Persediaan Bahan Baku Kedelai menurut Metode Economic Order Quantity (EOQ)

2. Persediaan Bahan Baku Kedelai menurut Metode Economic Order Quantity (EOQ)

a. Jumlah Optimal Pemesanan, Frekuensi Pemesanan dan Total Biaya Persediaan yang Optimal menurut Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis pembelian bahan baku kedelai kuning impor yang optimal pada periode produksi 2009-2011 dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) di industri Tempe Samodra

membutuhkan data persediaan bahan baku kedelai kuning impor yang dimiliki oleh industri tempe samodra pada periode produksi 2009- 2011. Data-data yang digunakan antara lain jumlah bahan baku kedelai kuning impor yang dibutuhkan selama satu tahun (R), biaya pemesanan setiap kali pesan (S) dan biaya penyimpanan kedelai kuning impor per kg (C).

(S) dan Biaya Penyimpanan per Kg (C), Bahan Baku Kedelai Kuning Impor Periode Produksi 2009-2011

Periode produksi

R (Kg)

S (Rp)

C (Rp)

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa penggunaan bahan baku kedelai kuning impor tertinggi pada periode produksi 2010 yaitu sebesar 26.705 kg. Sedangkan penggunaan kedelai kuning impor terendah sebesar 232.280 kg pada periode produksi 2011. Besarnya biaya per pemesanan jumlahnya naik turun selama periode produksi 2009-2011. Biaya pemesanan rata-rata setiap kali pesan terbesar pada periode produksi Tahun 2009 yaitu sebesar Rp 32.145,86. Biaya penyimpanan bahan baku tertinggi terjadi pada periode produksi 2011 yaitu Rp 8.329,00 per kg dan terendah pada periode produksi 2009 yaitu sebesar Rp 5.670,26 per kg.

Besarnya biaya simpan per kg menunjukan besar kecilnya jumlah bahan baku yang disimpan di dalam gudang. Besarnya biaya simpan per kg pada Tahun 2009 paling rendah karena jumlah bahan baku dan harga bahan baku yang ada pada tahun ini juga cukup besar. Tahun 2009 biaya penyimpanan paling kecil karena harga bahan baku yang dipesan juga rendah, yaitu Rp 5.600,00 per kg. Hal ini mempengaruhi besarnya biaya penyimpanan bahan baku pada tahun ini.

Dari Tabel 14 mengenai jumlah bahan baku kedelai kuning impor yang dibutuhkan selama satu tahun (R), biaya pemesanan setiap kali pesan (S) dan biaya penyimpanan kedelai kuning impor per kg (C), maka bisa dianalisis jumlah pembelian bahan baku optimal setiap kali pesan, frekuensi pemesanan optimal dan biaya total minimal yang dikeluarkan selama periode produksi oleh industri tempe samodra.

menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ): Tabel 15. Jumlah Optimal Pemesanan, Frekuensi Pemesanan dan

Total Biaya Persediaan Bahan Baku Kedelai Kuning Impor Periode Produksi 2009-2011 menurut Metode Economic Order Quantity ( EOQ)

Tahun

Kuantitas Optimal

Pemesanan (Kg)

Frekuensi Pemesanan

Biaya Persediaan

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Dari Tabel 15 diketahui bahwa jumlah pemesanan optimal setiap kali pemesanan untuk periode 2009 sebesar 1.671,88 kg dengan frekuensi pembelian dalam satu periode sebanyak 148 kali. Total biaya persediaan yang dikeluarkan pada periode produksi 2009 sebesar Rp 1.390.131.964,51. Kuantitas pemesanan optimal periode produksi 2010 sebesar 1.394,77 kg setiap kali pesan. Frekuensi pembelian dalam periode 2010 sebanyak 192 kali dengan total biaya persediaan yang dikeluarkan sebesar Rp 2.157.352.363,25. Kuantitas pemesanan optimal setiap kali pemesanan untuk periode 2011 sebesar 1.180,81 kg dengan frekuensi pembelian dalam satu periode sebanyak 197 kali dan total biaya persediaan yang dikeluarkan sebesar Rp 1.928.468.460,45.

b. Waktu Tunggu (Lead Time)

Waktu tunggu merupakan tenggang waktu antara pemesanan bahan baku kedelai kuning impor dengan waktu datangnya bahan baku yang dipesan. Waktu tunggu perlu diperhitungkan agar tidak menggangu jalannya proses produksi. Industri tempe samodra juga terdapat waktu tunggu beberapa hari untuk menunggu pesanannya sampai ke gudang. Tabel di bawah ini menunjukan perhitungan waktu tunggu di industri tempe samodra.

