tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 terkait dengan prinsip
Diversity of ownership
sebagai berikut:
90
1. Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di
beberapa wilayah siaran, dibatasi. 2. Kepemilikan
silang antara
Lembaga Penyiaran
Swasta yang
menyelenggarakan jasa penyiaran radio dan Lembaga Penyiaran Swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran televisi, antara Lembaga Penyiaran Swasta
dan perusahaan media cetak, serta antara Lembaga Penyiaran Swasta dan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya, baik langsung maupun
tidak langsung, dibatasi. 3. Pengaturan jumlah dan cakupan wilayah siaran lokal, regional, dan nasional,
baik untuk jasa penyiaran radio maupun jasa penyiaran televisi, disusun oleh KPI bersama Pemerintah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembatasan kepemilikan dan penguasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan pembatasan kepemilikan silang
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 disusun oleh KPI bersama Pemerintah.
3. Prinsip Diversity of content keberagaman isi
Prinsip ini masih terkait erat dengan prinsip diversity of ownership. Salah satu esensi dari demokrasi adalah adanya jaminan kebebasan bagi munculnya berbagai
90
lihat, Pasal 18 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Universitas Sumatera Utara
ragam opini. Melalui prinsip diversity of content berarti menjamin keberagaman isi siaran, yang selaras dengan semangat dan eksistensi kultur bangsa Indonesia yang
heterogen dan pluralis. Artinya, berbagai kelompok budaya, etnik, agama, ras dan
golongan mempunyai posisi dan peluang yang sama dalam penyiaran. Berikut ini
adalah ketentuan yang tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2002 terkait dengan prinsip Diversity of content
sebagai berikut:
91
1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga
persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
2. Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-
kurangnya 60 enam puluh per seratus mata acara yang berasal dari dalam negeri.
3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu
yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan danatau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.
4. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu.
91
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Universitas Sumatera Utara
B. Pengaruh Siaran Yang Disiarkan Oleh Lembaga Penyiaran Berlangganan 1. Pengaruh terhadap ekonomi nasional
Sesuai dengan fungsi ekonominya, maka secara ekonomis kehadiran lembaga penyiaran dapat menggerakkan usaha dalam berbagai sektor seperti
produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.
92
Hal yang demikian menyebabkan kemunculan siaran komersial ditangkap sebagai penggerak
perputaran ekonomi yang cukup berarti. Dari segi permodalan, trilyunan rupiah telah dikucurkan dalam industri ini. Krisis ekonomi memang belum sepenuhnya
pulih, akan tetapi jika melihat siaran iklan di layar kaca, siapa yang mengira bahwa negeri ini masih terlilit krisis ekonomi. Perputaran uang di dunia penyiaran
sejak tahun 1995 hingga kini persentasenya tetap jauh di atas medium lainnya
93
. Dari catatan belanja iklan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia P3I, tahun
1996 televisi meraup 49,1 persen dari belanja iklan sebesar sekitar Rp 3,335 trilyun, yaitu sekitar Rp 1,638 trilyun. Jumlah itu terus meningkat pada tahun
berikutnya, menjadi 53,2 persen dari belanja iklan tahun 1996, 58,9 persen tahun 1998, 62,5 persen tahun 2000, dan tahun 2002 ini tercatat sebesar 60,3
persen atau senilai dengan Rp 8,083 trilyun.
94
Angka pertumbuhan ini merupakan angka tertinggi di kawasan Asia Pasifik, diikuti Cina, Singapura, dan Thailand.
Tapi meski secara persentase pertumbuhan iklan Indonesia paling tinggi, di
92
Steven H Chaffee, “The Interpersonal Context of Mass Communication” in Current Perspective in Mass Communication Reseach
, ed by F Gerald Kline and Phillips J Tickenor, Sage Publication, 1972, hal. 14
93
Televisi, Tempat Favorit untuk Belanja Iklan,Kompas Cyber Media, 15 Desember 2002, diakses tanggal 23 Desember 2009
94
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kawasan Asia Pasifik nilainya masih di bawah Cina US 3,9 miliar, Korea Selatan US 1,29 miliar, Australia US 899 juta, dan Filipina US 403
juta.
95
Jumlah belanja iklan di Indonesia tahun 2005 diperkirakan sekitar Rp 25 triliun. Jumlah ini meningkat kira-kira 20 persen atau Rp 4 triliun dibandingkan
dengan belanja iklan tahun 2004 yang berjumlah Rp 21 triliun.
96
Begitu fantastisnya jumlah belanja iklan televisi di Indonesia disebabkan oleh jumlah
televisi saat ini tersedia dilebih dari 30 juta rumah tangga, yang mewakili lebih dari dari 131 juta penduduk dan penetrasi televisi kurang lebih 61,
97
sehingga Indonesia tetap merupakan pangsa terbesar ketiga dalam dalam hal rumah tangga
bertelevisi khususnya layanan siaran berlangganan sesudah Cina dan India.
98
. Begitu besarnya potensi bisnis penyiaran di Indonesia telah mengundang minat
investor asing untuk melakukan investasi pada perusahaan penyiaran berlangganan baik yang hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan maupun
yang bertujuan untuk memperluas imperium bisnis penyiarannya.
2. Pengaruh terhadap pembentukan opini