Perbandingan Efisiensi Persediaan Bahan Baku antara Kebijakan Industri Tempe Samodra dengan Perhitungan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

3. Perbandingan Efisiensi Persediaan Bahan Baku antara Kebijakan Industri Tempe Samodra dengan Perhitungan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Perbandingan hasil analisis perhitungan persediaan bahan baku menurut kebijakan industri tempe samodra dan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat menjelaskan tingkat efisiensi pengelolaan bahan Perbandingan hasil analisis perhitungan persediaan bahan baku menurut kebijakan industri tempe samodra dan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat menjelaskan tingkat efisiensi pengelolaan bahan

kinerja dari perusahaan bersangkutan. Dari hasil analisis, didapatkan selisih pembelian bahan baku terkecil pada periode produksi 2009 yaitu sebesar 3.224,22 kg dan selisih pembelian tertinggi pada periode produksi 2011 yaitu sebesar 4.326,74 kg. Besarnya selisih pada periode 2011 karena seringnya pemesanan yang dilakukan oleh industri tempe samodra ke koperasi para pengrajin tempe dan tahu. Selisih kuantitas pembelian bahan baku kedelai yang didapatkan dari hasil analisis terjadi akibat jumlah pemesanan yang dihasilkan dengan metode EOQ lebih kecil daripada jumlah pemesanan yang dilakukan oleh industri tempe samdodra. Namun, apabila dipadukan dengan hasil analisis mengenai perhitungan frekuensi pembelian bahan baku, perbandingan frekuensi pemesanan bahan baku terlihat pada Tabel 19 bahwa selisih yang ada cukup besar. Hal ini terjadi karena frekuensi pemesanan yang dilakukan dengan metode EOQ lebih besar dibandingkan dengan frekuensi pemesanan yang dilakukan oleh industri tempe samodra. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ menunjukan bahwa industri tempe samodra lebih sering memesan bahan baku kedelai impor. Dengan seringnya pemesanan bahan baku kedelai impor yang dilakukan menurut metode EOQ, industri tempe samodra akan selalu mendapatkannya. Karena ketersediaan kedelai impor di pasaran selalu ada. Pemesanan yang sering dan dengan kuantitas yang kecil d iduga terjadi karena untuk mengantisipasi fluktuasi harga kedelai yang ada di pasaran. Sehingga apabila terjadi fluktuasi harga maka industri tempe samodra tidak mengalami kerugian yang berarti. Sehingga jumlah persediaan bahan baku yang kontinyu ada di gudang persediaan tidak akan menghambat proses produksi yang sudah teratur berjalan.

Setelah membandingkan kuantitas pemesanan bahan baku industri tempe samodra dengan kuantitas pemesanan bahan baku menurut perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ), maka perlu juga Setelah membandingkan kuantitas pemesanan bahan baku industri tempe samodra dengan kuantitas pemesanan bahan baku menurut perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ), maka perlu juga

perusahaan sudah mencapat tingkat efisiensi biaya persediaan atau belum. Metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat menghitung biaya minimal yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini terlihat dari selisih total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh industri tempe samodra dengan total biaya yang dikeluarkan menurut perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ). Hasil perhitungan menunjukan bahwa selisih antara kedua perhitungan tidak begitu besar. Hal ini membuktikan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh industri tempe samodra lebih besar dibandingkan dengan perhitungan biaya menurut metode Economic Order Quantity (EOQ). Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa selisih total biaya persediaan bahan baku kedelai impor antara kebijakan indutri tempe samodra dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) mempunyai selisih tertinggi terjadi pada periode produksi 2009 yaitu sebesar Rp 9.641.566,97. Pada periode 2009 biaya persediaan bahan baku kedelai yang ditanggung oleh industri tempe samodra lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ sehingga menyebabkan selisih biaya persediaan juga tertinggi. Selisih total biaya persediaan terkecil diantara 3 tahun periode produksi terjadi pada periode produksi 2010 yaitu sebesar Rp 7.283.071,23. Pada periode produksi 2010 produksi paling besar diantara 3 periode produksi karena permintaan yang stabil sehingga pemesanan bahan baku dilakukan secara teratur dalam jumlah yang besar dilakukan oleh industri tempe samodra. Hasil perhitungan total biaya dengan menggunakan metode EOQ dan perhitungan kebijakan industri tempe samodra menunjukan adanya selisih total biaya persediaan secara nominal. Namun, secara statistik belum tentu besarnya selisih total biaya persediaan ini menandakan adanya perbedaan keduanya. Sehingga perlu dilakukan uji inferensi secara statistik dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan uji inferensi statistik, tingkat perusahaan sudah mencapat tingkat efisiensi biaya persediaan atau belum. Metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat menghitung biaya minimal yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini terlihat dari selisih total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh industri tempe samodra dengan total biaya yang dikeluarkan menurut perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ). Hasil perhitungan menunjukan bahwa selisih antara kedua perhitungan tidak begitu besar. Hal ini membuktikan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh industri tempe samodra lebih besar dibandingkan dengan perhitungan biaya menurut metode Economic Order Quantity (EOQ). Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa selisih total biaya persediaan bahan baku kedelai impor antara kebijakan indutri tempe samodra dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) mempunyai selisih tertinggi terjadi pada periode produksi 2009 yaitu sebesar Rp 9.641.566,97. Pada periode 2009 biaya persediaan bahan baku kedelai yang ditanggung oleh industri tempe samodra lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ sehingga menyebabkan selisih biaya persediaan juga tertinggi. Selisih total biaya persediaan terkecil diantara 3 tahun periode produksi terjadi pada periode produksi 2010 yaitu sebesar Rp 7.283.071,23. Pada periode produksi 2010 produksi paling besar diantara 3 periode produksi karena permintaan yang stabil sehingga pemesanan bahan baku dilakukan secara teratur dalam jumlah yang besar dilakukan oleh industri tempe samodra. Hasil perhitungan total biaya dengan menggunakan metode EOQ dan perhitungan kebijakan industri tempe samodra menunjukan adanya selisih total biaya persediaan secara nominal. Namun, secara statistik belum tentu besarnya selisih total biaya persediaan ini menandakan adanya perbedaan keduanya. Sehingga perlu dilakukan uji inferensi secara statistik dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan uji inferensi statistik, tingkat

bahwa total biaya persediaan di industri tempe samodra dan total biaya persediaan hasil perhitungan metode EOQ tidak ada perbedaan yang signifikan. Dengan hasil seperti ini, maka total biaya persediaan bahan baku kedelai di industri tempe samodra sudah efisien. Namun, apabila perusahaan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) sebagai metode dalam mengendalikan bahan baku, maka industri tempe samodra bisa menghemat biaya persediaan.

Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode pengendalian bahan baku dengan menekankan pada perhitungan pemesanan bahan baku yang optimal dengan besarnya biaya persediaan yang minimal. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukan bahwa total biaya persediaan bahan baku kedelai yang jauh leb ih kecil dari hasil perhitungan kebijakan tempe samodra. Sehingga pada kasus ini, perhitungan persediaan bahan baku kedelai dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) lebih efisien d ibandingkan dengan perhitungan dengan menggunakan kebijakan industri tempe samodra.