Samodra Periode Produksi 2009-2011

Lead time

Periode Produksi

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Berdasarkan Tabel 16, industri tempe samodra mengalami waktu tunggu antara 1-4 hari. Waktu tunggu yang paling sering dialami adalah 3 hari selama 64 kali dalam periode produksi 2009- 2011 dengan probabilitas sebesar 0,35. Waktu tunggu 4 hari terjad i sebanyak 52 kali dengan probabilitas 0,29. Waktu tunggu 4 hari ini merupakan waktu tunggu tersering kedua setelah waktu tunggu 3 hari. Waktu tunggu yang paling sedikit terjadi pada periode produksi 2009- 2011 adalah 2 hari dengan jumlah 32 kali. Namun probabilitasnya sama dengan waktu tunggu 1 hari, yaitu 0,18. Waktu tunggu yang paling menguntungkan bagi industri tempe samodra adalah waktu tunggu yang mempunyai probabilitas yang paling kecil, yaitu 1-2 hari.

c. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Safety stock merupakan jumlah minimal bahan baku yang harus tersedia di dalam gudang penyimpanan. Safety stock diadakan bertujuan untuk menjaga kontinyuitas produksi agar tidak terjad i kekurangan bahan baku. Besarnya persediaan pengaman (safety stock) dipengaruhi oleh besarnya penggunaan bahan baku kedelai kuning impor setiap bulan. Besarnya safety stock bahan baku kedelai kuning impor optimal menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat dilihat pada tabel berikut.

Periode Produksi 2009-2011

Standar Deviasi

Safety Stock (Kg)

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Tabel 17 menunjukan safety stock optimal bahan baku kedelai kuning impor yang seharusnya dilakukan oleh industri tempe samodra yaitu sebesar 5.790,80 kg. Perhitungan ini menggunakan asumsi standar deviasi untuk tiga periode produksi sebesar 3.530,97 sebesar 1,64.

Persediaan pengaman (safety stock) merupakan batas minimal bahan baku kedelai kuning yang harus selalu dimiliki oleh industri tempe samodra. Persediaan pengaman ini bermanfaat untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman bahan baku dan dapat menjaga kelancaran produksi tempe sehingga tidak ada permasalahan jumlah bahan baku yang diperlukan. Industri tempe samodra idealnya menerapkan dan menggunakan metode persediaan Economic Order Quantity (EOQ) pengaman sebesar 5.790,80 kg. Dengan jumlah persediaan pengaman bahan baku sebesar 5.790,80 kg, produksi industri tempe samodra tidak akan terganggu dengan keterlambatan datangnya bahan baku. Sehingga selama menunggu kedatangan bahan baku yang dipesan, industri tempe samodra bisa terus melakukan produksi.

d. Reorder Point (ROP)

Data yang didapat dari industri tempe samodra dianalisis untuk menghitung nilai reorder point bahan baku kedelai kuning impor. Hasil perhitungan mengenai reorder point pada bahan baku kedelai kuning impor adalah sebagai berikut :

Produksi 2009-2011

Periode produksi

Reorder point (Kg)

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2009-2011.

Dari Tabel 18 dapat diketahui nilai reorder point bahan baku kedelai kuning impor periode produksi 2009-2011. Pada periode produksi 2009, industri tempe samodra harus melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan bahan baku di gudang sebesar 7.399,4 kg. periode produksi 2010, pemesanan kembali harus dilakukan ketika persediaan bahan baku kedelai kuning impor di gudang sebesar 5.640,7 kg. Dan ketika jumlah persediaan di gudang sebesar 4.334,5 kg, maka industri tempe samodra harus melakukan pemesanan kembali pada periode produksi 2011.