Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kedelai Impor dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

2. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kedelai Impor dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Pengendalian bahan baku diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut. Keterpaduan sistem manajemen yang baik dalam perusahaan akan menunjang pengendalian bahan baku yang baik pula. Pengendalian persediaan merupakan usaha untuk mencapai keseimbangan dalam pengadaan bahan baku dalam satu periode produksi. Pengendalian persediaan dilakukan dengan perencanaan yang matang sehingga dapat menghadapi segala resiko dan ketidakpastiaan yang terjadi nantinya. Hal ini juga dilakukan untuk mendukung kelancaran proses produksi.

Untuk mengelola persediaan bahan baku perlu digunakan suatu metode yang tepat. Salah satu metode persediaan yang dipakai dalam analisis penelitian ini adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Menurut Gitosudarmo (2002), EOQ sebenarnya adalah merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan suatu industri maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembelian) bahan baku yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal. Metode Economic Order Quantity (EOQ). Prinsip dasar penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) yaitu meminimumkan biaya persediaan dan mengoptimalkan jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Pengelolaan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ bertujuan untuk mendapatkan nilai biaya persediaan bahan baku seminimal mungkin sehingga diperoleh efisiensi biaya.

Untuk merealisasikannya, maka perlu ditentukan jumlah pembelian bahan baku kedelai yang ekonomis agar tidak terlalu sering dan Untuk merealisasikannya, maka perlu ditentukan jumlah pembelian bahan baku kedelai yang ekonomis agar tidak terlalu sering dan

periode 2011 sebesar 1.180,81 kg. Hasil perhitungan kuantitas pemesanan dengan menggunakan metode EOQ berbeda-beda dalam tiga tahun periode produksi. Hasil perhitungan ini sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pelanggan pertahun industri tempe samodra yang berbeda-beda setiap tahunnya. Periode produksi 2009 dan 2010 kebutuhan bahan baku lebih banyak dari pada periode produksi 2011, sehingga jumlah pesanan optimalnya pun lebih tinggi. Jumlah pemesanan hasil perhitungan EOQ menunjukan bahwa frekuensi pemesanan bahan baku kedelai dilakukan per dua sampai 3 hari untuk memenuhi kebutuhan produksi. Hasil analisis pemesanan optimal dengan menggunakan metode EOQ juga menunjukan bahwa pemesanan bahan baku kedelai kuning impor lebih sering dari kebijakan industri tempe samodra meskipun jumlah kapasitas penyimpanan gudang mencapai 8 ton. Pemesanan sesering mungkin dengan kuantitas yang kecil bisa dilakukan oleh industri tempe samodra karena ketersediaan kedelai impor di pasaran yang selalu tersedia. Sehingga industri tempe samodra tidak akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku.

Pemesanan yang sering berdasarkan haisl analisis Metode EOQ diduga juga akan berpengaruh terhadap penentuan sistem pembayaran bahan baku yang dibeli. Dengan tingkat frekuensi pemesanan bahan baku yang besar dan dalam jumlah bahan baku yang sedikit maka pembayaran pembelian bahan baku kedelai impor dilakukan dengan system pembayaran tunai. Pembayaran secara tunai akan lebih ringan untuk dibayarkan sesuai dengan kuantitas pembelian bahan baku kedelai. Dan bila harga dipasaran mengalami kenaikan harga kedelai, industri tidak mengalami kerugian yang berarti dalam pembayaran.

Metode EOQ berguna menganalisis data untuk mendapatkan biaya persediaan yang minimal pada suatu industri. Berdasarkan hasil analisis Metode EOQ berguna menganalisis data untuk mendapatkan biaya persediaan yang minimal pada suatu industri. Berdasarkan hasil analisis

periode produksi 2011. Pengendalian persediaan bahan baku kedelai impor yang m eliputi jumlah pemesanan optimal per pemesanan, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan serta biaya total persediaan mempunyai hubungan dalam satu keterkaitan. Hubungan antara pemesanan bahan baku optimal dengan biaya total persediaan bahan baku dapat digambarkan bahwa biaya rata- rata pemesanan memiliki bentuk sebagai kurva. Hal ini berarti, jika unit yang dipesan ditambah maka biaya rata-rata pemesanan bahan baku akan mendekati nol. Namun, biaya penyimpanan menggambarkan sebaliknya. Biaya penyimpanan akan berubah secara linear terhadap perubahan unit yang dipesan. Jika kedelai yang dipesan lebih besar, biaya penyimpanan pun akan menurun, dan jika unit yang dipesan dikurangi, biaya penyimpanan pun akan meningkat. Dengan adanya sifat biaya yang demikian maka titik optimum biaya total dapat dicari, yaitu melalui titik keseimbangan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Setelah mengetahui besarnya dan hubungan kuantitas pemesanan yang optimal dan biaya total persediaan bahan baku, maka perlu dilakukan analisis mengenai strategi mengatasi kekurangan atau kelebihan bahan baku. Hal in i sangat penting diketahui agar industri tidak mengalami kerugian. Untuk mengatasi kekurangan bahan baku perlu diperhitungkan persediaan pengaman dalam gudang dan perhitungan mengenai besarnya persediaan untuk melakukan pemesanan bahan baku kembali yang tepat. Dalam hal ini waktu tunggu (lead time) pemesanan juga perlu diperhitungkan. Sehingga keterlambatan dan kekurangan bahan baku dapat diatasi.

Berdasarkan data yang ada, hasil analisis tentang variasi waktu tunggu yang dialami oleh industri tempe samodra yaitu sekitar 0-4 hari. Hal ini berarti bahan baku kedelai impor akan diterima dalam waktu 0-4 Berdasarkan data yang ada, hasil analisis tentang variasi waktu tunggu yang dialami oleh industri tempe samodra yaitu sekitar 0-4 hari. Hal ini berarti bahan baku kedelai impor akan diterima dalam waktu 0-4

produksi di industri tempe samodra. Oleh karena itu diperlukan perhitungan mengenai persediaan pengaman yang harus tersedia di gudang penyimpanan. Hasil perhitungan menunjukan nilai persediaan pengaman sebesar 5.790,80 kg. Nilai inilah yang yang harus tersedia dalam gudang penyimpanan untuk menyediakan bahan baku untuk mendukung proses produksi tempe. Nilai persediaan pengaman yang cukup besar menunjukan kalau persediaan bahan baku kedelai dalam jumlah banyak bisa dilakukan karena daya simpan kedelai yang cukup lama, yaitu mencapai 6 bulan penyimpanan.

Untuk menjaga jumlah persediaan pengaman dalam gudang, maka dilakukan pemesanan kembali agar tidak mengganggu proses produksi di industri tempe samodra. Hasil analisis menghasilkan nilai reorder point pada titik 7.399,4 kg pada periode produksi 2009, 5.640,7 kg pada periode produksi 2010 dan 4.334,5 kg pada periode produksi 2010. Dengan jumlah persediaan pengaman sebesar 5.790,80 kg dan juga titik pemesanan kembali yang sudah dihitung dengan menggunakan metode yang ada, maka kuantitas pemesanan hasil EOQ mencukupi kapasitas simpan bahan baku kedelai yang mencapai ± 8 ton. Sehingga dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode EOQ, industri tempe samodra mempunyai ukuran/jumlah bahan baku yang harus ada dalam gudang industrinya sehingga tidak mempengaruhi terhambatnya proses produksi dan tidak mengecewakan pelanggannya.