bisa bersifat politis, bisa, informatif, 102 Ibid, hal. 156 103 Steven H Chaffee, Op. cit, hal. 115. Universitas Sumatera Utara hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. 104 Sebagai media informasi, televisi memiliki kekuatan yang ampuh powerful untuk menyampaikan pesan. Karena media ini dapat menghadirkan pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri dengan jangkauan yang luas broadcast dalam waktu yang bersamaan. 105 Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Televisi dapat pula berfungsi sebagai media pendidikan. Pesan-pesan edukatif baik dalam aspek kognetif, apektif, ataupun psiko-motor bisa dikemas dalam bentuk program televisi. Secara lebih khusus televisi dapat dirancangdimanfaat-kan sebagai media pembelajaran. Memang kekuatan televisi menurut Kathleen Hall Jamieson sebagai dramatisasi dan sensasionalisasi isi pesan. Begitu pula menurut pakar komunikasi Jalaluddin Rakhmat 1991, gambaran dunia dalam televisi sebetulnya gambaran dunia yang sudah diolah. Besarnya potensi media televisi terhadap perubahan masyarakat menimbulkan pro dan kotra. Pandangan pro melihat televisi merupakan wahana pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai positif masyatrakat. Sebaliknya pandangan kontra melihat televisi sebagai ancaman yang dapat merusak moral dan perilaku desktruktif lainnya. Secara umum kontraversial tersebut dapat digolongkan dalam tiga katagori, yaitu pertama, tayangan televisi dapat mengancam tatanan nilai masyarakat yang telah ada, kedua televisi dapat menguatkan tatanan nilai yang 104 Oos M. Aswas, Antara Televisi, Anak, dan Keluarga Sebuah Analisis, Pustekom, www.pustekkom.go.id , diakses tanggal 24 Desember 2009 105 Ibid Universitas Sumatera Utara telah ada, dan ketiga televisi dapat membentuk tatanan nilai baru masyarakat termasuk lingkungan anak. 106 Siaran televisi adalah media komunikasi, sedangkan komunikasi adalah suatu bisnis yang besar. Sebagai layaknya setiap bisnis motivasi dan kebutuhannya adalah untuk mendapatkan keuntungan, bukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. 107 Sehingga dalam kaitan dengan kepemilikan media massa termasuk televisi, menurut Andrew Ó Baoill perbedaan struktur kepemilikan suatu media massa dapat menimbulkan perbedaan tujuan, maksud dan hal lainnya sehingga dapat menyebabkan perbedaan dalam konstruksi dan isi dari media karena pemilik media massa dapat saja mempengaruhi batasan- batasan informasi yang akan disampaikan oleh media miliknya tersebut.

