1. Crimes for corporation, adalah pelanggaran hukum dilakukan oleh korporasi dalam usaha mencapai tujuan korporasi untuk memperoleh
profit ; 2. Criminal corporation, yaitu korporasi yang bertujuan semata-mata untuk
melakukan kejahatan ; 3. Crime against corporation, yaitu kejahatan-kejahatan terhadap korporasi
seperti pencurian atau penggelapan milik korporasi , yang dalam hal in yang menjadi korban adalah korporasi.
73
2. Landasan Konsepsional Penelitian
a. Kriminalisasi diartikan penentuan suatu perbuatan sebagai suatu tindak pidana di dalam undang-undang. Adapun syarat kriminalisasi yang harus didahului oleh
pertimbangan-pertimbangan: Pertama, penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional. Kedua, penggunaan hukum pidana
bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri, demi kesejahteraan dan pengayoman
masyarakat. Ketiga, perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki karena perbuatan
mendatangkan kerugian bagi masyarakat. Keempat, penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya dan hasil cost and benefit
principle .
74
b. Korporasi diartikan sebagai perseroan terbatas merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
73
Hamzah Hatrik, Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia, Strict Liability dan Vicarius Liability
, Jakarta: Raja Grafindo, 1996, hal. 41
74
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981, hal. 44-47
Universitas Sumatera Utara
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
75
c. Kejahatan korporasi corporate crime adalah white collar crime, organizational crime, organized crime, georganiseerde misdaad, groepscriminaliteit, misdaad
ondememing, crimes of business, syndicate crime.
76
d. Lembaga Penyiaran Publik adalah berbentuk badan hukum, didirikan oleh negara terdiri atas Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia yang
stasiun pusat penyiarannya berada di ibu kota negara RI dan didaerah provinsi, kabupaten, atau kota dengan mendirikan lembaga penyiaran publik lokal. Adapun
sumber pembiayaannya berasal dari iuran penyiaran, APBN, sumbangan masyarakat, siaran iklan dan usaha lainnya.
77
e. Lembaga Penyiaran Swasta adalah berbentuk badan hukum Indonesia, bersifat komersial, kepengurusan tidak boleh dilaksanakan oleh warga asing kecuali untuk
bidang keuangan dan teknik. Dalam rangka penambahan dan pengembangan modal usaha, lembaga penyiaran swasta hanya diperbolehkan menerima sebanyak
20 bagi masuknya modal asing. Undang-undang membatasi pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran sewasta oleh satu orang atau satu
badan hukum, Undang-undang ini membatasi pula kepemilikan silang lembaga penyiaran swasta. Untuk jasa penyiaran radiotelevisi pengaturan jumlah dan
75
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
76
Munir Fuady, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Op.Cit, hal. 27
77
Ketentuan mengenai hal ini khusus termuat pada Bab III Bagian Keempat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Universitas Sumatera Utara
cakupan wilayah siaran lokal, regional dan nasional, disusun oleh KPI dan Pemerintah. Lembaga penyiaran Swasta sumber pembiayaannya berasal dari
Siaran iklan dan atau usaha lain yang sah. Lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran radiotelevisi, masing-masing hanya dapat menyelenggarakan satu
siaran dengan saluran siaran pada satu saluran siaran pada satu cakupan wilayah siaran.
78
f. Lembaga Penyiaran Komunitas yakni berbentuk badan hukum Indonesia, tidak bersifat komersial, didirikan oleh Komunitas tertentu, memiliki daya pancar yang
rendah, jangkauannya terbatas dan hanya untuk melayani komunitasnya. Lembaga ini dilarang menerima bantuan dana awal mendirikan dan dana
operasional dari pihak asing, serta dilarang melakukan siaran iklan.
79
g. Lembaga Penyiaran Berlangganan yakni berbentuk badan hukum Indonesia, bidang kegiatan usaha berupa jasa penyiara berlangganan setelah memperoleh
izin, baik melalui radio, televisi, multimedia atau media informasi lainnya. Pelaksanaannya dapat melalui satelit, kabel atau terestial. Sumber pembiayaan
berasal dari iuran berlangganan dan usaha lainnya yang sah.
80
78
Point ini termuat pada Bab III Bagian Kelima, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
79
Lihat, bagian keenam Lembaga Penyiaran Komunitas ayat 1 dan Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
80
Lihat, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 26 ayat 1, ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Universitas Sumatera Utara
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis kriminaliasi korporasi
lembaga penyiaran sebagai pelaku tindak pidana di bidang penyiaran berdasarkan asas-asas yang termuat di dalam hukum positif. Pendekatan penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif, yaitu dimaksudkan sebagai pendekatan terhadap masalah dengan melihat dari segi peraturan-peraturan yang berlaku oleh karena itu dilakukan
penelitian kepustakaan.
2. Metode Pengumpulan Data