Memberi Warna

Memberi Warna

Kalau kita umpamakan sebagai sebuah wadah maka dunia ini tiada bedanya dengan sebuah wadah besar yang terkumpul di dalamnya berbagai macam barang, beraneka ragam benda yang berbeda-beda bentuk, warna, karakteristik dan segala macam perbedaan lainnya. Semua benda ini terdiri dari individu-individu, satu entitas kecil yang sendiri-sendiri yang berkumpul mulai dari yang kecil-kecil sampai yang besar-besar, yang lurus-lurus dan yang bengkok, yang hitam dan yang putih, yang baik dan tidak baik, yang kuat dan yang lemah dilemahkan dan semua sifat-sifat lain yang kemudian menjadi entitas besar komunitas. Semua benda, sifat-sifat, barang ini tertumpuk menjadi satu, saling tindih, saling kait, saling desak, saling pengaruhi dan kita adalah salah satu bagian kecil di dalamnya.

Isi wadah besar yang bernama dunia ini ternyata juga selalu bergerak, bergerak dan bergejolak dinamis dalam putaran pergerakan yang tidak jelas ke mana, kadang teratur tetapi lebih sering tidak teratur. Kesemuanya terikat dalam ikatan tarik-menarik saling pengaruhi. Kesemuanya juga berputar dalam rotasi sendiri saling tarik menuju ke dirinya sambil bergerak maju menuju masa depan yang entah ke mana.

Setelah mengalami masa pergerakan, masa berproses, masing-masing individu ini juga memiliki batas yang pada akhirnya harus sampai pada satu titik akhir. Benda yang tak bernyawa akan sampai ke kondisi tua dan rusak sedangkan yang bernyawa harus mengakhiri proses gerakan hidup dengan bertambah tua dan pada akhirnya mati. Ada juga yang tidak mengalami kondisi tua ini tetapi langsung mati.

Sebelum sampai ke titik akhir ini, entitias besar yang terdiri dari individu-individu kecil ini, seperti telah disebutkan di atas, akan mengalami proses saling mempengaruhi. Yang kuat akan mempengaruhi yang lemah. Dan suka atau tidak suka, disadari atau tidak disadari yang lebih lemah lambat-laun akan kehilangan sifat-sifat pribadinya dan mengambil warna, mengambil bentuk dan karakteristik meniru yang lebih kuat. Tidak peduli sebagaimana pun diamnya pergerakan sebuah individu, ia pada hakikat sedang dalam proses yang sedemikian cepat; meniru atau sedang menebarkan model untuk ditiru. Bahkan sebuah individu yang terlihat diam pada hakikatnya sedang berada dalam gerak menuju ke kejadian. Ini adalah proses saling mempengaruhi, mengambil atau memberi model untuk ditiru, jadi atau menjadi. Dan kita, manusia pun juga berada dalam proses ini.

Mari kita persempit ke diri kita, manusia.

Sebagaimana pun kuatnya sebuah individu, sebagaimana pun hebatnya filter kita menyaring pengaruh dari luar yang datang kepada diri kita ini, sebenarnya itu belum lah seberapa dibandingkan dengan banyaknya pengaruh yang telah kita tiru. Hal ini adalah sesuatu yang wajar karena secara sunnatullah kita tidak seperti seekor ikan yang mampu mempertahankan tubuhnya dalam kondisi tidak asin walau pun hidup di tengah laut yang memiliki kadar garam yang tinggi. Bahkan tempat hidup ikan adalah garam itu sendiri. Kita tidak seperti itu. Tetapi kita adalah kita yang hidup kita di tengah-tengah masyarakat yang saling mempengaruhi, bergaul dengan individu lain, juga saling mempengaruhi. Baik buruknya diri kita, identitas diri, sifat-sifat pribadi dan siapa sebenarnya diri kita ini pada dasarnya adalah hasil dari imitasi yang lebih dominan dipengaruhi dari luar. Ada sebuah hadis menjelaskan bahwa kita dilahirnya dalam keadaan fitrah. Tetapi orang tualah yang membentuk kita menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Kembali, ini adalah faktor luar. Itu sewaktu lahir. Sekarang, dalam pergaulan hidup setelah dewasa, pengaruh dari luar pun sangat besar artinya bagi kita. Bila baik pengaruh yang kita terima, maka baiklah perilaku yang akan kita pertunjukkan. Demikian juga sebaliknya, bila kelompok pergaulan yang kita ikuti tidak baik, maka akan demikian juga lambat-laun pribadi kita. Ingat filter kita tidaklah seperti filternya ikan yang mampu tetap hambar di tengah hidup yang asin.

Sebelum sampai ke titik akhir, setelah mengetahui bagaimana faktor luar mempengaruhi kita, ada satu hal yang sangat sangat penting yang perlu juga kita ingat yaitu kita pun memiliki andil untuk memberi pengaruh kepada masyarakat lingkungan kita. Tinggallah kita sekarang mesti bertanya kepada diri sendiri pengaruh apa yang akan kita berikan kepada pihak lain, mau menjadikan seperti apa komunitas kelompok pergaulan yang kita terlibat di dalamnya.

Mari kita warnai hidup dan pergaulan kita dengan warna-warna yang diridhoi Ilahi.

Shibghah (warna celupan) Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah. (QS. Al Baqarah [2]:138)