C. Penentuan Tindak Pidana Penyiaran di dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2002 tentang Penyiaran Usaha untuk mengendalikan dan menanggulangi tindak pidana di bidang penyiaran khususnya terhadap lembaga penyiaran adalah menentukan suatu perbuatan sebagai suatu tindak pidana kriminalisasi secara sederhana dengan melihat apakah ada kerugian bagi korban masyarakatNegara atau tidak. Hal ini sesuai dengan tujuan penyiaran di Indonesia adalah untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan berctakwa, 106 Ibid 107 Cross, Donna Woolfolk, Media-speak, How Television Makes Up Your Mind, New York: New Amercian Library, 1983, hal. 144 Universitas Sumatera Utara mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Secara langsung kegiatan penyiaran tidak merugikan orang tertentu atau perusahaan tertentu. Tidak seperti perampokan, pencurian atau pembunuhan yang ada korbannya. Guna terciptanya proses penyiaran yang sesuai dengan tujuan penyiaran berdaya guna tentunya memerlukan serangkainan upaya melalui pendekatan sistem hukum, salah satu upaya adalah menerapkan beberapa kebijakan kriminal yang mengkriminalisasi perbuatan- perbuatan yang menyangkut lembaga penyiaran dan isi siaran sebagai tindak pidana dengan membuat peraturan pidana yang berisikan sanksi bagi pelaku kejahatan . 108 Penentuan terhadap tindak pidana penyiaran yang dilakukan oleh lembaga penyiaran diarahkan pada beberapa jenis lembaga penyiaran antara lain: 109 1. Lembaga Penyiaran Publik adalah berbentuk badan hukum, didirikan oleh negara terdiri atas Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia yang stasiun pusat penyiarannya berada di ibu kota negara RI dan didaerah provinsi, kabupaten, atau kota dengan mendirikan lembaga penyiaran publik lokal. Adapun sumber pembiayaannya berasal dari iuran penyiaran, APBN, sumbangan masyarakat, siaran iklan dan usaha lainnya. 108 Barda Nawawi Arief, Op.cit, hal.26 bahwa Menurut Barda Nawawi Arief, usaha untuk membuat peraturan pidana yang baik pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari tujuan penanggulangan kejahatan. Jadi kebijakan atau politik hukum pidana juga merupakan bagian dari politik kriminal. Dengan kata lain jika dilihat dari sudut pandang politik kriminal, akan terlihat bahwa politik hukum pidana identik dengan pengertian “kebijakan penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana.” 109 http:www.yahoo.co.id, lembaga penyiaran, diakses tanggal 31 Desember 2009 Universitas Sumatera Utara 2. Lembaga Penyiaran Swasta adalah berbentuk badan hukum Indonesia, bersifat komersial, kepengurusan tidak boleh dilaksanakan oleh warga asing kecuali untuk bidang keuangan dan teknik. Dalam rangka penambahan dan pengembangan modal usaha, lembaga penyiaran swasta hanya diperbolehkan menerima sebanyak 20 bagi masuknya modal asing. Undang-undang membatasi pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta oleh satu orang atau satu badan hukum. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 membatasi pula kepemilikan silang lembaga penyiaran swasta. Untuk jasa penyiaran radiotelevisi pengaturan jumlah dan cakupan wilayah siaran lokal, regional dan nasional, disusun oleh KPI dan Pemerintah. Lembaga Penyiaran Swasta sumber pembiayaannya berasal dari siaran iklan dan atau usaha lain yang sah. Lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran radiotelevisi, masing-masing hanya dapat menyelenggarakan satu siaran dengan saluran siaran pada satu saluran siaran pada satu cakupan wilayah siaran. 3. Lembaga Penyiaran Komunitas, berbentuk badan hukum Indonesia, tidak bersifat komersial, didirikan oleh komunitas tertentu, memiliki daya pancar yang rendah, jangkauannya terbatas dan hanya untuk melayani komunitasnya. Lembaga ini dilarang menerima bantuan dana awal mendirikan dan dana operasional dari pihak asing, serta dilarang melakukan siaran iklan. 4. Lembaga Penyiaran Berlangganan, berbentuk badan hukum Indonesia, bidang kegiatan usaha berupa jasa penyiara berlangganan setelah memperoleh izin, baik melalui radio, televisi, multimedia atau media informasi lainnya. Pelaksanaannya Universitas Sumatera Utara dapat melalui satelit, kabel atau terestial. Sumber pembiayaan berasal dari iuran berlangganan dan usaha lainnya yang sah. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran telah mengklasifikasi perbuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana dalam rangka penanggulangan kejahatan yang menyangkut tentang lembaga penyiaran maupun isi siaran. Menurut Sudarto bahwa kriminalisasi merupakan pelaksanaan dari politik hukum pidana yang berarti mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Selain itu juga, usaha penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana pada hakikatnya juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum pidana. Oleh karena itu sering juga dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum pidana merupakan juga bagian dari kebijakan penegakan hukum Law Enforcement Policy . 110 Oleh karena itu, setiap masyarakat yang terorganisir memiliki sistem hukum pidana yang terdiri dari: 111 2. Peraturan-peraturan hukum pidana dan sanksinya; 3. Suatu prosedur hukum; 4. Suatu mekanisme pelaksanaan pidana. 110 Ibid, hal.27-28. 111 Ibid, hal. 26 Universitas Sumatera Utara Membuat peraturan pidana yang baik tentunya terdapat dua masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana penal hukum pidana ialah masalah penentuan: 112 1. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana, dan 2. Sanksi apa yang sebaliknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar. Analisis terhadap masalah sentral kebijakan criminal dengan sarana penal tidak terlepas dengan kebijakan social atau kebijakan pembangunan nasional, sehingga masalah sentral tersebut harus diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dari kebijakan social-politik yang telah ditetapkan dan harus pula dilakukan dengan pendekatan kebijakan yang integral yang berorientasi pada kebijakan policy oriented approach . Disamping kebijakan hukum pidana dan politik kriminal maka fungsionalisasi hukum pidana memegang peranan penting dalam suatu penegakan hukum, Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa fungsionalisasi hukum pidana dapat berfungsi, beropersi atau berkerja dan terwujud secara nyata. Fungsionalisasi hukum pidana identik dengan operasionalisasi atau konkretisasi hukum pidana, yang hakikatnya sama dengan penegakan hukum 113 Kebijakan kriminal atau politik kriminal adalah suatu kebijakan atau usaha yang rasional dari masyarakat dan negara untuk menanggulangi masalah kejahatan, khususnya penanggulangan kejahatan yang berkaitan dengan penyiaran Kebijakan hukum pidana juga merupakan bagian dari kebijakan kriminal yang dapat 112 Ibid, hal. 29 113 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Op.cit, hal.157. Universitas Sumatera Utara diterjemahkan sebagai suatu kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana. Kriminalisasi ini merupakan salah satu masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan pendekatan kebijakan penal, artinya upaya penanggulangan kejahatan dilakukan dengan menggunakan hukum pidana yang meliputi perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan sanksi apa yang sebaliknya dikenakan kepada si pelaku. Tujuan kriminalisai tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan tujuan kebijakan kriminal yaitu perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Kriminalisasi disebabkan juga oleh karena adanya keharusan dari asas legalitas yang antara lain bahwa suatu perbuatan yang menimbulkan permasalahan masyarakat itu harus dirumuskan terlebih dahulu untuk menjamin kepastian hukum. Artinya untuk melakukan kriminalisasi harus terlebih dahulu mempelajari hakikat perbuatan tersebut sebagai suatu perbuatan yang lebih konkrit yang sangat erat kaitannya dengan faktor yang ada dalam masyarakat. Berkaitan dengan itu terdapat syarat kriminalisai yang harus didahalui oleh pertimbangan- pertimbangan: 114 1. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional; 2. Penggunaan hukum pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri, demi kesejahteraan dan pengayoman masyarakat. 3. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki karena perbuatan mendatangkan kerugian bagi masyarakat; 114 Soedarto, Hukum Pidana, Op-cit, hal. 160 Universitas Sumatera Utara 4. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya dan hasil cost and benefit principle. Dari pertimbangan tersebut diatas maka syarat kriminalisasi pada umumnya meliputi: 115 a. Adanya korban; b. Kriminalisasi bukan semata-mata ditujukan untuk pembalasan; c. Harus berdasarkan asas ratio principle; dan d. Adanya kesepakatan social public support Berdasarkan upaya penanggulangan melalui pendekatan kebijakan kriminal di dalam sistem hukum pidana dengan meliputi beberapa syarat kriminalisasi maka penentuan tindak pidana di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran diklasifikasi menyangkut isi siaran dan lembaga penyiaran sebagai berikut:

