Memahami Hidup

Memahami Hidup

Masalah bisa kita definisikan sebagai suatu keadaan di mana apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Dan di dalam kehidupan ini siapa pun kita pasti pernah mengalami keadaan ini. Setiap kita pasti pernah mengalami keadaan di mana harapan-harapan kita seperti membentur tembok-tembok kenyataan yang kejam. Dan harapan seringkali menjadi mimpi-mimpi yang menyesakkan. Cobaan datang silih berganti dan kegagalan selalu membayangi langkah-langkah diri. Pikiran dipenuhi tanda-tanya dan kegelisahan yang menghimpit dada. Dan sekali lagi, dalam hidup yang selalu bergerak ini, tidak ada orang yang imun, bebas dari masalah hidup dan kehidupan.

Menghadapi masalah dan cobaan hidup, banyak ragam sikap yang ditunjukkan oleh orang yang mengalami masalah ini. Bagi orang yang masih memiliki pegangan iman dan pandangan jauh ke depan, masalah dan cobaan dapat dipandangnya sebagai ujian yang akan dihadapinya dengan kesabaran dan kemudian akan mengantarkannya menjadi hamba yang lulus dalam cobaan kehidupan. Untuk orang-orang seperti ini, Allah SWT menegaskan bahwa ‘mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang- orang yang mendapat petunjuk’ (QS. Al Baqarah [2]:157)

Akan tetapi tidak sedikit orang yang justru tidak dapat menerima cobaan berupa masalah ini, tidak dapat menghadapi masalah yang menimpa mereka. Stress berlebihan dan salah pelarian membuat mereka semakin terpuruk dalam kubangan masalah yang tak terpecahkan. Mereka akan semakin sulit keluar dari cengkeraman masalah yang dihadapinya. Sikap mereka telah melahirkan masalah baru di atas masalah lama. Ini membuat mereka semakin terpuruk. Yang lebih parah kemudian, banyak di antara mereka yang menghujat Tuhan. Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan kasih sayang tak terhingga mereka anggap tidak adil karena menimpakan masalah yang bertubi-tubi dan tak terpecahkan.

Padahal sebenarnya, kalau mau sedikit merenung dengan hati dingin tanpa emosi berlebihan dan mengedepankan sabar untuk dapat berpikir dengan dada lapang, maka kita akan temukan bahwa hidup ini persis seperti rajutan sulaman. Kadang-kadang karena ketidakpahaman kita terhadap keinginan si tukang sulam, tidak paham mengenai pola apa yang sedang dibuatnya, sewaktu belum jadi dan kebetulan menemukan warna-warna gelap, kita akan cenderung protes. Kita anggap si tukang sulam tidak adil karena menempatkan warna-warna yang salah. Ini semata-mata Padahal sebenarnya, kalau mau sedikit merenung dengan hati dingin tanpa emosi berlebihan dan mengedepankan sabar untuk dapat berpikir dengan dada lapang, maka kita akan temukan bahwa hidup ini persis seperti rajutan sulaman. Kadang-kadang karena ketidakpahaman kita terhadap keinginan si tukang sulam, tidak paham mengenai pola apa yang sedang dibuatnya, sewaktu belum jadi dan kebetulan menemukan warna-warna gelap, kita akan cenderung protes. Kita anggap si tukang sulam tidak adil karena menempatkan warna-warna yang salah. Ini semata-mata

Demikian juga hidup ini. Warna-warna hidup tidak pernah seragam tetapi selalu berubah-ubah. Berbagai warna menyatu dan membentuk susunan yang saling melengkapi. Ada kalanya yang lebih dominan warna bahagia, tetapi seringkali warna yang diselipkan adalah warna-warna duka. Di sinilah dibutuhkan suatu keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT sedang menghiasi sulaman hidup kita dengan warna berbeda-beda untuk mempertegas keindahan hasil sulaman pada akhirnya.

Pemahaman yang perlu ditanamkan dalam menghadapi hidup ini adalah pemahaman bahwa apa saja yang ditentukan oleh Allah itulah yang terbaik bagi kita. Inilah husnodzon, berbaik sangka terhadap apa saja ketentuan Ilahi. Cobaan dan masalah mengharuskan kita untuk bersabar dan berbaik sangka bukan menyesali bukan pula berputus asa.

Yakinlah bahwa Allah SWT tidak membebani seorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupan hamba tersebut untuk menanggungnya (QS. Al Baqarah [2]:286). Bahkan melihat pernyataan Ilahi ini, seharusnya kita dapat berbangga dengan beratnya cobaan yang kita hadapi. Itu artinya Allah SWT masih menganggap kita mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang dibebankan kepada kita.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (QS. Al Baqarah [2]:286). Amien

Billahittaufiq Wal Hidayah Sumbawa, 13 Juni 2002