Surat An Naba’

Surat An Naba’

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah." (QS. An Naba’ [78]: 40)

Membaca terjemahan ayat di atas, kita akan temukan suatu ungkapan pernyataan dari orang kafir yang cukup mengundang pertanyaan. Di dalam ayat ini orang-orang kafir menyatakan bahwa mereka menginginkan penciptaan diri bukan sebagai manusia tetapi mereka merasa lebih baik menjadi tanah. Mereka mengungkapkan hal ini ketika diperlihatkan semua apa yang telah diperbuat oleh tangannya dan melihat bahwa amal yang mereka telah kerjakan selama di dunia adalah amal keingkaran. Tetapi mengapa tanah? Mengapa mereka menginginkan, atau seperti ungkapan dalam ayat di atas, mengapa mereka mengira lebih baik dahulu tercipta menjadi tanah?

Seperti kita ketahui, ayat di atas atau sebagian besar surat An Naba [QS: 78] mulai ayat 17 sampai 40 menceritakan tentang hari akhir yaitu hari untuk menghitung amal perbuatan selama di dunia. Inilah yaumul fasl, Hari Keputusan yang pada hari itu ditiup sangkakala yang menandakan akhir kehidupan dunia dan dibangkitkannya kembali manusia untuk menyaksikan penghitungan amal dan mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya selama di dunia. Orang-orang yang beruntung pada hari itu akan menerima pembalasan berupa kenikmatan-kenikmatan surga sedangkan orang-orang yang merugi, yang selama hidupnya di dunia diberikan kesempatan untuk tunduk taat kepada Allah SWT tetapi justru kesombongannya dan kebodohannya menggiringnya untuk ingkar kepada-Nya akan mendapatkan pembalasan jahannam. Dan seperti kita semua paham, orang-orang kafir termasuk dalam golongan orang yang merugi. Pernyataan mereka yang menginginkan penciptaan menjadi tanah sebenarnya adalah ungkapan penyesalan. Tetapi kembali, mengapa tanah?

Di dalam tafsir ayat ini dijelaskan bahwa mereka ternyata mengungkapkan hal ini karena mereka menyesal, frustasi melihat rapor hasil akhir penghitungan amalnya. Demikian menyesalnya mereka sehingga mereka berandai-andai diciptakan menjadi tanah dengan keyakinan bahwa dengan menjadi tanah mereka akan terbebas dari kewajiban mempertanggungjawabkan amal perbuatan selama di dunia (Lihat tafsir Jalalain).

Ikhwan Fillah, surat An Naba’ ini memberitakan tentang hal-hal yang akan berlaku kelak pada hari pembalasan. Salah satu kejadian yang diberitakan adalah diberikannya pembalasan berupa kenikmatan bagi orang-orang yang bertakwa dan pembalasan neraka jahannam sebagai tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas (QS An Naba’ [78]: 21-22). Selain itu dapat juga kita jumpai berita penyesalan yang begitu mendalam dari orang-orang yang ingkar terhadap perintah-perintah Allah SWT bahkan melampui batas dalam keingkaran kepada-Nya. Mereka begitu menyesal dan berandai-andai dengan perandai-andaian kosong, perandai-andaian sia-sia dan tak mungkin berlaku.

Khusus untuk perandai-andaian orang-orang kafir ini, kita dapat merasakan kemustahilannya untuk terjadi. Mereka sudah diberikan kesempatan untuk tunduk dan taat, tetapi mereka justru ingkar. Tentu kita tidak menginginkan hal yang begitu menyedihkan ini berlaku pada kita. Terlepas dari bagaimana pun kualitas ketakwaan kita, bagaimana pun kualitas kepatuhan kita menjalankan perintah-perintah Allah, kita semua tentu menginginkan balasan berupa kenikmatan- kenikmatan surga, jauh dari siksa.

Tetapi dapatkah juga kita merasakan bahwa hal ini ternyata juga bisa berlaku pada diri kita? Bukankah telah sering kita mendengar aturan-aturan Ilahi tetapi kita juga sering melalaikannya, melanggarnya bahkan dengan sengaja bukan karena tidak tahu? Seringkali kita mendengar tuntunan-tuntunan Ilahi, melalui televisi, radio, berdiskusi dengan rekan, buku-buku bacaan dan koran tetapi sering pula kita menganggapnya angin lalu, masuk ke kepala hanya untuk numpang lewat kemudian diabaikan. Naudzubillah.

Mari kita awali hari kita dengan ketaatan kepada-Nya agar terhindar kita dari penyesalan yang begitu mendalam kelak di hari pembalasan.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepada kamu bukti-bukti kebenaran maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah [2]: 208-209)