Landasan Konsepsional Penelitian Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Lembaga Penyiaran Berlangganan Melalui Kriminalisasi Di Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

1. Crimes for corporation, adalah pelanggaran hukum dilakukan oleh korporasi dalam usaha mencapai tujuan korporasi untuk memperoleh profit ; 2. Criminal corporation, yaitu korporasi yang bertujuan semata-mata untuk melakukan kejahatan ; 3. Crime against corporation, yaitu kejahatan-kejahatan terhadap korporasi seperti pencurian atau penggelapan milik korporasi , yang dalam hal in yang menjadi korban adalah korporasi. 73

2. Landasan Konsepsional Penelitian

a. Kriminalisasi diartikan penentuan suatu perbuatan sebagai suatu tindak pidana di dalam undang-undang. Adapun syarat kriminalisasi yang harus didahului oleh pertimbangan-pertimbangan: Pertama, penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional. Kedua, penggunaan hukum pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri, demi kesejahteraan dan pengayoman masyarakat. Ketiga, perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki karena perbuatan mendatangkan kerugian bagi masyarakat. Keempat, penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya dan hasil cost and benefit principle . 74 b. Korporasi diartikan sebagai perseroan terbatas merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan 73 Hamzah Hatrik, Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia, Strict Liability dan Vicarius Liability , Jakarta: Raja Grafindo, 1996, hal. 41 74 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981, hal. 44-47 Universitas Sumatera Utara memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. 75 c. Kejahatan korporasi corporate crime adalah white collar crime, organizational crime, organized crime, georganiseerde misdaad, groepscriminaliteit, misdaad ondememing, crimes of business, syndicate crime. 76 d. Lembaga Penyiaran Publik adalah berbentuk badan hukum, didirikan oleh negara terdiri atas Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia yang stasiun pusat penyiarannya berada di ibu kota negara RI dan didaerah provinsi, kabupaten, atau kota dengan mendirikan lembaga penyiaran publik lokal. Adapun sumber pembiayaannya berasal dari iuran penyiaran, APBN, sumbangan masyarakat, siaran iklan dan usaha lainnya. 77 e. Lembaga Penyiaran Swasta adalah berbentuk badan hukum Indonesia, bersifat komersial, kepengurusan tidak boleh dilaksanakan oleh warga asing kecuali untuk bidang keuangan dan teknik. Dalam rangka penambahan dan pengembangan modal usaha, lembaga penyiaran swasta hanya diperbolehkan menerima sebanyak 20 bagi masuknya modal asing. Undang-undang membatasi pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran sewasta oleh satu orang atau satu badan hukum, Undang-undang ini membatasi pula kepemilikan silang lembaga penyiaran swasta. Untuk jasa penyiaran radiotelevisi pengaturan jumlah dan 75 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 76 Munir Fuady, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Op.Cit, hal. 27 77 Ketentuan mengenai hal ini khusus termuat pada Bab III Bagian Keempat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Universitas Sumatera Utara cakupan wilayah siaran lokal, regional dan nasional, disusun oleh KPI dan Pemerintah. Lembaga penyiaran Swasta sumber pembiayaannya berasal dari Siaran iklan dan atau usaha lain yang sah. Lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran radiotelevisi, masing-masing hanya dapat menyelenggarakan satu siaran dengan saluran siaran pada satu saluran siaran pada satu cakupan wilayah siaran. 78 f. Lembaga Penyiaran Komunitas yakni berbentuk badan hukum Indonesia, tidak bersifat komersial, didirikan oleh Komunitas tertentu, memiliki daya pancar yang rendah, jangkauannya terbatas dan hanya untuk melayani komunitasnya. Lembaga ini dilarang menerima bantuan dana awal mendirikan dan dana operasional dari pihak asing, serta dilarang melakukan siaran iklan. 79 g. Lembaga Penyiaran Berlangganan yakni berbentuk badan hukum Indonesia, bidang kegiatan usaha berupa jasa penyiara berlangganan setelah memperoleh izin, baik melalui radio, televisi, multimedia atau media informasi lainnya. Pelaksanaannya dapat melalui satelit, kabel atau terestial. Sumber pembiayaan berasal dari iuran berlangganan dan usaha lainnya yang sah. 80 78 Point ini termuat pada Bab III Bagian Kelima, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran 79 Lihat, bagian keenam Lembaga Penyiaran Komunitas ayat 1 dan Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran 80 Lihat, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 26 ayat 1, ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis kriminaliasi korporasi lembaga penyiaran sebagai pelaku tindak pidana di bidang penyiaran berdasarkan asas-asas yang termuat di dalam hukum positif. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu dimaksudkan sebagai pendekatan terhadap masalah dengan melihat dari segi peraturan-peraturan yang berlaku oleh karena itu dilakukan penelitian kepustakaan.

2. Metode Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

5 74 74

Perspektif hukum Islam tentang ekspose berita kriminal di media massa dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

0 19 273

LEMBAGA PENYIARAN SWASTA YANG MELAKUKAN KAMPANYE TERSELUBUNG GUNA KEPENTINGAN PRIBADI PEMILIK LEMBAGA PENYIARAN DALAM SALAH SATU PROGRAM SIARANNYA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TE.

0 0 1

PERANAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN KONTEN YANG BERMUATAN HIPNOTIS DALAM SIARAN YANG DITAYANGKAN OLEH LEMBAGA PENYIARAN SWASTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2002 TENTANG P.

0 0 2

ANALISIS PUTUSAN NOMOR : 618/PID.SUS/2013/PN.PBR MENGENAI TINDAK PIDANA PENYIARAN TANPA IZIN LEMBAGA PENYIARAN OLEH PT MEKAR VISION DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DA.

0 0 1

PERAN DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TVRI DAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DALAM MENJAGA NETRALITAS ISI PROGRAM SIARAN TVRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN.

0 0 1

IMPLEMENTASI KEWENANGAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI TENGAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN | KARATE | Legal Opinion 6671 22196 1 PB

0 0 18

PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

0 0 41

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG – UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN A. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perizinan Bagi Lembaga Penyiaran - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lok

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

0 0 14