1. Tindak Pidana Menyangkut Isi Siaran di dalam Undang-Undang Nomor 32

Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

5 74 74

Perspektif hukum Islam tentang ekspose berita kriminal di media massa dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

0 19 273

LEMBAGA PENYIARAN SWASTA YANG MELAKUKAN KAMPANYE TERSELUBUNG GUNA KEPENTINGAN PRIBADI PEMILIK LEMBAGA PENYIARAN DALAM SALAH SATU PROGRAM SIARANNYA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TE.

0 0 1

PERANAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN KONTEN YANG BERMUATAN HIPNOTIS DALAM SIARAN YANG DITAYANGKAN OLEH LEMBAGA PENYIARAN SWASTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2002 TENTANG P.

0 0 2

ANALISIS PUTUSAN NOMOR : 618/PID.SUS/2013/PN.PBR MENGENAI TINDAK PIDANA PENYIARAN TANPA IZIN LEMBAGA PENYIARAN OLEH PT MEKAR VISION DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DA.

0 0 1

PERAN DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TVRI DAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DALAM MENJAGA NETRALITAS ISI PROGRAM SIARAN TVRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN.

0 0 1

IMPLEMENTASI KEWENANGAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI TENGAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN | KARATE | Legal Opinion 6671 22196 1 PB

0 0 18

PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

0 0 41

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG – UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN A. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perizinan Bagi Lembaga Penyiaran - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lok

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

0 0 14